Pendap

variasi makanan khas Indonesia
Revisi sejak 29 Juni 2022 05.08 oleh Naval Scene (bicara | kontrib) (sunting sedikit, netralkan)

Pendap, atau biasa juga disebut ikan pais, merupakan salah satu makanan khas di Provinsi Bengkulu. Pendap memiliki cita rasa pedas dan gurih, serta aroma khas daun talas yang menjadi pembungkusnya. Makanan khas ini telah menembus pasaran sejumlah kota di Indonesia, seperti Jakarta, Lampung, Palembang, Pangkal Pinang dan Jambi, serta pasar mancanegara, serta Australia, Belgia, Jepang, dan negara lainnya.[1]

Pendap

Pendap sering kali menjadi makanan favorit para wisatawan dari dalam sumatera maupun luar sumatera. Pendap memiliki kesamaan dengan pepes ikan terutama cara pembuatannya, perbedaannya ialah bahan yang digunakan serta daun talas sebagai pembungkusnya dan diikat dengan tali rafia.[2]

Sejarah

Pandap/batutuk adalah makanan tradisional khas Krui, Lampung Barat, dan Bengkulu, yang berakar sejak zaman nenek moyang. Pendap juga pernah menjadi tema salah satu lagu yang dirilis dalam album lagu daerah Bengkulu sekitar tahun 1990-an. Setelah dikutip dari berbagai sumber, pendap memang merupakan makanan favorit Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno saat menjalani masa pengasingan di Kota Bengkulu sejak 1938 hingga 1942.[3] Tidak hanya itu, makanan khas tradisional ini ini diketahui juga menjadi langganan Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Tak kalah menarik, Top Chef Indonesia, Farah Quinn juga telah mencicipi pendap secara langsung [4]

Kandungan Gizi

Selain memiliki cita rasa yang khas, ikan kembung yang biasa digunakan dalam pembuatan pendap ini memiliki banyak kandungan dan zat gizi. Ikan kembung mengandung energi sebesar 103 kilokalori, 22 gram protein, 0 gram karbohidrat, 1 gram lemak, 20 miligram kalsium, 200 miligram fosfor, dan 1 miligram zat besi. Dalam ikan kembung juga terkandung vitamin A sebanyak 30 IU, 0,05 miligram vitamin B1, dan 0 miligram vitamin C. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram ikan kembung, dengan jumlah yang dapat dimakan sekitar 80%.[5]

Referensi