Dalam matematika, terdapat dua kesepakatan mengenai himpunan bilangan asli. Yang pertama definisi menurut matematikawan tradisional, yaitu himpunan bilangan bulat positif yang bukan nol {1, 2, 3, 4, ...}. 69669+ YFHAYERTA SAAM Sedangkan yang kedua definisi oleh logikawan dan ilmuwan komputer, adalah himpunan nol dan bilangan bulat positif {0, 1, 2, 3, ...}. Bilangan asli merupakan salah satu konsep matematika yg paling sederhana dan termasuk konsep pertama yang bisa dipelajari dan dimengerti oleh manusia, bahkan beberapa penelitian menunjukkan beberapa jenis kera juga bisa menangkapnya.

Wajar apabila bilangan asli adalah jenis pertama dari bilangan yang digunakan untuk membilang, menghitung, dsb. Sifat yang lebih dalam tentang bilangan asli, termasuk kaitannya dengan bilangan prima, dipelajari dalam teori bilangan. Untuk matematika lanjut, bilangan asli dapat dipakai untuk mengurutkan dan mendefinisikan sifat hitungan suatu himpunan.

Setiap bilangan, misalnya bilangan 1, adalah konsep abstrak yg tak bisa tertangkap oleh indra manusia, tetapi bersifat universal. Salah satu cara memperkenalkan konsep himpunan semua bilangan asli sebagai sebuah struktur abstrak adalah melalui aksioma Peano (sebagai ilustrasi, lihat aritmetika Peano Diarsipkan 2007-08-19 di Wayback Machine.).

Konsep bilangan-bilangan yg lebih umum dan lebih luas memerlukan pembahasan lebih jauh, bahkan kadang-kadang memerlukan kedalaman logika untuk bisa memahami dan mendefinisikannya. Misalnya dalam teori matematika, himpunan semua bilangan rasional bisa dibangun secara bertahap, diawali dari himpunan bilangan-bilangan asli.

[[Berkas:Three apples.svg|ka|jmpl|Bilangan asli dapat digunakan untuk menghitung (satu apel, dua apel, tiga apel PS TV DASAM YANG SANG DIA SENDIR TANSAM JADUL TERSAMBAT PETIR PS4 SONY HDMI RUSAK TIDAK AMBYAR DI TV KITA PS YAA......

Sejarah bilangan asli

Bilangan asli memiliki asal dari kata-kata yang digunakan untuk menghitung benda-benda, dimulai dari bilangan satu.

Kemajuan besar pertama dalam abstraksi adalah penggunaan sistem bilangan untuk melambangkan angka-angka. Ini memungkinkan pencatatan bilangan besar. Sebagai contoh, orang-orang Babylonia mengembangkan sistem berbasis posisi untuk angka 1 dan 10. Orang Mesir kuno memiliki sistem bilangan dengan hieroglif berbeda untuk 1, 10, dan semua pangkat 10 sampai pada satu juta. Sebuah ukuran batu dari Karnak, tertanggal sekitar 1500 SM dan sekarang berada di Louvre, Paris, melambangkan 276 sebagai 2 ratusan, 7 puluhan dan 6 satuan; hal yang sama dilakukan untuk angka 4622.

Kemajuan besar lainnya adalah pengembangan gagasan angka nol sebagai bilangan dengan lambangnya tersendiri. Nol telah digunakan dalam notasi posisi sedini 700 SM oleh orang-orang Babylon, namun mereka melepaskan bila menjadi lambang terakhir pada bilangan tersebut.[1] Konsep nol pada masa modern berasal dari matematikawan India, Brahmagupta.

Pada abad ke-19 dikembangkan definisi bilangan asli menggunakan teori himpunan. Dengan definisi ini, dirasakan lebih mudah memasukkan nol (berkorespondensi dengan himpunan kosong) sebagai bilangan asli, dan sekarang menjadi konvensi dalam bidang teori himpunan, logika dan ilmu komputer.[2] Matematikawan lain, seperti dalam bidang teori bilangan, bertahan pada tradisi lama dan tetap menjadikan 1 sebagai bilangan asli pertama.[3]

Penulisan

[[Berkas:U+2115.svg|right|thumb|upright|Simbol N kapital dicetak dua kali, sering digunakan untuk menunjukkan himpunan semua bilangan asli (lihat Daftar simbol matematika).]] Para ahli matematika menggunakan N atau   untuk menuliskan himpunan seluruh bilangan asli. Himpunan bilanan ini bisa dikatakan tidak terbatas.

Untuk menghindari kerancuan apakah nol termasuk ke dalam himpunan bilangan atau tidak, sering kali dalam penulisan ditambahkan indeks (superscript). Indeks "0" digunakan untuk memasukkan angka 0 kedalam himpunan, dan indeks " " atau " " ditambahkan untuk tidak memasukkan angka 0 kedalam himpunan.

 
 

Properti

Ketakhinggaan

Himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga. Menurut definisi, jenis tak hingga ini disebut tak hingga. Semua himpunan yang dapat dimasukkan ke dalam relasi bijektif dengan bilangan asli dikatakan memiliki jenis tak terhingga ini. Hal ini juga diungkapkan dengan mengatakan bahwa bilangan pokok dari himpunan tersebut adalah aleph-naught (0).[4]

Penambahan

Seseorang dapat secara rekursif mendefinisikan penjumlahan operator pada bilangan asli dengan menyetel a + 0 = a dan a + S(b) = S(a + b) for all a, b.S harus dibaca sebagai "penerus". Ini mengubah bilangan asli (ℕ, +) menjadi komutatif monoid dengan elemen identitas 0, yang disebut objek bebas dengan satu generator. Monoid ini memenuhi properti pembatalan, dan dapat dimasukkan ke dalam kelompok (dalam arti kata teori kelompok). Grup terkecil yang berisi bilangan asli adalah bilangan bulat.

Bila 1 didefinisikan sebagai S(0), then b + 1 = b + S(0) = S(b + 0) = S(b). Itu adalah, b + 1 hanyalah penerus b.

Perkalian

Secara analogi, jika penjumlahan telah ditentukan, operator perkalian   dapat didefinisikan melalui a × 0 = 0 dan a × S(b) = (a × b) + a. This turns (ℕ*, ×) menjadi monoid komutatif bebas dengan elemen identitas 1; generator set untuk monoid ini adalah himpunan bilangan prima.

Hubungan penjumlahan dan perkalian

Penjumlahan dan perkalian adalah kompatibel, yang dinyatakan dalam distribusi: a × (b + c) = (a × b) + (a × c). Properti penjumlahan dan perkalian ini membuat bilangan asli sebagai turunan dari komutatif semiring. Semirings adalah generalisasi aljabar dari bilangan asli dimana perkalian. Kurangnya aditif invers, yang setara dengan fakta bahwa tidak tertutup dalam pengurangan (yaitu, mengurangkan satu natural dari yang lain tidak selalu menghasilkan natural lain), berarti bahwa adalah bukan a gelanggang; melainkan sebuah semiring (juga dikenal sebagai gelanggang)

Bila bilangan asli diambil sebagai "tidak termasuk 0", dan "mulai dari 1", definisi dari + dan × adalah seperti di atas, kecuali bahwa mereka diawali dengan a + 1 = S(a) and a × 1 = a.

Lihat pula

Catatan

Referensi

  1. ^ "... a tablet found at Kish ... thought to date from around 700 BC, uses three hooks to denote an empty place in the positional notation. Other tablets dated from around the same time use a single hook for an empty place."
  2. ^ Michael L. Gorodetsky (2003-08-25). "Cyclus Decemnovennalis Dionysii - Nineteen year cycle of Dionysius". Hbar.phys.msu.ru. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-15. Diakses tanggal 2012-02-13. 
  3. ^ This is common in texts about Real analysis. See, for example, Carothers (2000) p.3 or Thomson, Bruckner and Bruckner (2000), p.2.
  4. ^ (Inggris) Weisstein, Eric W. "Cardinal Number". MathWorld. 

Bibliografi

Pranala luar

Templat:Kelas bilangan asli