Sastra di Lampung

Revisi sejak 14 Mei 2009 04.17 oleh Bennylin (bicara | kontrib) (←permintaan Aiken)

Kehidupan sastra Lampung dapat dikatakan sangat ingar bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung serampung kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih dunia yang sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana, dan sedikit nama lainnya.

Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo dan lain-lain. Menyusul kemudian--sekadar menyebut beberapa nama Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Penyair terkini, ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata, dan Lupita Lukman.

Selain itu ada cerpenis kuat Dyah Merta dan M. Arman AZ.

Puluhan sastrawan Lampung meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal, dan majalah seantero negeri. Leksikon Seniman Lampung (2005) saja, misalnya, menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung.