Pengelolaan sampah di Taiwan

Revisi sejak 24 Februari 2023 23.03 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (top: pembersihan kosmetika dasar, added underlinked tag)

Pengelolaan sampah di Taiwan terbagi menjadi dua kategori yaitu pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan sampah industri. Biro Perlindungan Lingkungan/The Environmental Protection Bureaus (EPB) dari suatu kota dan pemerintah kota bertanggungjawab atas pengelolaan sampah. Sementara itu, sampah industri berasal dari limbah pertanian, limbah pabrik atau industri, limbah pertambangan, limbah perusahaan konstruksi, limbah medis. Pengelolaan sampah industri ada di bawah pengawasan Administrasi Perlindungan Lingkungan Taiwan/Taiwan Environmental Protection Administration (TEPA).[1]

Pengelolaan sampah domestik

Sistem pengelolaan sampah di Taiwan cukup mumpuni dan unik karena sampah yang berasal dari rumah tangga tidak dikumpulkan di tempat pembuangan akhir sampah, tetapi sampah tersebut langsung ditampung dalam truk sampah yang berkeliling.[2] Truk sampah tersebut berkeliling sampai ke jalan terkecil yang hanya dapat dilalui oleh truk kecil.[3] Truk sampah di Taiwan terbagi menjadi tiga kategori yaitu truk pengangkut sampah yang tidak bisa didaur ulang, truk yang mengangkut sampah yang akan didaur ulang, dan truk pengangkut sampah-sampah makanan yang mudah busuk. Warga negara Taiwan harus memahami dan dapat membedakan jenis-jenis truk sampah. Sampah yang sudah tertampung akan diproses dan dikelola sesuai dengan jenisnya.[2]

Pengelolaan sampah plastik

Taiwan adalah salah satu negara yang dilingkupi oleh perairan, dengan demikian masalah sampah plastik menjadi perhatian serius. Pada tanggal 26 September 2019 di Jakarta dalam suatu seminar, Peter Lan sebagai Wakil Kepala Taiwan Economic and Trade Office (TETO) menyatakan bahwa sampah plastik  harus diatasi dengan proses daur ulang. Selain itu, Taiwan memiliki sistem yang dapat memantau polusi yang terdapat di laut dan di udara. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu kebijakan New Southbound yang berlaku di Taiwan yang sangat fokus kepada masalah lingkungan. Sebagai langkah antisipasi untuk mengurangi sampah plastik, di Taiwan sendiri diberlakukan peraturan bahwa semua peralatan makan dan minum yang disediakan oleh para pengusaha makanan dan minuman harus berbahan dasar kertas.[4] Pemerintah Taiwan pun menawarkan kerjasama dengan Indonesia dalam upaya mengurangi sampah plastik di laut serta untuk mengembangkan potensi ekonomi dari proses daur ulang sampah.[5]

Pada acara konferensi tahunan Global Sustainable Tourism Council (GSTC) yang diselenggarakan pada tanggal 4-7 Desember 2019 di kota Azores, Portugal, delegasi Taiwan memaparkan keberhasilannya dalam mengurangi limbah plastik di Pulau Xiao Liuqiu. Delegasi Taiwan tersebut berasal dari anggota Haiyong Studio, Taiwan Loo Koo Yu Association, Organisasi Chingpiao, serta Sustainable Travel Taiwan. Adapun usaha yang telah dilakukan oleh organisasi pelestari lingkungan di Pulau Xiao Liuqiu adalah dengan menerapkan sistem peminjaman gelas dalam rangka mengurangi sampah plastik yang berasal dari peralatan makan dan minum yang dipakai dalam sekali pemakaian, melakukan proses daur ulang sampah, mencuci peralatan makan dan minum.[6]

Selain itu, ada satu cara unik dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan membersihkan sampah yaitu dengan menerapkan sistem mata uang pantai yang berupa koin. Koin itu sendiri terbuat dari pecahan kaca dan gelas yang aman, lalu dihiasi dengan warna dan  gambar penyu hijau ataupun hewan khas lain dari Pulau Xiao Liuqiu. Koin yang sudah rampung dibuat lalu diresmikan oleh Kantor Administrasi Kawasan Wisata Teluk Dapeng. Sementara itu, masyarakat atau wisatawan di Pulau Xiao Liuqiu yang ingin mendapat koin tersebut dapat membentuk tim yang terdiri atas 3-5 orang yang nantinya akan ditugaskan untuk mengambil sampah yang ada di pantai. Beberapa tim yang berhasil mengumpulkan koin terbanyak akan diberi diskon sebesar NT $500 untuk menginap atau makan di restoran.[6]

Ekonomi sirkular

Dalam rangka menerapkan ekonomi sirkular dan mengurangi sampah plastik di laut yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan hidup berkelanjutan di Penghu, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei menghadiri suatu acara Visiting, Display, and Forum of Resource Circulation and Non Plastic Island pada tanggal 4-5 Oktober di Penghu yang diadakan oleh Environmental Protection Administrative (EPA).[7]

Penghu adalah salah satu kabupaten yang terdapat di negara Taiwan yang mata pencaharian utama penduduknya adalah nelayan. Penghu merupakan salah satu tempat yang cukup sering dikunjungi di musim panas, dengan demikian persoalan limbah di laut menjadi permasalahan yang harus disikapi dengan serius. Untuk mengurangi pemakaian botol plastik, EPA menyediakan unit-unit pengisian air yang mana setiap mesin dari unit-unit tersebut terhubung dengan jaringan internet agar pola konsumsi masyarakat lokal serta turis asing dapat terpantau. Selain itu, ada pula program penyewaan botol minum untuk turis di Penghu. Masyarakat lokal serta turis yang datang berkunjung mendapat potongan harga di tempat wisata jika menunjukkan botol minum, baik milik sendiri maupun meminjam.[7]

Referensi

  1. ^ Lee, Shou-Chien. An introduction to Taiwan's waste management and recycling policy, dalam Masashi Yamamoto (ed) The Economics of Waste Management in East Asia. London and New York: Routledge Taylor and Francis Group. hlm. 111. ISBN 978-1-315-75191-7. 
  2. ^ a b Yustina, Kurnia (8 Maret 2019). "Urus Sampah di Jakarta, Bisa Belajar dari Taiwan". 
  3. ^ Nayan, Ahmad (2018). "Pengelolaan Sampah di Taiwan". Diakses tanggal 8 April 2022. 
  4. ^ MIchaella, Sonya (26 September 2019). "Taiwan Kembangkan Teknologi Atasi Sampah Plastik di Laut". Diakses tanggal 9 April 2022. 
  5. ^ Zuraya, Nidia (26 September 2019). "Taiwan Ajak Indonesia Kerja Sama Kelola Limbah Plastik". Diakses tanggal 9 April 2022. 
  6. ^ a b Indonesia, Taiwan Today (9 Desember 2019). "Delegasi Taiwan Paparkan Keberhasilan Kurangi Limbah Plastik dalam Konferensi GSTC". Diakses tanggal 9 April 2022. 
  7. ^ a b Taipei, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (7 Oktober 2021). "KDEI TAIPEI KUNJUNGI LINGKUNGAN HIDUP BERKELANJUTAN DI PENGHU". Diakses tanggal 9 April 2022.