Kolonel Lê Quang Tung (13 Juni 1919 – 1 November 1963) adalah panglima Pasukan Pertahanan Khusus Republik Vietnam di bawah komando Ngô Đình Nhu. Nhu adalah saudara dari presiden Vietnam Selatan, Ngô Đình Diệm. Sebagai mantan pelayan keluarga Ngô, Tung memiliki latar belakang militer dalam hal keamanan dan kontraespionase.

Lê Quang Tung
Lahir13 Juni 1919
Distrik Hương Trà, Annam, Indochina Prancis
Meninggal1 November 1963 (usia 44)
Pangkalan Udara Tân Sơn Nhứt, Saigon, Vietnam Selatan
PengabdianPartai Cần Lao
Lama dinas1950an–1963
PangkatKolonel
KomandanPanglima Pasukan Pertahanan Khusus Republik Vietnam
Perang/pertempuranPenyerbuan Pagoda Xá Lợi

Pada 1950-an, Tung adalah perwira pangkat tinggi dalam Cần Lao pimpinan Nhu, sebuah aparatus politik rahasia yang bertugas mempertahankan kekuasaan keluarga Ngô dan memungut uang dari pengusaha kaya. Pada 1960, Tung dipromosikan langsung ke pangkat kolonel dan menjadi panglima pasukan khusus. Pada masa ia memimpin pasukan elit Vietnam Selatan, ia lebih dikenal karena menekan para pembelot, ketimbang bertarung melawan para pemberontak Viet Cong. Serangan terkenalnya adalah penyerbuan ke pagoda Xá Lợi pada 21 Agustus 1963, dimana ratusan orang tewas atau menghilang.

Program militer utama Tung adalah skema soal upaya personil Tentara Republik Vietnam merangseki Vietnam Utara dalam rangka melakukan kegiatan inteligensi dan sabotase. Program tersebut tak berhasil. Kebanyakan perangsek dibunuh atau ditangkap. Tung juga dikabarkan berencana membunuh Henry Cabot Lodge, Jr., Duta Besar Amerika Serikat untuk Vietnam Selatan.

Setelah penyerbuan pagoda, Amerika Serikat berhenti mendanai pasukan Tung karena mereka dipakai sebagai alat politik ketimbang melawan komunis. Bersama dengan Diệm dan Nhu, Tung dibunuh pada kudeta November 1963. Nhu dan and Tung menyiapkan kudeta palsu dan kontra-kudeta dalam rangka memicu unjuk rasa palsu terhadap kekuatan rezim. Namun, keduanya tak menyadari bahwa Jenderal Tôn Thất Đính, yang merencanakan operasi palsu tersebut, terlibat dalam rencana kudeta yang sebenarnya. Đính menjebak Tung dalam mengirim pasukannya ke pinggiran negara, meninggalkan rezim di Saigon tanpa perlindungan pasukan khusus. Hal ini membuat rezim tersebut digulingkan dengan mudah.

Karir awal

 
Presiden Ngô Đình Diệm

Tung lahir pada 13 Juni 1919 di Vietnam tengah, yang saat itu merupakan protektorat Annam di Indochina Prancis. Mantan pelayan keluarga Ngô tersebut adalah penganut Katolik Roma yang taat,[1] bertubuh pendek dan memakai kacamata. Tung memiliki latar belakang militer nyaris seluruhnya dalam keamanan dan kontraespionase, yang menjadi basis tak lazim untuk memimpin pasukan khusus. Tung mula-mula ditugaskan oleh Prancis menjadi perwira keamanan di Vietnam Selatan. Ia kemudian bekerja untuk Diệm sebagai letnan dalam badan keamanan militer di Vietnam Tengah. Sebagai perwira berpangkat tinggi dalam Cần Lao pimpinan Nhu,[2] sebuah aparatus politik Katolik rahasia yang menjaga kekuasaan keluarga Ngô. Tung meraih dana partai dengan cara memungut uang dari pengusaha kaya.[3] Tung utamanya dikenal di kalangan koleganya karena teguh setia kepada Diệm.[2] Pada 1960, ia dipromosikan ke pangkat kolonel dan ditempatkan dalam penugasan pasukan khusus.[3] Central Intelligence Agency (CIA) menganggap Tung sebagai orang paling berkuasa ketiga di Vietnam Selatan setelah Diệm dan Nhu. Sehingga, ia menjadi perwira militer paling berkuasa di Vietnam Selatan.[4]

Kepala pasukan khusus

 
Ngô Đình Nhu (kanan) berjabat tangan dengan Wakil Presiden AS Lyndon B. Johnson pada 1961

Tung dilatih oleh CIA di Amerika Serikat.[5] Sebagai loyalis Diệm, ia memimpin pasukan sejumlah 1.840 orang,[6] yang beroperasi di bawah pengarahan Nhu ketimbang komando tentara.[7] Ia tak melakukan operasi melawan para pemberontak komunis Việt Cộng, namun utamanya memakai pasukannya di Saigon untuk menindas para lawan rezim Diệm.[8] Serangan-serangan terkenal Tung terjadi pada krisis Buddha tahun 1963. Pada masa itu, mayoritas penganut Buddha menggelar unjuk rasa massal melawan kebijakan-kebijakan pro-Katolik dari rezim Diệm.[9]

Pada 21 Agustus 1963, atas perintah Nhu, pasukan Tung menyerbu Pagoda Xá Lợi, sebuah kuil Buddha utama di Saigon. Serangan tersebut merebak ke sepanjang belahan negara tersebut, menyebabkan jumlah orang tewas mencapai sekitar ratusan.[10][11] Pagoda-pagoda mengalami kerusakan berat dan lebih dari 1.400 bhikkhu dan bhikkhuni ditangkap.[11] Serangan-serangan tersebut terjadi setelah Nhu menjebak sejumlah jenderal Tentara Republik Vietnam agar sepakat untuk mendeklarasikan darurat militer. Ia mengetahui bahwa para jenderal berencana dan berharap untuk memanfaatkan darurat militer untuk menggulingkan saudaranya, namun kalah jumlah karena pasukan khusus Tung dikirimke pagoda-pagoda dengan menyamar sebagai prajurit Tentara Republik Vietnam reguler.[12] Akibatnya, mayoritas penganut Buddha di Vietnam Selatan awalnya menganggap pasukan reguler menyerang pada bhikkhu, sehingga merusak kredibilitas para jenderal di kalangan masyarakat sebagai pemimpin potensial negara tersebut.[13][14] Setelah serangan-serangan tersebut, para pejabat AS menahan bantuan kepada pasukan khusus agar mereka dipakai untuk menyerang komunis ketimbang menyerang para pembelot politik atau agama.[6][15]

Pada 1963, terjadi serangan keagamaan terkenal lainnya yang didalangi oleh pasukan Tung. Seekor ikan mas berukuran sangat besar ditemukan berenang di sebuah kolam kecil di dekat kota pusat Đà Nẵng. Penganut Buddha lokal mulai meyakini bahwa ikan tersebut adalah reinkarnasi salah satu murid Buddha Gautama. Ketika makin banyak orang berziarah ke kolam tersebut, sehingga kegelisahan timbul di kalangan kepala distrik dan para bawahaannya, yang memberikan jawaban kepada Ngô Đình Cẩn, adik Diệm lainnya. Para perwira meranjau kolam tersebut, namun ikan tersebut selamat. Mereka menembaki kolam tersebut dengan senapan mesin, namun ikan mas tersebut lagi-lagi lolos dari kematian. Untuk menghadapi ikan yang masih bertahan tersebut, mereka memanggil pasukan khusus Tung. Pasukan Tung menggranat kolam tersebut dan akhirnya membunuh ikan mas tersebut mati. Pembunuhan tersebut menjadi bumerang, karena sangat banyak dipublikasikan. Banyak surat kabar di seluruh penjuru dunia menampilkan cerita-cerita tentang ikan ajaib tersebut. Helikopter-helikopter Tentara Republik Vietnam mulai mendarat ke tempat tersebut, dengan para pasukan parasut mengisi botol-botol mereka dengan air yang mereka anggap ajaib.[16]

Tung juga mengepalai sebuah kelompok yang dijalankan oleh CIA, yang ditugaskan agar personil Tentara Republik Vietnam wilayah utara merangseki Vietnam Utara serta menyamar menjadi warga lokal. Tujuannya adalah melakukan kegiatan inteligensi dan sabotase infranstruktur komunis dan fasilitas komunikasi. Para rekrutan dilatih di pangkalan-pangkalan yang terletak di Nha Trang, Đà Nẵng, dan terkadang pesisir Taiwan, Guam dan Okinawa. Sekitar delapan puluh kelompok operasi, masing-masing berjumlah enam atau tujuh pasukan, dikerahkan pada 1963. Mereka memasuki wilayah utara melalui penerjunan parasut atau perjalanan memakai sampan pada malam hari, namun nyaris semuanya ditangkap atau dibunuh. Penangkapan tersebut sering dipakai dalam siaran-siaran propaganda komunis. Tung dikritik karena manajemennya terhadap operasi-operasi tersebut.[15][17]

Atas permintaan Nhu, Tung dikabarkan merencanakan sebuah operasi di bawah naungan unjuk rasa pelajar yang diorganisir pemerintah di luar Kedubes AS, Saigon. Dalam rencana tersebut, pasukan Tung berniat untuk membunuh duta besar Henry Cabot Lodge, Jr. dan pejabat penting lainnya di tengah kebingungan. Target lainnya adalah pemimpin agama Buddha Thích Trí Quang, yang menerima suaka di kedubes tersebut setelah ditargetkan dalam penyerbuan pagoda. Menurut rencana, pasukan Tung kemudian akan membakar kedubes tersebut.[18]

Sanksi Amerika Serikat

Setelah penyerbuan pagoda tersebut, AS mulai merencanakan kemungkinan menggantikan Diệm. Kabel 243 memberitahu Kedubes AS untuk melirik pemimpin-pemimpin alternatif jika Diệm tak mencopot Nhu.[19] Pada bulan September, misi Krulak–Mendenhall dikerahkan ke Vietnam Selatan untuk memeriksa keadaan domestik dan perang melawan komunis.[20] Salah satu nasehat yang dihasilkan adalah menahan pendanaan pasukan khusus sebagai sikap ketidaksetujuan terhadap tindakan-tindakan Tung dan Nhu. Alasan lainnya adalah menjalankan kampanye-kampanye rahasia untuk menyudutkan Tung.[21] Misi Krulak–Mendenhall berakhir dalam kebuntuan,[8] sehingga pemerintahan Kennedy melakukan tindak lanjut dengan misi McNamara–Taylor. Ekspedisi kedua dilakukan dalam dugaan pendanaan untuk pasukan khusus sampai mereka ditempatkan di bawah komando Staf Umum Bersama dari tentara tersebut dan dikirim dalam pertempuran.[7][22]

Laporan misi McNamara–Taylor menyatakan bahwa salah satu alasan untuk mengirim pasukan Tung ke medan tempur karena mereka "adalah dukungan berkelanjutan bagi Diệm".[23] Amerika Serikat menyadari bahwa membubarkan pasukan khusus dari Saigon akan meningkatkan kesempatan kudeta yang sukses, sehingga mendorong tentara untuk menggulingkan presiden.[24] Diệm dan Nhu tak terpengaruh oleh penahanan bantuan, menetapkan Tung dan pasukannya di ibukota.[25] Dalam perbincangan pribadi dengan para pejabat AS, Diệm menyatakan bahwa tentara bertanggung jawab atas serangan pagoda dan pasukan Tung berada di bawah naungan Staf Umum Bersama.[26]

Kudeta dan pembunuhan

Pada bulan September, Diệm dan Nhu mengetahui bahwa sekelompok jenderal merencanakan sebuah kudeta.[27] Nhu memerintahkan Tung dan Tôn Thất Đính – seorang jenderal loyalis yang mengkomandani Korps III Tentara Republik Vietnam yang mencakup wilayah Saigon[10] – merencanakan kudeta palsu melawan pemerintah. Salah satu tujuannya adalah untuk mengecoh para pembelot anti-pemerintah untuk bergabung dalam pemberontakan balsu sehingga mereka dapat diidentifikasikan dan disingkirkan.[28] Tujuan lainnya adalah untuk menjalin hubungan masyarakat yang akan memberikan kesan palsu soal kekuatan rezim.[27]

Bernama kode Operasi Bravo, tahap pertama skema tersebut melibatkan beberapa prajurit loyalis Tung, menyamar sebagai pemberontak, dan memalsukan kudeta. Tung kemudian mengumumkan pembentukan "gerakan revolusioner" yang terdiri dari para aktivis oposisi, sementara Diệm dan Nhu berpura-pura melarikan diri.[15][29] Pada kekacauan yang diatur pada kudeta pertama, para loyalis yang menyamar membuat kerusuhan. Dalam kekacauan berikutnya, membunuh para perencana kudeta utama, seperti Jenderal-jenderal Dương Văn Minh, Trần Văn Đôn, Lê Văn Kim dan para perwira junior yang menyerang mereka. Pasukan Tung dan beberapa orang yang memiliki hubungan rahasia dengan Nhu juga membunuh beberapa tokoh yang membantu para konspirator, seperti Wakil Presiden tituler namun relatif tak berkuasa Nguyễn Ngọc Thơ, perwira CIA Lucien Conein, yang ditugaskan di Vietnam sebagai penasehat militer, dan Duta Besar Lodge.[30] Mereka kemudian menyalahkan "unsur-unsur netralis dan pro-komunis".[30] Peristiwa tersebut disusul oleh "kudeta balasan" palsu, dimana pasukan khusus Tung, yang meninggalkan Saigon untuk bertugas memerangi komunis, serta pasukan Đính akan memasuki kembali Saigon dengan rasa kemenangan untuk menegaskan kembali rezim Diệm. Nhu kemudian memanfaatkan kecemasan di kalangan para pembelot.[15][29]

Namun, Nhu dan Tung tak menyadari bahwa Đính menjadi bagian dari rencana kudeta yang sebenarnya. Panglima Korps III tersebut berkata kepada Tung bahwa kudeta balasan dibutuhkan untuk menambah jumlah masukan. Ia berkata bahwa tank-tank diharuskan "karena baju zirah itu berbahaya". Agar Tung terkecoh, Đính berkata bahwa pasukan bugar dibutuhkan,[31] dengan berpendapat:

Jika kita menggerakkan reserve ke kota, Amerika bakal geram. Mereka mengeluhkan bahwa mereka tak berjuang dalam perang. Sehingga mereka harus mengkamuflase rencana mereka dengan mengirim pasukan khusus ke luar negara tersebut. Hal tersebut akan menipu mereka.[31]

Pasukan loyalis tak menyadari bahwa tujuan Đính sebenarnya adalah memasukan divisi pemberontak ke Saigon dan mengunci pasukan loyalis Tung di pinggiran negara dimana mereka tak dapat mempertahankan presiden.[29] Tung dan istana sepakat untuk mengirim seluruh empat kelompok pasukan khusus yang berbasis di Saigon untuk meninggalkan ibukota Saigon pada 29 Oktober 1963.[31]

 
Jasad Diệm di belakang pengangkut personil lepas baja. Presiden tersebut telah dieksekusi dalam perjalanan menuju markas besar militer.

Pada 1 November 1963, Tung dipanggil oleh para penyelenggara kudeta ke markas besar Staf Umum Bersama di dekat Pangkalan Udara Tân Sơn Nhứt, dengan dalih pertemuan makan siang rutin para perwira.[32] Pada pukul 13:30, Jenderal Trần Văn Đôn mengumumkan bahwa sebuah kudeta telah terjadi. Kebanyakan perwira bertepuk tangan sambil berdiri, namun tidak dengan Tung. Ia dibawa pergi oleh Nguyễn Văn Nhung, pengawal Jenderal Minh. Ketika ia dibawa pergi, Tung berteriak "Ingatlah siapa yang memberikan bintang-bintangmu!"[15][32][33]

Pada tahap-tahap awal kudeta tersebut, pasukan pemberontak memaksa Tung untuk memerintahkan pasukannya untuk menyerah. Hal ini menandakan bahwa hanya Garda Presidensial yang ditinggalkan untuk mempertahankan Istana Gia Long.[34][35] Pada pukul 16:45, Tung dipaksa di bahwa bidikan senjata untuk berbicara kepada Diệm melalui telepon, berkata kepada presiden bahwa ia telah berkata kepada pasukannya untuk menyerah. Minh memerintahkan Nhung untuk mengeksekusi loyalis Diệm tersebut. Tung gagal untuk meyakinkan presiden untuk menyerah dan masih mengkomandani loyalitas pasukannya. Para jenderal lainnya hanya bersimpati sedikit, karena pasukan khusus menyamar menjadi pasukannya dengan seragam tentara dan menyalahkan para jenderal atas penyerbuan-penyerbuan pagoda.[36][37] Para jenderal menyepakati keberadaan ancaman Tung. Mereka mendiskusikan penyingkirannya pada rencana mereka,[38][39] setelah mempertimbangkan untuk melancarkan serangan melawan pasukan khusus.[40]

Pada malam hari, ia diserahkan bersama dengan Mayor Lê Quảng Trịệu, saudara dan wakilnya,[15][33] dalam keadaan tangan diikat, diantar menggunakan mobil jip dan dibawa ke tepian pangkalan udara. Dipaksa untuk berlutut di atas dua lubang yang baru digali, kakak beradik tersebut ditembak di makam mereka dan dikubur.[36] Kudeta tersebut meraih keberhasilan. Pada keesokan paginya, Diệm dan Nhu ditangkap dan dieksekusi.[15][41]

Catatan

  1. ^ Karnow 1997, hlm. 123.
  2. ^ a b Jones 2003, hlm. 301.
  3. ^ a b Shaplen 1966, hlm. 190.
  4. ^ Prochnau 1995, hlm. 368.
  5. ^ Karnow 1997, hlm. 307.
  6. ^ a b Langguth 2000, hlm. 248.
  7. ^ a b Jones 2003, hlm. 390.
  8. ^ a b Karnow 1997, hlm. 309.
  9. ^ Jacobs 2006, hlm. 143–150.
  10. ^ a b Karnow 1997, hlm. 317.
  11. ^ a b Jacobs 2006, hlm. 152–153.
  12. ^ Hammer 1987, hlm. 166–167.
  13. ^ Jones 2003, hlm. 299–309.
  14. ^ Maclear 1981, hlm. 89–90.
  15. ^ a b c d e f g Tucker 2000, hlm. 227.
  16. ^ Prochnau 1995, hlm. 411.
  17. ^ Karnow 1997, hlm. 378.
  18. ^ Jones 2003, hlm. 393.
  19. ^ Jacobs 2006, hlm. 163–64.
  20. ^ Jones 2003, hlm. 356–357.
  21. ^ Jones 2003, hlm. 359.
  22. ^ Hammer 1987, hlm. 246–247.
  23. ^ Hammer 1987, hlm. 235–236.
  24. ^ Hammer 1987, hlm. 235-236.
  25. ^ Hammer 1987, hlm. 272–273.
  26. ^ Hammer 1987, hlm. 282.
  27. ^ a b Karnow 1997, hlm. 318.
  28. ^ Jones 2003, hlm. 398–399.
  29. ^ a b c Karnow 1997, hlm. 319.
  30. ^ a b Sheehan 1988, hlm. 368.
  31. ^ a b c Jones 2003, hlm. 399.
  32. ^ a b Jones 2003, hlm. 408.
  33. ^ a b Karnow 1997, hlm. 321.
  34. ^ Jones 2003, hlm. 410.
  35. ^ Hammer 1987, hlm. 287.
  36. ^ a b Jones 2003, hlm. 414.
  37. ^ Hammer 1987, hlm. 290.
  38. ^ Karnow 1997, hlm. 310.
  39. ^ Jones 2003, hlm. 325.
  40. ^ Jones 2003, hlm. 388.
  41. ^ Karnow 1997, hlm. 324–326.

Referensi

Templat:Krisis Buddha