Kesejahteraan hewan

ukuran kualitas hidup hewan nonmanusia.

Kesejahteraan hewan adalah sebuah pandangan atau konsep moral mengenai pemenuhan kesejahteraan pada hewan nonmanusia. Konsep ini berhubungan erat dengan etika terhadap hewan.[1] Kesejahteraan hewan mencakup kondisi fisik dan mental hewan, dan sejauh mana sifat alamiahnya terpenuhi.[2][3]

Animal welfare
Poster donasi untuk kuda yang terluka, London, 1915.

Penerapan kesejahteraan hewan sering kali didasarkan pada keyakinan bahwa hewan nonmanusia memiliki sensibilitas dan bahwa manusia harus mempertimbangkan kesejahteraan atau penderitaan mereka, terutama ketika mereka berada di bawah kendali manusia.[4] Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan tersebut misalnya bagaimana hewan pangan disembelih, bagaimana hewan digunakan dalam penelitian ilmiah, bagaimana hewan dipelihara (sebagai hewan kesayangan, di kebun binatang, peternakan, sirkus, dan sebagainya), dan bagaimana aktivitas manusia memengaruhi kesejahteraan dan kelangsungan hidup satwa liar.

Sejarah

Meskipun pandangan dan tulisan mengenai kesejahteraan hewan telah ada sejak lama, tetapi produk hukum modern berupa undang-undang nasional baru ditetapkan pada abad ke-19. Salah satu undang-undang pertama yang melindungi hewan adalah "Undang-Undang Kekejaman terhadap Hewan 1835" di Britania Raya yang kemudian diikuti oleh "Undang-Undang Perlindungan Hewan 1911".[5][6] Amerika Serikat butuh waktu bertahun-tahun sampai terbit undang-undang nasional untuk melindungi hewan, yakni "Undang-Undang Kesejahteraan Hewan 1966", meskipun sebelumnya telah ada sejumlah negara bagian yang mengesahkan undang-undang anti-kekejaman terhadap hewan antara tahun 1828 dan 1898.[7]

Pada tahun 1965, pemerintah Britania Raya melakukan investigasi mengenai kesejahteraan hewan-hewan yang diternakkan secara intensif. Investigasi yang dipimpin oleh Profesor Roger Brambell ini dilakukan sebagai tanggapan atas kekhawatiran yang diangkat dalam buku Mesin Hewan karya Ruth Harrison pada tahun 1964. Berdasarkan laporan Brambell,[8] pemerintah Inggris lalu membentuk Komite Penasihat Kesejahteraan Hewan Ternak pada tahun 1967, yang menjadi Dewan Kesejahteraan Hewan Ternak pada tahun 1979. Pedoman pertama yang diterbitkan komite tersebut merekomendasikan bahwa hewan memerlukan kebebasan untuk "berdiri, berbaring, berbalik, merawat diri mereka sendiri, dan meregangkan anggota badan mereka." Pedoman tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep lima kebebasan.[9][10]

Penilaian

Lima kebebasan

Salah satu indikator yang banyak digunakan untuk menilai derajat kesejahteraan hewan adalah lima kebebasan hewan, yaitu:[9][10]

  1. Bebas dari rasa lapar atau haus — dengan menyediakan akses untuk air segar dan diet untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.
  2. Bebas dari ketidaknyamanan — dengan menyediakan lingkungan yang sesuai, termasuk tempat berteduh dan tempat beristirahat yang nyaman.
  3. Bebas dari rasa sakit, cedera atau penyakit — dengan pencegahan atau diagnosis dan pengobatan penyakit dan gangguan kesehatan lain yang cepat.
  4. Bebas untuk mengekspresikan (sebagian besar) perilaku normal — dengan menyediakan ruang yang cukup, fasilitas yang layak, dan rekan dari jenis hewan itu sendiri.
  5. Bebas dari rasa takut dan tertekan — dengan memastikan kondisi dan perawatan hewan yang menghindari penderitaan mental.

Lima domain

Pada perkembangan selanjutnya, penilaian kesejahteraan hewan bergeser dari kondisi negatif yang berusaha dihindari menjadi kondisi positif yang perlu dipromosikan. Konsep lima domain pun dikembangkan untuk menilai kesejahteraan hewan, yaitu domain nutrisi, lingkungan, kesehatan, perilaku, dan kondisi mental. Empat domain pertama berkaitan dengan fisik atau fungsional (domain kesatu hingga ketiga merupakan faktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup, sedangkan domain ketiga merupakan faktor yang berhubungan dengan situasi yang dialami hewan). Sementara itu, domain kelima berhubungan dengan pengalaman afektif hewan.[11][12]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Fraser, David (1999). "Animal ethics and animal welfare science: bridging the two cultures". Applied Animal Behaviour Science. 65 (3): 171–189. doi:10.1016/S0168-1591(99)00090-8. 
  2. ^ Hewson, C.J. (2003). "What is animal welfare? Common definitions and their practical consequences". The Canadian Veterinary Journal. 44 (6): 496–499. PMC 340178 . PMID 12839246. 
  3. ^ Grandin, Temple (2013). "Animals are not things: A view on animal welfare based on neurological complexity" (PDF). Trans-Scripts 3: An Interdisciplinary Online Journal in Humanities And Social Sciences at UC Irvine. UC Irvine. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 Agustus 2014. Diakses tanggal 20 Desember 2013. 
  4. ^ "Universal Declaration on Animal Welfare" (PDF). World Society for the Protection of Animals. 2007. 
  5. ^ "1835: 5 & 6 William 4 c.59: Cruelty to Animals Act". The Statutes Project. Diakses tanggal 9 Agustus 2022. 
  6. ^ "Protection of Animals Act 1911". Legislation of UK Government. Diakses tanggal 9 Agustus 2022. 
  7. ^ "Pub. L. 89-544". US Law. Diakses tanggal 9 Agustus 2022. 
  8. ^ Bramble, F.W.R. (1965). Report of the Technical Committee to Enquire into the Welfare of Animals kept under Intensive Livestock Husbandry Systems. London: H.M. Stationary Office. ISBN 0108502864. 
  9. ^ a b "Five Freedoms". Farm Animal Welfare Council. 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Oktober 2013. Diakses tanggal 21 Oktober 2013. 
  10. ^ a b "Farm Animal Welfare Council Press Statement" (PDF). 5 Desember 1979. 
  11. ^ Mellor, D.J.; Beausoleil, N.J. (2015). "Extending the 'Five Domains' model for animal welfare assessment to incorporate positive welfare states". Animal Welfare. 24 (3): 241–253. doi:10.7120/09627286.24.3.241. 
  12. ^ Mellor, David J.; Beausoleil, Ngaio J.; Littlewood, Katherine E.; McLean, Andrew N.; McGreevy, Paul D.; Jones, Bidda; Wilkins, Cristina (2020). "The 2020 Five Domains Model: Including Human–Animal Interactions in Assessments of Animal Welfare". Animals. 10 (10): 1870. doi:10.3390/ani10101870. ISSN 2076-2615. PMC 7602120 . 

Bacaan lanjutan