Suku Tumi
Bangsa Tumi (bahasa Lampung: Jamma Tumi (Orang Tumi)) adalah suku bangsa Lampung negeri sakala brak kuno pada zaman sejarah. Sakala Brak yang diyakini merupakan nenek moyang suku Lampung saat ini. Bangsa Tumi dengan sebutan lainnya ialah Buay Tumi, Jamma Tumi, Orang Tumi yang beragama Hindu Birawa, pengaruh kebudayaan Hindu-Budha mendatangi Negeri Sakala Brak kuno anutan animisme, Buay Tumi yang menurut teori ahli sejarah J.R Logan serta Ahmad Safei Saibatin Kepaksian Buay Belunguh mengatakan dengan tegas bahwa orang tumi berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara Pada Abad ke-1 Masehi Dasawarsa ke-8: 78-an[1][2][3] Pada Abad ke-12 Masehi sampai dengan tahun 1288 Masehi Raja terahir suku bangsa Kepaksian Sakala Brak Kuno yakni Ratu Sekekhumong sebelum di taklukkan oleh orang-orang saleh dahulu bermukim di wilayah tanjung menang sekitar lereng tengkuk puncak gunung Pesagi, Bukit Barisan dan danau Ranau di Kabupaten Lampung Barat tepatnya di daerah Kenali, Belalau, Lampung Barat Sekarang[4][1].
Bahasa | |
---|---|
Tumi (Varian Sumatra Kuno) Sanskerta | |
Agama | |
Animisme, Dinamisme (hingga Abad ke-12) Hindu (Abad ke-9 sampai Abad ke-13) Islam (setelah abad ke-13 hingga sekarang) | |
Kelompok etnik terkait | |
Tamil (diyakini sebagai asal-usul orang Tumi) Suku Lampung (diyakini sebagai keturunan penerus yang berasal dari negeri sakala brak) |
Etimologi
Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama Tumi me-rujuk dari kata Tamil yakni sebuah suku bangsa yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu.[5][1] Ikon dari Kerajaan Adat. Paksi Pak Sakala Brak Kepaksian Pernong Lampung adalah "Kijang Melipit Tebing" artinya Lihai tangkas dan berani[6], Belunguh "Paku Sukha" artinya memiliki kekayaan yang melimpah, Nyerupa "Mok bangsa lamon nyawa" artinya memiliki rakyat yang banyak dan tersebar dimana-mana, Bejalan Diway "Sai tumbuk sekhatus" artinya satu lawan seratus yang artinya berani.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi, Gunung pesagi tempat bermukimnya suku tumi yang menganut agama nanimisme, yang merupakan cikal bakal Kerajaan Sakala Brak Kuno, Kerajaan Sakala Brak adalah kerajaan tertua di tanah Lampung. Penduduk yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Sakala Bkhak inilah yang merupakan nenek moyang dari etnis asli Lampung[1]. penyebaran islam dimulai sejak tahun 1101 Masehi[1]. Empat kekhalipahan menaklukkan keratuan sakala brak animisme dan mendirikan monarchi Islam yang di sebut Paksi Pak Sakala Brak di Abad ke-13 tahun 1289 Masehi atau 688 Mujarrad Rasulullah silam[1]. Yang hingga kini terus berjalan pemerintahan adatnya[1]. Masingmasing kepaksian tersebut memiliki wilayah, Masyarakat, dan adat istiadatnya sendiri[1][7]. Struktur adatnya meneruskan dan melestarikan tradisi kerajaan sejak zaman sakala brak kuno hingga kini secara legitimate terhadap masyarakat, wilayah, pemerintahan adat tetap bersinergi dengan pemerintahan hingga kini[1]. Pada Jaman inilah, kemudian menyebar keturunan mereka mengarungi wilayah di Lampung[1]. Dari penyebaran itulah (salah satu alasannya ngehuma: mencari lahan pertanian baru), mereka membentuk keluarga tersendiri, bahkan ada beberapa yang meminta izin untuk menjadi para raja jukuan paksi, bandar, marga, dan lainnya[1].
Paksi Pak, mereka juga masingmasing menyatakan cicca, yaitu tentang karakter dan watak dari masyarakatnya yang mereka pimpin sampai ke keturunan-keturunannya kelak[1]. Cicca Kepaksian Pernong "Mucalak Mucakhagil" artinya cerdik dan tangkas lazim dikatakan lihai[8]. Cicca Belunguh "pakusukha lom lungup, lamon bakak khebbu bulung" artinya memiliki kekayaan yang berlimpah[1]. Cicca Nyerupa "mok bangsa lamon nyawa" artinya memiliki rakyat yang banyak dan tersebar di manamana. Cicca Bejalan Diway "sai tukhuk puluh" artinya satu lawan sepuluh yang berarti pemberani[1].
Dengan berdirinya tonggak awal kepemimpinan di Kepaksian Paksi Pak Sakala Brak tersebut, keempat umpu sepakat mengangkat seseorang untuk menjadi saudara angkat mereka[1]. saudara angkat mereka itu bernama Si Bulan kemudian diberi julukan Putri Indarwati oleh keempat umpu sakala brak. Putri indar wati ditempatkan di suatu wilayah yang berada di Cenggikhing Batu Brak[1]. Putri Indarwati menerima kedudukannya dan pemberian keempat umpu tersebut dengan senang hati[1]. lalu, tempat yang ia tempati di daerah cenggikhing ia beri nama way Nekhima yang berarti bahwa Putri Indarwati menerima kedudukannya sebagai suku besar di bawah kepemimpinan kepaksian Paksi Pak[1]. Karena Paksi Pak tidak diperbolehkan dari empat kepaksian maka Putri indarwati memohon izin kepada empat Sultan Sakala Brak untuk meninggalkan bumi sakala brak dan mendirikan negeri yang baru di luar bumi sakala brak, yaitu di daerah Tulangbawang jaman sekarang disebut Kerajaan Tulang Bawang[1]. Maka Buay Bulan yang berada didaerah tulang bawang adalah merupakan negeri baru bentukan dari Si Bulan dengan julukan Putri Indarwati yang berasal dari Sakala Brak[1].
Sejarah Kebudayaan
Adat dan Budaya tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni Penaklukan keberadaan Suku Tumi di tengkuk Gunung Pesagi oleh sidang saleh, penyebar syiar Islam yang di bawah oleh 4 orang-orang saleh keturunan dari Umpu Ngegalang Paksi/Sultan Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa[9][1][10][11][12]. Prasasti Hujung Langit dan Batu Brak ialah peninggalan zaman sejarah dan jaman sejarah pra-Islam. Suku Tumi yang beragama Animisme memiliki seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para Umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari Islam.[13] Keempat umpu yang mengalahkan seorang laki-laki yang bernama Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi.[14][1] Ke empat umpu ini lalu membagi wilayah kebesaran, rakyat, senjata-senjata Umpu Belunguh bertahta di Lamban Gedung, Umpu Pernong bertahta di Gedung Dalom, Umpu nyerupa bertahta di Gedung Pakuoh, Umpu bejalan diway bertahta di Lamban Dalom[15]. Paksi Pak artinya 4 (empat) tertinggi, Sakala artinya titisan Brak artinya Dewa[15]. Paksi Pak Sakala Brak yang artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sakala Brak[15][1]. Kepaksian adalah Empat pemegang pucuk tertinggi di dalam adat[15]. Kepaksian Sakala Brak adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam[15][1]. Didalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang struktur kepaksian, struktur yang di pegang oleh Sultan Saibatin raja adat di kepaksian[15][1]. Ciri dari Kepaksian Sakala Brak adalah Cambai Mak Bejunjungan, Pohon daun sirih berdiri tegak tampa sandaran[15][1]. Wilayah Kerajaan Adat Paksi Pak Sakala Brak meliputi Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesisir Barat dan sebagian dari wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), penyebaran sumbai-sumbai Suku Komering, Suku Daya, Suku Abung, Suku Sungkai, Suku Pubian, Kerajaan Paksi Pak Sakala Brak memiliki trah yang mendiami sepanjang pesisit tanah Lampung mulai dari tanah ranau, tanjung sakti sampai tanjung tuha pesisir Kalianda Lampung Selatan dan mulai sepanjang way suluh melintas tanjung cina terus meretas pesisir semaka melewati Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan masuk pesisir teluk betung hingga way handak yang di pegang lima saibatin makhga kerabat sakala brak di way handak, Kepaksian sakala brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak rabu 24 Agustus 1289 masehi Abad ke-13 masehi[15][1]. Kerajaan Adat Paksi Pak Sakala Brak sebuah struktur organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagian daripada pilar-pilar Penguat Kekokohan NKRI, yang terus dipertahankan oleh masyarakat disana, Adat dan Budaya-nya serta kebiasaan-kebiasan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi masih berjalan hingga sekarang[15][1][16].
Keyakinan
Sejarah Daerah Lampung, Depdikbud (1997) menyebut bahwa dahulu masyarakat Suku Tumi masih menganut kepercayaan Animisme atau Dinamisme sebelum kedatangan agama Hindu dari daratan India[1] Sebelum kedatangan orang-orang saleh (sidang saleh), kepercayaan suku disana ada dua kepercayaan yang di anut sebagian masih mempertahankan dengan kepercayaan animisme sebagian pula memilih mengikuti kepercayaan yang dibawa dari luar nusantara yaitu kepercayaan Hindu dan Buddha, Masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia berawal melalui jalur perdagangan pada zaman tersebut, sebelum jaman Portugis, Inggeris, Belanda dan Jepang datang ke Nusantara, Indonesia melakukan teransaksi perdagangan dengan bangsa asing, terutama Tiongkok dan India yang merupakan pusat agama Hindu dan Buddha tersebar di Asia[17].
Pengembangan suku bangsa
Menurut ahli sejarah J.R Logan pada abad ke-19 Masehi yang melakukan penelitian sejak tahun 1848 hingga 1900 bahwa "Pengembangan suku bangsa Indonesia berasal dari Assam yang terletak di India selatan itu dalam pengungsian-nya bergerak menyebrangi laut Andaman untuk kemudian berpencar dalam beberapa kelompok"[1].
- Kelompok kesatu bergerak ketimur melalui jawa dan kalimantan dan ada yang terus ke utara Filipina, yang kemudian melahirkan suku bangsa Igorot dan lain-lain,
- Kelompok kedua mencapai ujung utara sumatra menyusuri pantai barat dan mendarat di Singkel, Barus, dan Sibolga, kemudian melahirkan cikal bakal Batak Karo, Batak Toba, Dairi, dan Alas,
- Kelompok ketiga meneruskan pelayaran menelusuri pantai barat Sumatra terus ke selatan yang akhirnya melalui pantai krui menuju kedaerah pegunungan, kembali sebagai Mountain People di tengkuk dan gunung pesagi, bukit barisan dan seminung[1].
Seorang ahli sejarah pula Lawrence Palmer Bringgs, dalam jurnalnya di abad ke-19 Masehi, tahun 1950, menyebut bahwa sebelum abad ke-7 Masehi sekitar tahun 683 Masehi, yang berlangsung sejak tahun 501 Sebelum Masehi (SM) hingga 600 Masehi (M) Ibu Kota Sriwijaya (Srivijaya) terletak di Daerah pegunungan jauh dari Palembang[1]. Tempat itu dipayungi oleh dua gunung dan dilatari sebuah danau, itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut Family of the King of the Mountains (Sailendravarmsa)[1].
Sementara penelitian UIN Raden Intan Lampung Safari Daud (Disampaikan dalam kelompok diskusi Terpumpun 'Budaya Sakala Brak mendorong Harmonisasi Masyarakat Lampung' di Hotel Emersia Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung pada tanggal 18 Desember 2018), mengatakan Kerajaan Sakala Brak bermula dari Kerajaan Sakala Brak Kuno dengan penduduk suku tumi, suku ini dianggap kanibal. Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian, hal itu tidak terbukti[1]. Suku Tumi menganggap mereka kanibal sebagai alat untuk menakut-nakuti musuh atau untuk menunjukkan keperkasaan. Pola serupa banyak dilakukan kerajaan tradisional di Sumatra untuk kepentingan Politik.
Tang-5 Dinasti berdasarkan analisis Keramik-keramik
Sebuah catatan Cina dari Abad ke-3 Masehi menyebut suatu tempat sebagai Pu Luo Zhong terdengan seperti bahasa melayu untuk pulau di ujung semenanjung raja pertama singapura yang melarikan diri Parameswara sedangkan raja di hakha kuning pada Abad ke-9 M hingga mendekati Abad ke-13 Masehi dengan nama lengkap Parameswara Haji Yuwa Rajya Punku Syri Haridewa. Gelar Pu yang bersanding dalam kata DA-PUN-TA diperuntukkan bagi orang yang amat tinggi tertulis dalam buku sriwijaya oleh Prof. Dr. Slamat Muljana.
Referensi awal untuk nama Temasek (atau Tumasik) ditemukan di Nagarakretagama, sebuah pidato bahasa jawa yang ditulis pada tahun 1365 Masehi, dan sumber Vietnam dari periode waktu yang sama. Namanya mungkin berarti Kota Laut, yang berasal dari bahasa melayu, yang berarti Laut atau Danau
Pengelana Cina Wang Dayuan mengunjungi sebuah tempat sekitar tahun 1330 Masehi bersama Danmaxi Tam ma siak, tergantung pengucapannya. Danmaxi mungkin merupakan transkripsi dari Temasek (Tumasik), atau mungkin kombinasi dari bahasa Melayu tanah yang berarti tanah dan bahasa Cina Xi yang berarti timah, yang diperdagangkan di pulau itu.
Beberapa dynasti berdasarkan analisis kronologi relatifnya Keramik-keramik di Prasasti Hujung Langit Tang-5 Dinasty (10 Masehi), Song Selatan (11-13 Masehi) Yuan (13-14) dan Ming (16-17 Masehi). Keramikkeramik ini pada masa lampau merupakan komuditas perdagangan yang terkenal pada masanya[18].
Gallery
-
Yuan
-
Song Selatan
-
Song Selatan
-
Yuan
-
Tang-5 Dinasti
-
Yuan
-
Yuan
-
Song Selatan
-
Song Selatan
-
Yuan
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah https://drive.google.com/file/d/13pMBaXV2ZppK1Pc9v74aljflDG6nCBxt/view?usp=sharing
- ^ https://www.tribunnews.com/nasional/2021/11/10/mengenal-sejarah-masuknya-agama-hindu-hingga-peninggalannya-di-indonesia
- ^ https://drive.google.com/file/d/1Q2D10s-G9otABJCPcJWeExg4nLipXeYv/view?usp=sharing
- ^ https://identikpos.com/sejarah-tentang-suku-tumi-dan-kerajaan-sekala-brak/
- ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/
- ^ https://drive.google.com/file/d/1CiVi_TEmkVTcNa3EWmSoT8-J_xtquVIS/view?usp=sharing
- ^ https://drive.google.com/file/d/1F8pUn88pxnrs2_GVU8XdDyrr9eT8KI8p/view?usp=sharing
- ^ https://drive.google.com/file/d/1_E7UnpZpvCiLS8kAI6PCzjCBjlBH9hoQ/view?usp=sharing
- ^ https://pringsewu.site/nenek-moyang-orang-margakaya/
- ^ https://drive.google.com/file/d/1U0oTvyYU8OBvN8P3XXq8UEh90bLIh68r/view?usp=sharing
- ^ https://drive.google.com/file/d/14UHvuXDD3hug2osHokzdG41buGJDrcvz/view?usp=sharing
- ^ https://drive.google.com/file/d/1c85o3VxiVOf8r5YJjr78QrJn55-zUaLu/view?usp=sharing
- ^ https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon
- ^ https://www.medianasional.id/sekura-topeng-1000-wajah/
- ^ a b c d e f g h i https://harianmomentum.com/read/27725/paksi-pak-sekala-brak-simbol-eksistensi-budaya-lampung
- ^ https://drive.google.com/file/d/1mDVvSF6a6qiiOgRjFElVgaJoWaF9GWa-/view?usp=sharing
- ^ https://mediaindonesia.com/humaniora/447731/ini-teori-masuknya-agama-hindu-dan-budha-ke-indonesia#:~:text=Masuknya%20agama%20Hindu%20dan%20Buddha,dan%20Buddha%20terbesar%20di%20Asia.
- ^ https://radarsemarang.jawapos.com/features/2021/10/30/museum-ranggawarsita-tambah-koleksi-benda-bersejarah-yang-tertua-berupa-keramik-china-abad-10-masehi/