Maharaja (marga)
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/50/Tugu_Marga_Maharadja_di_Sionom_Hudon_Runggu.jpgMarga Maharadja di Sionom Hudon Runggu.jpgMarga Maharadja atau Maharaja merupakan salah satu marga Batak Kalasan yang termasuk ke dalam kelompok marga Sionom Hudon/Sienem Koden dan berasal dari Sionom Hudon Runggu, Parlilitan, Humbang Hasundutan.[1] Marga-marga Batak di Kalasan umumnya mewarisi perpaduan dua ciri kebudayaan Batak, yakni Batak Toba dan Batak Pakpak.[1]
Marga Maharadja berasal dari Sionom Hudon Runggu, Parlilitan, Humbang Hasundutan. Dalam Tarombo Batak, Simbolon Tua memiliki dua keturunan, yakni Suri Raja (Tunggul Sibisa) dan Martua Raja. Keturunan Suri Raja yakni Tuan Nahoda Raja mempunyai tiga orang istri, yakni Boru Sihotang, Boru Limbong, dan Boru Naibaho. Keturunan Tuan Nahoda Raja dari Boru Sihotang dan Boru Limbong (sebagai inang panoroni) sebanyak enam orang disebut sebagai marga-marga Si Onom Hudon (bahasa Pakpak: Si Enem Kodin). Marga-marga inilah yang merupakan marga Batak Kalasan.
Dari Boru Sihotang, Tuan Nahoda Raja memperanakkan Simbuyak-buyak (yang mengalami cacat fisik), Tambun (artinya gemuk, menurunkan marga Tinambunan), Tanggor (artinya kuat, bergema menurunkan marga Tumanggor), dan Maharaja.
Dari Boru Limbong, Tuan Nahoda Raja memperanakkan Pinayungan (yang menurunkan marga Pinayungan), Turutan (yang menurunkan marga Turutan), Anak Ampun (yang menurunkan marga Nahampun), dan seorang putri bernama Bintang Maria (yang kemudian dinikahi oleh Raja Datu Parulas Nainggolan dan menurunkan marga Pusuk, Buaton, dan Mahulae).
Dari Boru Naibaho, Tuan Nahoda Raja memperanakkan Tuan Rading Nabolon, yang keturunannya menggunakan marga Simbolon.
Julukan Si Onom Hudon, berasal dari tradisi masyarakat Batak Kalasan, di mana seorang pria yang sudah menikah akan diberikan periuk dan tanah sebagai bekal perantauan sebagai rumah tangga baru (panjaean).[1]