Hariman Siregar

Revisi sejak 4 Maret 2022 07.53 oleh Rudyarmawan (bicara | kontrib) (Membalikkan revisi 20734437 oleh Symphonium264 (bicara))

Dr. Hariman Siregar (lahir 1 Mei 1950) adalah seorang aktivis reformasi Indonesia.[1][2][3]

Hariman Siregar
Berkas:Hariman Siregar.jpg
Lahir1 Mei 1950 (umur 74)
Indonesia Padang Sidempuan, Sumatra Utara
KebangsaanIndonesia Indonesia
AlmamaterUniversitas Indonesia
PekerjaanPolitisi, pengusaha
Dikenal atasAktivis reformasi

Bersama tokoh mahasiswa lainnya, seperti Syahrir, Muhammad Aini Chalid, Judilherry Justam, dan lainnya, Hariman merupakan tokoh utama peristiwa Malari pada 15 Januari 1974.[2]

Sebelum peristiwa bersejarah tersebut, ia merupakan Ketua Dewan Mahasiswa (DM) Universitas Indonesia (UI) setelah terpilih melalui pemilihan yang diintervensi pemerintahan Orde Baru melalui Ali Murtopo.

Karena peristiwa Malari, Hariman bersama beberapa tokoh mahasiswa lainnya itu kemudian dipenjara oleh rezim penguasa masa itu.[2][3]

Sekarang idealismenya tetap menyala dan tidak pernah berubah dan bergabung dengan media akal sehat FNN sebagai kontributor.

Pemikiran kritis dan aktual sangat tajam tetapi dengan logika yang humanis membuat Hariman Siregar sangat dihormati oleh para mahasiswa hingga saat ini.

Inilah pidato seorang Hariman pada tanggal 31 Desember 1973 yang menyulut para mahasiswa untuk berdemo yang kita kenal sebagai Peristiwa Malari :

"Mari kita baca beban sejarah yang ada di depan kita.

Beban kita adalah membebaskan rakyat dari penderitaan hidup sehari-hari. Beban kita adalah membuat rakyat yang menganggur untuk mempersoalkan kesempatan kerja dan pembangunan ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat. Beban kita adalah mengetatkan gandengan dengan sesama generasi muda memikirkan masa kini dan masa depan.

Ringkasnya, beban sejarah kita adalah menggalakkan keberanian rakyat untuk menyuarakan diri. Semua itu adalah beban yang tidak ringan— untuk tidak mengatakan berat sekali. Namun pada akhirnya berat atau ringan beban itu tetap merupakan beban kita. Sekali kita mengelak, untuk selamanya kita akan menjadi warganegara yang dikutuk sejarah. Tetapi yang terpenting bagi kita adalah menghentikan kebisuan yang ditimbulkan oleh himbauan kenikmatan yang dijanji-janjikan kepada kita. Dan juga kebisuan akibat feodalisme yang mementingkan sikap nrimo, apatis dan antipartisipasi. Artinya, kita harus membebaskan diri dari mitos-mitos yang menempatkan diri kita dalam posisi bisu dan terbelenggu."

Referensi

  1. ^ "Hariman Siregar, Malari 1974 dan Pertarungan Internal Kekuasaan" Diarsipkan 2015-06-14 di Wayback Machine. Konfrontasi.com. Diakses 13 Juni 2015.
  2. ^ a b c "Ditangkap 700, yang Diadili Hanya Tiga" Hukumonline.com, 05 Juni 2014. Diakses 13 Juni 2015.
  3. ^ a b "Wawancara Judilherry Justam" Majalah Tempo, Edisi 33/01, 12 Oktober 1996. Diakses 13 Juni 2015.