Museum Lewu Hante
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. |
Museum Lewu Hante merupakan Rumah Adat yang cukup tinggi dengan panjang kurang lebih 30 meter hingga 150 meter dan lebar mencapai 10 meter samapi 30 meter serta tinggi hampir 3 meter hingga 5 meter. Desain Kontruksinya sengaja dibuat tinggi agar terhindar dari berbagai macam bahaya seperti hewan buas maupun banjir bah yang dapat datang kapan saja.. Disisi lain museum yang disebut juga dengan “Rumah Bentang” memiliki hulu yang harus searah dengan matahari terbit serta bagian hilir yang mengarah ke tempat terbenamnya matahari. Persyaratan ini tetap dijunjung sesuai dengan falsafah orng dayak yang bekerja dari awal matahari terbit hingga terbenam. Kerja keras menghidupi keluarga agar mampu bertahan hidup. Ajaran ini di anut oleh seluruh suku dayak kecuali Dayak Punan yang hidup No maden. Museum ini menjadi sebuah Objek wisata yang terletak di desa Taniran, Kecamatan Banua Lima, Kabupaten Barito timur, Kalimantan Tengah. Aksebilitas menuju tempat ini dapat melalui Tamiang Layang. Jika menempuh perjalanan udara dapat melalui kota Palangkaraya maupun Banjarmasin. Adapun jam buka pada pukul 9 dan ditutup pukul 3 sore. Konstruksi bangunannya terbuat dari kayu ulin yang memiliki kualitas tinggi dengan ketahanan dari rayap serta daya tahannya cukup lama bisa mencapai ratusan tahun tanpa renovasi. Disana terdapat 2 patung bernama Upu dn Wawei yang mencerminkan Laki-laki dan Perempuan Dayak, adapula tugu perbatasan dengan burung enggang yang mengepakkan sayap diatas tugu, namun sekarang sudah sangat langka. Sehingga untuk menambah daya terik kawasan ini sering mengadakan berbagai festival. Adapun benda koleksi museum ini diantaranya pistol zaman jepang, piring, Malawen, guci Kuno, Samurai, hingga berbagai senjata khas dayak