Masjid Saka Tunggal Banyumas

masjid di Indonesia

Masjid Saka Tunggal terletak di Desa Cikakak Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah atau sekitar 30 kilometer arah barat daya Purwokerto. Masjid ini merupakan masjid tertua di Indonesia bahkan masjid ada sebelum adanya walisongo. Masjid ini dibangun pada tahun 1288 H (1871 M) seperti yang tertulis pada Saka Guru (Tiang Utama) masjid ini. Tahun pembuatan masjid ini lebih jelas tertulis pada kitab-kitab yang ditinggalkan pendiri masjid ini, yaitu Kyai Mustolih. Namun, kitab-kitab tersebut telah hilang bertahun-tahun yang lalu.[1]

مسجد ساكا تونغال
Masjid Saka Tunggal
Masjid Saka Tunggal tampak dari depan
PetaKoordinat: 7°28′25″S 109°3′21″E / 7.47361°S 109.05583°E / -7.47361; 109.05583
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiBanyumas, Jawa Tengah, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid

Sejarah

Berdirinya masjid Saka Tunggal dirintis oleh Kyai Mustolih yang cukup lama tinggal di Desa Cikakak untuk berdakwah. Masyarakat Cikakak saat itu masih banyak yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama Islam . Kyai Mustholih berpikir diperlukan adanya masjid sebagai pusat dalam menyebarkan dakwah. Dengan itu, sebuah masjid pun dibangun yang dikenal dengan nama Masjid Saka Tunggal Baitussalam sebagai pusat dakwah Kyai Mustolih.[2] Masjid ini disebut Saka Tunggal karena tiang penyangga bangunan masjid ini, dulunya hanya satu tiang (tunggal).[3]

Di masjid ini juga ada hutan- hutan yang dihuni oleh monyet liar yang berkeliaran di sekitar area masjid. Meskipun tergolong hewan liar, kera-kera tersebut jinak dan bersahabat selama tidak diganggu. Kera-kera tersebut sering turun ke sekitar masjid dan perumahan warga. Pengunjung bisa mengajak mereka bercengkerama dengan sekedar memberi kacang, pisang, atau makanan kecil lainnya.

Tradisi Unik

 
Saka Guru (Tiang Tunggal)

Tradisi unik yang ada di Masjid Saka Tunggal ini antara lain adalah zikir seperti melantunkan kidung Jawa. Keunikan ini cukup terasa pada hari Jumat ketika selama menunggu waktu shalat Jumat dan setelah shalat Jumat, jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bersalawat dengan nada seperti melantunkan kidung Jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura-ura.

Pakaian Imam dan muazin

Imam masjid tidak menggunakan penutup kepala yang lazimnya digunakan di Indonesia yang biasanya menggunakan peci, kopiah, tetapi menggunakan udeng atau pengikat kepala. Khotbah Jumat juga disampaikan seperti melantunkan sebuah kidung.

Empat muazin sekaligus

Empat orang muazin berpakaian sama dengan imam, yakni menggunakan baju lengan panjang warna putih dan udeng bermotif batik. Keempat muazin tersebut mengumandangkan azan secara bersamaan.

Semuan rangkaian sholat jumat dilakukan berjama’ah

Seluruh rangkaian salat Jumat dilakukan secara berjamaah, mulai dari salat Tahiyatul Masjid, Qabliyah Jumat, salat Jumat, Ba'diyah Jumat, shalat Zuhur, hingga Ba’diyah Zuhur.

Tanpa Pengeras Suara

Masjid Saka Tunggal Baitussalam hingga saat ini masih mempertahankan tradisi untuk tidak menggunakan pengeras suara. Meski demikian, suara azan yang dilantunkan oleh empat muazin sekaligus tetap terdengar lantang dari masjid ini.

27 Rajab

Setiap tanggal 27 Rajab di masjid ini, diadakan pergantian jaro dan pembersihan makam Kyai Mustolih.

Referensi

  1. ^ Biro Humas Jawa Tengah. "Masjid Saka Tunggal Dan Taman Kera". Promo Jateng. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-08. Diakses tanggal 15 September 2021. 
  2. ^ Parinduri ", Alhidayath (28 April 2021). "Sejarah Masjid Saka Tunggal Banyumas: Dibangun Sebelum Majapahit?". Tirto.id. 
  3. ^ Masjid Saka Tunggal

Pranala luar

Berita pada situs Kabupaten Banyumas[pranala nonaktif permanen]