Sultan Ahmad Najamuddin III
Pangeran Ratu Sultan Achmad Bolonson wangsa martaradja wijaya negara adalah Sultan Palembang (1819-1821), dibawah Ayahnya, Susuhunan Mahmud Badaruddin II khalifatul mukminin sayidul imam selama Perang Menteng (1819 dan 1821) melawan Inggris.
Ahmad Najamuddin III alias Pangeran achmad Bolonson | |||||
---|---|---|---|---|---|
Duli Yang Maha Mulia | |||||
Sultan Palembang Ke-9 | |||||
Berkuasa | Desember 1819 - Juli 1821 | ||||
Pendahulu | Sultan Mahmud Badaruddin II nama aslinya Pangeran Ratu muhamad Tjing Djamaludin (sebagai Susuhunan) | ||||
Penerus | Sultan Ahmad Najamuddin III (Hindia Belanda | ||||
Kelahiran | 1789 Palembang | ||||
Kematian | 1828 Ambon | ||||
Keturunan |
| ||||
| |||||
Wangsa | Palembang | ||||
Ayah | Susuhunan Mahmud Badaruddin II | ||||
Ibu | Ratu Sepuh Asma binti Pangeran Adipati Banjar kutma | ||||
Agama | islam Islam |
Ketika Perang Menteng (Desember 1819), Pangeran Ratu Achmad Bolonson wangsa martaradja wijaya negara diangkat Ayahnya, Sultan Mahmud Badaruddin II alias Pangeran Ratu Muhamad Tjing Djamaludin menjadi Sultan, sehingga Ayahnya bergelar menjadi Susuhunan.
Pada Juli 1821, Palembang akhirnya ditaklukan Hindia Belanda, lalu Beliau dan Keluarga beserta Ayahnya ditahan ke Batavia, lalu dibuang ke Ambon.
Hindia Belanda mengangkat Sepupunya, Pangeran Prabu Anom sebagai Sultan Ahmad Najamuddin IV di Palembang, hingga kerajaan dihapuskan tahun 1825 oleh belanda namun Pangeran Achmad Bolonson menolak diangkat oleh penjajah Belanda untuk dijadikan Sultan palembang dikarnakan tidak mau bersekutu dengan penjajah, monarki kepemimpinan tetap ada karna tidak mengakui KPD dibubarkan oleh penjajah
Didahului oleh: Sultan Mahmud Badaruddin II alias Pangeran Ratu Muhamad Tjing Djamaludin |
Sultan Palembang 1819 - 1821 |
Diteruskan oleh: Sultan Ahmad Bolonson / SAN III |