Hambatan pertumbuhan
Hambatan pertumbuhan atau Stunting adalah keadaan berhentinya pertumbuhan pada anak. Penyebab utama penyakit Stunting adalah kekurangan gizi pada waktu yang cukup lama. Pemberhentian pertumbuhan meliputi pertumbuhan tubuh dan otak. Penyakit Stunting menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak lain yang seusia dengannya. Penyakit Stunting juga menyebabkan keterlambatan perkembangan cara berpikir.[1]
Penyebab
Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak. Kekurangan gizi ini diawali sejak anak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Kekurangan protein menjadi penyebab paling umum terjadinya Stunting. Infeksi akibat buruknya kebersihan lingkungan juga dapat menjadi penyebab Stunting.[2] Faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan kesehatan juga dapat menjadi penyebab Stunting. Masalah ekonomi, politik, sosial, dan budaya merupakan faktor penyebab Stunting yang tidak berkaitan langsung dengan kesehatan tubuh. Kurangnya pemberdayaan perempuan dan penurunan kualitas lingkungan juga menjadi penyebab Stunting.[3]
Dampak
Stunting terjadi sejak anak masih di dalam kandungan. Dampaknya baru dapat terlihat ketika anak berusia 2 tahun. Seorang anak dapat dikatakan mengalami Stunting apabila tinggi badannya kurang dari tinggi badan anak normal seusianya. Standar pengukuran tinggi badan yang digunakan adalah standar yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan Dunia.[3] Stunting mengganggu perkembangan otak dan metabolisme tubuh. Stunting juga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik. Terlambatnya perkembangan otak menyebabkan anak memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak seusianya. Stunting juga menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Ini membuat anak yang terkena Stunting mudah mengalami sakit. Dampak yang lebih parah adalah anak akan berisiko mengalami penyakit diabetes, strok, dan kanker.[4]
Pencegahan
Masyarakat dan pemerintah berperan penting dalam mencegah terjadinya Stunting. Stunting terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan anak atau 2 tahun setelah kelahiran. Pada masa ini, anak harus diberikan nutrisi yang mencukupi. Ibu hamil dan ibu menyusui harus menerapkan pola hidup sehat. Makanan yang diberikan kepada anak harus memenuhi standar gizi yang diperlukan. Anak harus diberi nutrisi dari sayur-sayuran, buah-buahan, protein dan karbohidrat. Porsi sayur, buah, dan protein harus lebih banyak dibandingkan dengan karbohidrat.[3]
Pola pemberian makanan pada bayi dan balita juga mempengaruhi Stunting. Para remaja, terutama remaja perempuan, harus diberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan gizi. Ini dikarenakan remaja merupakan bakal keluarga yang berperan penting dalam mengurus anak. Para calon ibu hamil juga peru diberikan sosialisasi mengenai kebutuhan gizi yang dibutuhkan bayinya selama kehamilan. Pemberian pengetahuan mengenai persalinan di fasilitas kesehatan yang aman juga diperlukan. Setelah melahirkan, para ibu harus diberi sosialisasi mengenai cara memulai inisiasi menyusu dini hingga cara memberikan Air Susu Ibu yang baik.[3]
Lingkungan hidup di sekitar anak juga perlu diperhatikan. Anak perlu dihindarkan dari risiko penyakit infeksi akibat lingkungan yang kotor. Kebiasaan hidup bersih juga perlu dilakukan. Anak dan ibu harus terbiasa mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir. Perilaku buang air besar sembarangan harus dihilangkan. Pencegahan infeksi juga dilakukan dengan membawa anak ke tempat imunisasi. Tempat yang didatangi adalah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Imunisasi ini bertujuan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak dan mencegah terjadinya infeksi.[3]
Pemantauan keadaan fisik anak juga merupakan tindakan pencegahan Stunting. Orang tua haru mengecek tubuh anak ketika mendatangi fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. Pada saat anak berusia 6-9 bulan, lakukan pengecekan lingkar lengan atas. Pengecekan ini dapat menentukan kondisi gizi anak. Perkembangan anak juga perlu diperiksa. Tanda-tanda perkembangan anak yang baik adalah:
- balita harus sudah dapat membalikkan badan pada usia 3 bulan,
- balita sudah dapat tengkurap pada usia 4 bulan,
- balita sudah dapat duduk pada usia 8 bulan,
- balita sudah dapat berdiri pada usia 9 bulan,
- balita sudah dapat berjalan pada usia 1 tahun,
- balita sudah dapat mengucapkan beberapa kata di usia 2 tahun.
Balita harus diperiksakan ke dokter apabila terjadi keterlambatan pada tahap-tahap perkembangan anak tersebut.[3]
Referensi
- ^ "Stunting: Kenali Stunting dan Cara Pencegahannya". RS Awal Bros. 2019-04-05. Diakses tanggal 2020-02-29.
- ^ "Memahami Stunting pada Anak". Alodokter. 2019-04-10. Diakses tanggal 2020-02-29.
- ^ Lompat ke: a b c d e f "Kenali Penyebab Stunting Anak – RSUP Dr. Sardjito" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-02-29.
- ^ "Pahami Penyebab Stunting dan Dampaknya pada Kehidupan Anak". Alodokter. 2016-11-10. Diakses tanggal 2020-02-29.