Jaran Jenggo
Jaran Jenggo adalah sebuah kesenian yang dapat ditemukan di Pantura (Gresik, Lamongan) Jawa Timur dengan menggunakan kelincahan seekor kuda yang dihias pakaian zirah perang khas Jawa yang tunggangi Naga. Kesenian serupa adalah Jaran Kencak di Kawasan Tapal Kuda dan Kuda Renggong di Jawa Barat.
Sejarah
Kesenian Jaran Jenggo muncul pada era Kolonial Belanda di sekitar perbatasan Gresik dan Lamongan yang diciptakan oleh ki Lurah Setempat yang berasal dari Ponorogo. Diciptakannya Jaran Jenggo untuk meminimalisir kejahatan yang ada disekitar desa dengan cara sang lurah langsung patroli dari jalan - ke jalan desa, Karena sang Lurah sendiri yang langsung turun sendiri maka diikuti oleh pengikutinya ada yang membawa payung.
Sekita kejahatan yang sering terjadi berangsur sedikit dan hilang, pernah terjadi kelompok penjahat menghadang partoli ki Lurah, tetapi kelompok penjahat terkalahkan setelah ki Lurah mengeluarkan jurus naga saat diatas kuda.
Pertunjukan
Pertunjukan Jaran Jenggo masih disajikan secara tradisional, basanya untuk mengisi hajatan khitan penyambutan tamu. Kuda diberi pakaian zirah khas jawa yang ditunggangi seekor naga didampingi oleh beberapa pria dewasa yang mengenakan pakaian Reog Ponorogo, salah satu diantaranya membawa payung tradisional jawa kraton yang besar untuk kuda. Kuda berjalan sambil menari-nari kepala mengannguk, sujud dan tidur tidak seperti kuda normal.[1][2]
Pertunjukan Jaran Kencak sering disajikan bersama dengan kesenian Reog Ponorogo dalam arak-arakannya.[3]
- ^ M.A, Kendita Agustin. "Jaran Jenggo, Saatnya Kuda Ber-disko". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-11-25.
- ^ "Di Hadapan Kiai, Jaran Jinggo Bersujud". Surya.co.id. Diakses tanggal 2022-11-25.
- ^ Kompasiana.com (2014-01-29). "Kesenian Jaran Jenggo yang Eksotis di Lamongan". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2022-11-25.