Bahasa Rejang
Bahasa Rejang (aksara Rejang: ꤸꥇꤾꥇ ꤽꥍꤺꥏ, terj. Miling Rêjang; ꤸꥇꤾꥇ ꥁꥍꤺꥏ, terj. Miling Hêjang; ejaan lama: Miling Redjang; Miling Hedjang) adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh etnis Rejang yang mendiami wilayah Tanah Rejang di bagian barat daya pulau Sumatra.[4]
Nomenklatur
Dalam pengistilahan lokal, bahasa Rejang lebih dikenali sebagai Miling Hêjang atau secara sederhana terkadang juga disebut sebagai Miling Jang.[10] Dalam ragam cakapan, berkomunikasi dalam bahasa Rejang sering disebut juga sebagai mê-Hêjang (atau kerap disingkat sebagai mê-Jang) yang secara harafiah bermakna "berbicara dalam bahasa Rejang" atau "berbahasa Rejang".
Istilah Baso Hêjang ataupun Baso Jang juga terkadang sering dikaitkan dengan bahasa Rejang, akan tetapi pengistilahan tersebut bukanlah asli dari masyarakat etnis Rejang, melainkan adalah sebuah pengistilahan masyarakat Bengkulu dalam bahasa Bengkulu yang digunakan untuk mengidentifikasi bahasa yang dituturkan oleh etnis Rejang. Kata Baso itu sendiri merupakan sebuah istilah serapan dari bahasa Sanskerta yang memiliki arti "bahasa".
Marsden (1783) yang memuat deskripsi mengenai Rejang dan kebudayaannya menyebut bahasa ini sebagai Redjang language. Dalam bahasa Belanda terdapat istilah Redjang atau bahkan Redjansch-Lebongsch, keduanya tercatat sebagai sebutan bagi bahasa Rejang pada situs MultiTree: A Digital Library of Language Relationships.[11]
Dialek
Berdasarkan data resmi rilisan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bahasa Rejang terbagi ke dalam lima dialek utama, yang terdiri dari:[4]
- Arga
- Curup
- Kepahiang
- Lebong Utara
- Lebong Selatan
Distribusi
Berdasarkan data resmi rilisan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bahasa Rejang dituturkan di:[4]
- Kabupaten Bengkulu Tengah
- Desa Kelindang
- Kecamatan Merigi Kelindang
- Kabupaten Bengkulu Utara
- Desa Durian Amparan
- Desa Kuro Tidur
- Kecamatan Arga Makmur
- Kecamatan Batik Nau
- Kabupaten Kepahiang
- Desa Kelilik
- Kecamatan Kepahiang
- Kabupaten Rejang Lebong
- Desa Kesambe Lama
- Desa Pelabi
- Kecamatan Curup Timur
- Kecamatan Lebong Utara
- Kabupaten Lebong
- Desa Bandar Agung
- Desa Embong
- Desa Ujung Tanjung I
- Desa Ujung Tanjung II
- Desa Ujung Tanjung III
- Kecamatan Lebong Sakti
- Kecamatan Lebong Selatan
- Kecamatan Uram Jaya
Fonologi
Vokal
Secara umum terdapat tujuh fonem vokal dalam bahasa Rejang.[12] Ketujuh vokal tersebut ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
depan | madya | belakang | |
---|---|---|---|
tertutup | i | u | |
setengah
tertutup |
e | ə | o |
setengah
terbuka |
ɛ | ||
terbuka | a |
Hingga saat ini belum ada sistem ejaan atau ortografi resmi dalam bahasa Rejang. Bahasa ini di masa sekarang umum dituliskan dalam alfabet Latin dan dipakai secara luas sebagai bahasa komunikasi tertulis melalui layanan pesan singkat ataupun media sosial. Tujuh vokal yang ada direpresentasikan oleh lima huruf saja yakni: a, i, u, e, dan o. Beberapa penggiat sekaligus penutur asli bahasa Rejang mencoba untuk membedakan vokal setengah tertutup depan /e/ dan vokal setengah terbuka depan /ɛ/ dengan vokal setengah tertutup madya /ə/ yang sama-sama dituliskan dengan huruf e. Vokal /ə/ dilambangkan sebagai ê dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan baca khususnya bagi nonpenutur asli. Ejaan ini digunakan pada Inkubator Wikipedia berbahasa Rejang serta untuk menuliskan istilah lokal Rejang di dalam artikel ini.
Diftong
Coady dan McGinn (1982) menunjukkan empat diftong dalam bahasa Rejang yakni /aj/, /aw/, /əj/, dan /əw/.[13] Selain empat diftong, Robert Blust mencatat terdapat diftong yang lain serta cukup banyak urutan atau deretan vokal yang diucap menyerupai diftong.[14] Diftong yang hanya terdapat dalam kata serapan dari bahasa lain (melalui bahasa Indonesia) ditulis dengan tanda kurung. Diftong semacam ini berjumlah 1 yakni [ej].
a | i | u | e | o | ə | ɛ | |
---|---|---|---|---|---|---|---|
a | × | aj | aw | × | × | × | × |
i | ia | × | iw | × | × | × | iɛ |
u | ua | uj | × | × | uo | × | × |
e | ea | (ej) | ew | × | × | × | × |
o | oa | oj | × | oe | × | × | × |
ə | əa | əj | əw | əe | × | × | × |
ɛ | × | × | × | × | × | × | × |
Catatan: × mengindikasikan bahwa fonem-fonem di atas tak dapat menghasilkan suara baru dikarenakan fonotaktik bahasa Rejang tidak mengizinkannya.
Pengucapan gabungan bunyi vokal atau diftong bervariasi tergantung dialeknya. Berikut adalah perbandingan diftong antardialek bahasa Rejang, kecuali dialek Rawas yang tidak banyak sumber datanya:
Dialek Lebong |
Dialek Pasisir |
Dialek Musi |
Dialek Kepahiang |
Arti dalam bahasa Indonesia |
---|---|---|---|---|
ai jiai |
ai Jiai |
êi jiêi |
êi jihêi |
jari |
ai tuai |
ai tuai |
êi tuêi |
i tui |
tua |
ai lai |
ai lai |
êi lêi |
oi loi |
besar |
au dau |
au dau |
êu dêu |
êu dêu |
banyak |
ia putiak |
ia putiak |
ea puteak |
ea puteah |
putih |
ia bibia |
ia bibia |
ea bebea |
ih bibih |
bibir |
ua buak |
ua buak |
oa boak |
oa boah |
buah |
ua kujua |
ua kujua |
oa kojoa |
uh kujuh |
tombak |
ei Mei |
ei Mei |
ei Mei |
ei Mei |
(bulan) Mei |
eu lemeu |
eu lemeu |
eu lemeu |
ea lemea |
jeruk (limau) |
oa coa |
oa coa |
oa coa |
oa coa |
tidak |
oi poi |
oi poi |
ai pai |
ai pai |
padi |
oi opoi |
oe opoe |
oe opoe |
oe opoe |
api |
êa umêak |
êa umêak |
êa umêak |
êa umêah |
rumah |
êa tinggêa |
êa tinggêa |
a tingga |
a tingga |
tinggal |
êa nêak |
êa nêak |
a atau o nak nok |
a nak |
di |
êa bênêa |
êa bênêa |
êa bênêa |
êh bênêh |
berat |
êi matêi |
êi matêi |
ie matie |
êe matêe |
mati |
êi kundêi |
êi kundêi |
au kunai |
i kuni |
dari |
êu pisêu |
êu pisêu |
uo pisuo |
êa pisêa |
pisau |
êu danêu |
êu danêu |
uo danuo |
êu danêu |
danau |
Konsonan
Bahasa Rejang memiliki 21 konsonan asli.[12] Konsonan yang hanya terdapat dalam kata serapan dari bahasa lain ditulis dalam tanda kurung. Konsonan semacam ini berjumlah 4 fonem yakni /f/, /z/, /x/ dan /r/. Menurut Blust (1984) hampiran /w/ dalam bahasa Rejang adalah hampiran bibir, sementara McGinn menggolongkannya sebagai hampiran langit-langit lunak.[15]
bibir | gigi | langit2 keras |
langit2 lunak |
celah suara | ||
---|---|---|---|---|---|---|
sengau | biasa | m | n | ɲ | ŋ | |
terhenti | mᵇ | nᵈ | ɲᶡ | ŋᶢ | ||
henti | nirsuara | p | t | t͡ʃ | k | ʔ1 |
bersuara | b | d | d͡ʒ | g | ||
desis | nirsuara | (f) | s | (x) | h2 | |
bersuara | (z) | |||||
hampiran | tengah | j | w | |||
sisi | l | |||||
getar | (r)3 |
Keterangan:
- Digunakan terutama dalam dialek Lebong, Pasisir, dan Musi.
- Hanya ada di dalam dialek Kepahiang/Keban Agung.
- Meski bukan asli Rejang, konsonan ini sering muncul dalam kosakata serapan lama dari bahasa Melayu, mis. sêrgap.[16]
Catatan ortografi:
Konsonan umumnya ditulis berdasarkan simbol IPA di atas, kecuali :
- /ŋ/ ditulis ⟨ng⟩
- /f/ dapat ditulis ⟨f⟩ atau ⟨v⟩
- /t͡ʃ/ ditulis ⟨c⟩
- /d͡ʒ/ ditulis ⟨j⟩
- /ɲ/ ditulis ⟨ny⟩
- /j/ ditulis ⟨y⟩
- /ʔ/ ditulis ⟨k⟩ pada posisi akhir kata dan sebagai tanda petik ⟨'⟩ bila terletak di antara dua vokal
- /mᵇ/ ditulis ⟨mb⟩
- /nᵈ/ ditulis ⟨nd⟩
- /ɲᶡ/ ditulis ⟨nj⟩
- /ŋᶢ/ ditulis ⟨ngg⟩
Fonem /h/ hampir tidak ditemukan dalam kosakata asli bahasa Rejang dialek Lebong, Pasisir, maupun Musi; namun sangat sering ditemukan di dalam dialek Kepahiang. Fonem /ʔ/ dapat ditemukan di dialek Kepahiang, meski tidak digunakan sesering dialek lain. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan realisasi fonem /h/ dan fonem /ʔ/ pada empat dialek bahasa Rejang:
Dialek Lebong |
Dialek Pasisir |
Dialek Musi |
Dialek Kepahiang |
Arti dalam bahasa Indonesia |
---|---|---|---|---|
k dalêak |
k dalêak |
k dalêak |
h dalêah |
darah |
k mêngiak |
k mêngiak |
k mêngeak |
h mêngeah |
marah |
amêi |
amêi |
amêi |
h hamêi |
ramai |
Jang |
Jang |
Jang |
h Hêjang |
Rejang |
' tu'au |
' tu'au |
' tu'êu |
h tuhêu |
burung terkuku |
' ca'o |
' ca'o |
' ca'o |
h caho |
cara |
Catatan ortografi:
- ⟨k⟩ dan ⟨'⟩ dalam dialek Lebong, Pasisir, dan Musi seperti termaktub pada kata dalêak dan tu'au merujuk pada fonem /ʔ/.
- ⟨h⟩ dalam dialek Kepahiang seperti termaktub dalam kata dalêah, hamêi, dan tuhêu merujuk pada fonem /h/.
Fonotaktik
Deretan fonem atau pola fonotaktik yang terdapat dalam bahasa Rejang cukup bervariasi sama halnya dengan deretan fonem dalam bahasa-bahasa lain di Indonesia dan dunia. Deretan fonem tersebut meliputi deretan vokal, deretan konsonan, dan deretan vokal dan konsonan dalam satu suku kata. Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini.
Deretan vokal
Deretan vokal merupakan dua vokal yang masing-masing mempunyai satu hembusan napas dan oleh karena itu masing-masing termsuk dalam suku kata yang berbeda. Deretan vokal dalam bahasa Rejang, antara lain sebagai berikut.
- /ai/ : baik
- /au/ : au, baut, laut, sraung
- /ae/ : bae
- /aê/ : aêt
- /ia/ : miang, riang, siang, siap, tiang
- /iu/ : siung, tiung, tiup
- /ie/ : die
- /io/ : ario, dio, giok, mio, pio, sêdio
- /iê/ : tiêp, siêm
- /ua/ : pêrpuan, puaso, tuan
- /ui/ : tui, dui
- /uo/ : tuok
- /ue/ : lueng, pueng
- /uê/ : duês, guêm, kuêt, muêt, puês, uêp
- /ioa/ : bioa, nioa
- /uai/ : duai, tuai, sêsuai
- /uoa/ : juoa
- /uêa/ : kêluêa, luêa, tuêak
Deretan voal di atas adalah deretan vokal yang lazim dan diterima dalam bahasa Rejang. Apabila ada bentuk atau bunyi yang di dalamnya menggunakan deretan voal tersebut maka kita tidak akan merasa asing. Perlu diingat dan diperhatikan bahwa deretan vokal tidak sama dengan suara diftong.
Deretan konsonan
Seperti halnya deretan vokal, deretan konsonan dalam bahasa Rejang bisa dibilang kaya dan bervariasi. Ada pun beberapa variasi tersebut adalah sebagai berikut.
Deretan konsonan dalam satu suku kata
Deret konsonan yang dihasilkan melalui penyisipan:
- /cm/ : cma’ik, cmatêt, cmitaq, cmito, cmubo, cmu’et
- /cn/ : cna’ik, cnatêt, cnitaq, cnito, cnubo, cnu’et
- /dm/ : dmuai, dmu’o
- /dn/ : dnuai, dnu’o
- /gm/ : gmajai, gmanggau, gmu’au, gmureng, gmureq
- /gn/ : gnajai, gnanggau, gnu’au, gnureng, gnureq
- /jm/ : jmagai, jmago, jmi’êt, jmuoa, jmuriak
- /jn/ : jnagai, jnago, jni’êt, jnuoa, jnuriak
- /km/ : kmajai, kmibit, kmu’ang, kmubua, kmucak, kmucang
- /kn/ : knajai, knibit, knu’ang, knubua, knucak, knucang
- /sm/ : smanêi, smaten, smatên, smium, smudo, smulau, smusun
- /sn/ : snabên, snabun, snatên, snium, snudo, snulau, snusun
- /tm/ : tmambêak, tmarik, tminggêa, tmoton, tmu’un
- /tmr/ : tmrai
- /tn/ : tnambêak, tnarik, tninggêa, tnoton, tnu’un
- /tnr/ : tnrai
Bahasa Rejang mengenal dua bentuk sisipan yaitu sisipan -m- dan -n-. Sisipan -m- mengubah kata dasar menjadi bentuk aktif seperti kata dasar kucang yang bermakna cuci piring diberi sisipan -m- menjadi kmucang yang bermakna (sedang) mencuci piring. Sementara sisipan -n- mengubah kata dasar menjadi bentuk pasif seperti kata dasar kucang diberi sisipan -n- menjadi knucang yang bermakna piring (telah) dicuci. Dalam suku kata berpola KV yang disisipkan -m- atau -n-, apabila vokalnya adalah a, i, u, e, dan o maka sisipan diletakkan di antara konsonan dan vokal a, i, u, e. dan o tersebut. Namun hal yang sama tidak berlaku bila vokal dalam suku kata berpola KV adalah vokal ê. Sisipan -m- dan -n- pada suku kata berpola KV dengan vokal ê diletakkan setelah vokal. Hal ini menyebabkan pola suku kata yang mengalami penyisipan menjadi KVK.[17]
Adapun deret konsonan non-penyisipan yang diperbolehkan dalam fonotaktik bahasa Rejang adalah:
- /bl/ : blau
- /gr/ : grot
- /kl/ : klawêi
- /ml/ : mlang, mluo
- /mr/ : mreman
- /pl/ : plaq, plep
- /pr/ : preman
- /sl/ : slawêi
- /sm/ : smat
- /sr/ : srai, sraung, srikayo, srongking
- /st/ : stabik, stamang, stang, sti’uk, stuang, stumang, stekeak, stom
- /sw/ : swarang
- /tl/ : tlan, tlau, tlo, tluk, tlung
- /tr/ : trai, tralis, truq/trêq, troli
Catatan:
- Deretan konsonan /gr/ dan /tr/ hanya ditemukan dalam kata yang diserap dari bahasa lain. Kata grot diserap dari kata grote (bahasa Belanda) dan kata trai diserap dari kata try (bahasa Inggris).
- Deretan konsonan /mr/ dan /pr/ jumlah sangat kecil dan hanya ditemukan dalam kata yang diserap dari bahasa lain melalui bahasa Indonesia seperti kata mreman dan preman.
- Deretan konsonan /sw/ sudah usang dan hanya dipakai pada kosakata lama seperti swarang.
Deretan konsonan dalam suku kata yang berbeda
Deret konsonan berbeda suku kata yang dihasilkan melalui penyisipan:
- /mc/ : cêmcuk, cêmcong
- /md/ : kêmdan
- /ml/ : sêmlang
- /mm/ : gêmmêak, sêmmen
- /mn/ : têmnai
- /mɲ/ : kêmnyên
- /mp/ : têmpak
- /mr/ : cêmrito, sêmrang
- /ms/ : kêmsok
- /mt/ : kêmten, têmtok, têmtus
- /m?/ : kêm’ung, têm’ang
- /nc/ : cêncuk, cêncong
- /nm/ : gênmêak, sênmen
- /np/ : tênpak
- /nr/ : cênrito, sênrang
- /ns/ : kênsok
- /nt/ : kêntang, kênten, têntok, têntus, unta/onta
- /n?/ : kên’ung, tên’ang
Deret konsonan berbeda suku kata non-penyisipan:
- /bk/ : sêbkoa
- /b?/ : sêb’ang
- /ks/ : maqso, naqso, paqso, siqso
- /lmb/ : bêlmbot
- /lp/ : kêlpêi, telpon
- /ls/ : gêlsung, sêlsêi
- /lt/ : têltut
- /ŋs/ : bangso
- /ŋk/ : srongking, tengki, tengkêr
- /rd/ ; mêrdeka/mêrdika
- /rg/ : mêrgas
- /rj/ : kêrjo
- /rn/ : kêrno, pêrnêak, sêpêrno
- /rp/ : bêrpok/sêrpok
- /rs/ : kêrsai, kêrsip
- /rt/ : kêrtas, mêrtabak, murtad, ngêrtêi, partai
- /?b/ : jikba
- /?m/ : dakmi, pakmi
- /?s/ : bakso
Struktur suku kata
Kata dalam bahasa Rejang terdiri atas satu suku kata atau lebih. Betapa pun panjangnya suatu kata, wujud suku kata yang menyusunnya mempunyai struktur dan kaidah tertentu. Suku kata dalam bahasa Rejang tersusun atas vokal (V) dan konsonan (K). Huruf ngimbang yang merupakan deretan konsonan namun diperlakukan layaknya konsonan murni dikategorikan sebagai bagian dari konsonan (K) itu sendiri. Berikut adalah deret vokal (V) dan konsonan (K) yang membentuk suku kata dalam bahasa Rejang.
- V : e, o, ai, êi, êu, a-ba, a-bêa, a-nok, a-wok, di-o, e-pen, i-ndau, i-ndok, o-boak, u-kêm, u-ndok.
- VK : an, uak, um, us, ku-êak, ri-ang, tu-an, tu-êak
- KV : di, do, dau, go, ho, ko, ku, lai, mi, moi, mêi, nêa, nu, poi, ro, tie, a-jai, a-jua, ba-kêa, da-nuo, ja-njai, ji-jai, la-ut, ma-têe, pi-sêa, po-noi, tmi-mo
- KVK : bak, baq, buak, cet, hus, Jang, kak, kês, kêt, mak, mbêak, nêak, seak, sêak, tiak, têak, a-suak, bi-lik, bo-tok, bo-toak, i-rêak, ju-riak ka-dêak, mah-lêm,mês-jid, pa-dêak, sa-bên, o-tok
- KKV : blau, tlau, tlo, trai, cma-but, sla-wêi, sma-nêi, sna-tên, sta-bik, sta-mang, stu-ang, stê-kuk, swa-rang
- KKVK : grot, mlang, plaq, plep, smat, tlung, tmot
- KKKV : tmrai, tnrai
Tata bahasa
Sintaksis
Bahasa Rejang adalah bahasa yang menggunakan struktur kalimat berpola SPO (Subjek–predikat–objek) sama seperti bahasa-bahasa Austronesia lainnya. Kalimat dalam bahasa ini berdasarkan jumlah klausanya terbagi ke dalam dua jenis yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal hanya terdiri dari satu klausa sementara kalimat majemuk dapat terdiri dari dua klausa atau lebih.[18]
Klausa dalam bahasa Rejang terdiri dari unsur fungsional yang meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (ket.), dan pelengkap (pel.). Di antara kelima unsur fungsional yang telah disebutkan, hanya predikat (P) yang harus selalu ada dan tidak boleh absen dalam suatu klausa.[19]
Amir têmpap kêracok (Amir mencuci pakaian) |
Amir berfungsi sebagai subjek (S), têmpap berfungsi sebagai predikat (P), kêracok berfungsi sebagai objek (O). |
Bak mêsoa dukut nêak têbo (Ayah mencari rumput di perbukitan) |
Bak berfungsi sebagai subjek (S), mêsoa berfungsi sebagai predikat (P), dukut berfungsi sebagai objek (O), nêak têbo berfungsi sebagai keterangan (ket.). |
Uku sêdingên niên bilai ie (Aku sedih sekali hari ini) |
Uku berfungsi sebagai subjek (S), sêdingên niên berfungsi sebagai predikat (P), bilai ie berfungsi sebagai keterangan (ket.). |
Lapên-ku pêlgiak (Laukku pedas) |
Lapên-ku berfungsi sebagai subjek (S), pêlgiak berfungsi sebagai predikat (P). |
Imbuhan
Dalam bahasa Rejang, imbuhan memegang peranan penting karena perbedaan satu imbuhan dengan imbuhan yang lain berakibat pada berubahnya makna suatu kata secara keseluruhan. Umumnya terdapat dua jenis imbuhan dalam bahasa Rejang: awalan dan sisipan. Akar kata yang diberi imbuhan biasanya berupa kata kerja dan kata benda. Pemberian imbuhan ditujukan untuk membentuk kata yang baru, seperti, kêsok (masak) dapat menjadi kêmsok (memasak) bila diberi sisipan "m", kênsok (dimasak), dan mêngêsok (aktivitas memasak/sedang memasak). Beberapa konsonan pada awal kata dapat berubah apabila diberi awalan seperti: awalan mê + kêsok menjadi mêngêsok alih-alih mêkêsok.
Awalan
Awalan adalah satu dari dua jenis imbuhan yang dikenal dalam bahasa Rejang. Dikarenakan absennya apitan dan akhiran, awalan dalam beberapa kasus berfungsi layaknya apitan. Berikut beberapa awalan yang dikenal dalam bahasa Rejang.
bentuk | kata asal | kata setelah pengimbuhan | |
---|---|---|---|
bê | bê | kêrjo (kerja, pekerjaan) | bêkêrjo (bekerja) |
bêl | ajêa (ajar) | bêlajêa (belajar) | |
kê | k | ajua (hancur) | kajua (kata perintah: hancurkan) |
kê | an (lama) | kê'an (selama) | |
mê | m | ajêa (ajar) | majêa (mengajar) |
mê | lakêak (langkah) | mêlakêak (melangkah) | |
mêng | ubêt (obat) | mêngubêt (mengobati) | |
mêngê | kêmbot (kata perintah: tunggu) | mêngêmbot (menunggu) | |
mêny | susêak (susah) | mênyusêak (menyusahkan) | |
nê | n | kadêak (kata, ucapan) | nadêak (dikatakan, diucapkan) |
nê | ladoq (hajar) | nêladoq (dihajar) | |
pê | pê | labuak (labuh) | pêlabuak (pelabuhan) |
pêm | pêgong (pegang) | pêmêgong (pemegang) | |
pên | tabuak (alat musik tabuh-tabuhan) | pênabuak (penabuh) | |
pêng | kasai (kata perintah: rasa) | pêngasai (perasaan) | |
pêny | su'ang (sendiri, sendirian) | pênyu'ang (penyendiri) | |
sê | sê | dayo (daya, kekuatan) | sêdayo (segenap, seluruh) |
tê | tê | kujua (tombak) | têkujua (tertombak) |
têl | tut (kentut) | têltut (terkentut) | |
têr | bis (erosi, kikis) | têrbis (tererosi, terkikis) |
Kata susêak (susah) diberi awalan mê menjadi mênyusêak. Kata ini dalam bahasa Indonesia bermakna "menyusahkan". Sementara kata labuak (labuh) diberi awalan pê menjadi pêlabuak. Kata ini dalam bahasa Indonesia bermakna "pelabuhan". Dari dua contoh ini dapat dilihat bahwa fungsi apitan tergantikan oleh awalan. Selain ketiadaan apitan, bahasa Rejang juga tidak memiliki akhiran terkecuali untuk kosakata yang akhir-akhir ini diserap dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu.
Sisipan
Sisipan atau infiks merupakan jenis imbuhan yang paling umum ditemukan. Dalam bahasa Rejang, posisi sisipan jatuh tergantung apakah vokal dalam suku kata tersebut merupakan vokal ê (ə) atau vokal lainnya. Apabila vokal dalam suatu suku kata adalah vokal ê (ə) maka sisipan jatuh sesudah vokal tersebut. Hal itu tidak berlaku apabila dalam suku kata terdapat vokal selain ê (ə), sisipan jatuh di antara vokal tersebut dan konsonan yang mendahuluinya.
Bentuk | Contoh kata asal | Contoh kata setelah pengimbuhan |
---|---|---|
m | kêten (tampak) têtau (tentu) kê'ung |
kêmten (menampakkan) têmtau (menentukan) kêm'ung (mengurung) |
n | kêten (tampak) têtau (tentu) kê'ung |
kênten (ditampakkan) têntau (ditentukan) kên'ung (dikurung) |
Bentuk | Contoh kata asal | Contoh kata setelah pengimbuhan |
---|---|---|
m | so'ong (sarung) tajang (tendang) ga'ut (garuk) |
smo'ong (menyarungkan) tmajang (menendang) gma'ut (menggaruk) |
n | so'ong (sarung) tajang (tendang) ga'ut (garuk) |
sno'ong (disarungkan) tnajang (ditendang) gna'ut (digaruk) |
Kata ganti
Kata ganti orang
Tabel di bawah ini menunjukkan kata ganti orang dalam bahasa Rejang:[20]
kata ganti | tunggal | jamak | |
---|---|---|---|
orang pertama |
eksklusif | uku | keme (kami; mereka dan saya, dia dan saya) |
inklusif | - | itê (kita; kamu dan saya, kamu dan kami) | |
orang kedua |
akrab | ko, nu | udi |
sopan | kumu (Anda) |
udi kutê udi sêdayo[21] (Anda sekalian) | |
orang ketiga |
akrab | si (dia) |
tobo'o tobo'io (mereka) |
sopan | bêliau (dia) |
- | |
sopan | kuaso (Dia, Tuhan) |
- |
Catatan: Tobo'o bermakna mereka tetapi posisi "mereka" tersebut jauh dari pembicara. Sementara tobo'io bermakna sama, namun "mereka" yang dimaksud berada tak jauh dari pembicara.
Kata ganti orang pertama dalam bahasa Rejang mengenal dua bentuk: eksklusif dan inklusif. Kata ganti orang pertama eksklusif terbagi lagi atas yang tunggal dan jamak. Kata ganti orang pertama eksklusif tunggal adalah uku. Kata tersebut berasal dari akar kata yang sama dengan kata "aku" dalam Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia. Kata ganti orang pertama eksklusif jamak adalah keme (kami). Sedangkan kata ganti orang pertama inklusif adalah itê (kita). Baik keme maupun itê sama-sama diterjemahkan sebagai we dalam bahasa Inggris.
Kata ganti orang kedua mengenal dua bentuk: akrab dan sopan. Kata ganti orang kedua akrab terbagi atas yang tunggal yakni ko (kamu, kau) dan yang jamak yaitu udi (kalian). Kata ganti orang kedua sopan terbagi pula atas yang tunggal yakni kumu (Anda) dan yang jamak yaitu udi kutê atau udi sêdayo (Anda sekalian, saudara-saudari skalian). Kata kumu (Anda) apabila dipakai oleh orang yang saling kenal mengenal, masih berkerabat, dan akrab menunjukkan penghormatan dalam percakapan lintas generasi. Hal ini dikarenakan penggunaan kata kumu umumnya dikaitkan dengan usia seseorang, walaupun tidak sepenuhnya seperti itu. Kata kumu bila pakai oleh orang yang asing dan tidak saling mengenal (tidak akrab satu dengan yang lain) maka menunjukkan bahwa terdapat jarak di antara kedua belah pihak yang berbicara. Selain berkaitan dengan usia, kumu juga dapat dipakai untuk menyebt orang yang berilmu, guru walaupun usianya lebih muda, dan para pejabat.
Kata ganti orang ketiga tunggal meliputi si (dia) dan bêliau. Istilah si diduga diserap dari kata shedari bahasa Inggris semasa Inggris menduduki Bengkulu. Ada pun kata ganti orang ketiga jamak meliputi tobo'o dan tobo'io. Untuk menyebut Tuhan sebagai orang ketiga dapat dipakai istilah Kuaso (orang yang berkuasa, kekuatan yang berkuasa).
Kata ganti kepemilikan
Kata ganti kepemilikan dalam bahasa Rejang umumnya merupakan bentuk pendek dari kata ganti orang, namun ada pula yang tidak. Kata ganti kepemilikan biasanya diletakkan menyambung pada suku kata terakhir dalam sebuah kata.
Kata ganti
orang |
Bentuk
imbuhan |
Contoh penggunaan |
---|---|---|
uku | -ku | bukau-ku (bukuku, buku saya) |
ko, nu | -nu | bukau-nu (bukumu) |
si | -nê | bukau-nê (buku dia, bukunya) |
Kata ganti kepemilikan dapat pula berbentuk penuh seperti indok uku (ibuku) yang seharusnya ditulis indok-ku. Pembeda antara bentuk penuh uku dengan ku adalah yang pertama (uku) lebih tegas dibanding yang kedua. Namun yang kedua jauh lebih umum dibanding yang pertama.
Kata ganti penunjuk
Terdapat dua kata ganti penunjuk dalam bahasa Indonesia. Dio (ini) yang biasa disingkat io atau yo dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang berada dekat dengan pembicara. Do'o (itu) yang biasa disingkat o atau disebut sebagai doho dan ho dalam dialek Keban Agung dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang jauh dari pembicara. Baik do'o, o, doho maupun ho dalam beberapa kasus dapat berubah vokalnya dari vokal /o/ menjadi vokal /e/, sehingga do'o berubah menjadi de'e, o menjadi e, doho menjadi dehe, dan ho menjadi he.
Tidak ada perbedaan antara bentuk tunggal dan jamak layaknya this dan these atau that dan those dalam bahasa Inggris. Bahasa Rejang dikenal kata dê, dik, dan gi yang berfungsi layaknya kata "yang" dalam bahasa Indonesia. Dalam beberapa kasus, kata dê umumnya ditaruh mendahului kata ganti penunjuk dio dengan tujuan untuk memperjelas dan menunjukkan kejelasan mengenai suatu hal.
Kata ganti | Bahasa Rejang | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
ini | pinggan io | piring ini |
pêpinggan io | piring-piring ini | |
itu | kuyuk o | Anjing itu |
kêkuyuk o' | Anjing-anjing itu |
Dê + kata ganti | Contoh | Terjemahan dalam bahasa Indonesia |
---|---|---|
Dê dio | P: Kumu lok tmukua bukau dipê (dê + ipê)?
J: Uku lok dê dio. |
P: Buku mana yang Anda ingin beli?
J: Saya mau yang ini. |
Kata sapaan
Masyarakat penutur bahasa Rejang bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan mereka. Sosialisasi dan interaksi ini tak terlepas dari penggunaan kata sapaan. Kata sapaan tertentu dipilih berdasarkan pertimbangan dengan siapa seseorang berbicara, apakah masih berkerabat atau bukan, dan lain sebagainya. Kata sapaan menurut Badan Bahasa Kemdikbud adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Umumnya kata sapaan dalam bahasa Rejang digolongkan menjadi, yakni sebagai berikut.
Berdasarkan hubungan kekerabatan
Hubungan kekerabatan yang dimaksud dalam konteks ini adalah pertalian darah, kekeluargaan, dan persaudaraan di antara pihak-pihak yang berbicara dan bersosialisasi. Berdasarkan hubungan kekerabatan, terdapat dua tipe yakni kata sapaan berurutan dan kata sapaan tidak berurutan.
- Kata Sapaan Berurutan
Urutan dalam keturunan (generasi) melahirkan kata sapaan sebagai berikut.
Kata Sapaan | Arti | Penjelasan |
---|---|---|
Muning | Generasi di atas puyang | |
Puyang | Buyut | |
Ninik | Nenek | |
Bak | Ayah | |
Anok | Anak | |
Kêpau | Cucu |
Kekerabatan
Berdasarkan hasil perhitungan dialektometri, bahasa Rejang merupakan bahasa yang berserumpun dengan bahasa Enggano yang tergolong dalam rumpun bahasa Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang dengan persentase perbedaan isolek berkisar 80%.[4] Sedangkan, pada masing-masing dialek dalam bahasa Rejang memiliki persentase perbedaan sebesar 51%-80%.[4]
Kesusastraan
Masyarakat etnis Rejang mengenal berbagai jenis karya sastra klasik tradisional, diantaranya yang utama yakni Irêak, Sêrambêak, dan Rêjung. Disamping itu, terdapat pula tradisi atau seni berbalas pantun.
Ireak
Salah satu karya sastra berupa tulisan ialah Irêak, dan yang paling populer pada zaman modern adalah Irêak Ca'o, buku tersebut berisi mengenai adat dan tata cara perkawinan menurut masyarakat etnis Rejang yang ditulis oleh Kadirman, seorang sastrawan Rejang.
Serambeak
Sêrambêak secara harafiah berarti "lirik" atau "syair" dalam bahasa Rejang. Ini merupakan salah satu jenis sastra klasik yang paling berkembang di kalangan masyarakat etnis Rejang. Sêrambêak yang paling terkenal adalah Sêrambêak Bêpun yang bercerita mengenai Tanah Rejang, adat, dan sejarah.[22]
|
Terjemahan |
Klasifikasi
Secara genealogis, bahasa Rejang merupakan salah satu bahasa yang termasuk kedalam rumpun bahasa Sumatra, terutama rumpun bahasa Sumatra Barat Laut–Kepulauan Penghalang yang berserumpun dengan bahasa Enggano dan lainnya.[4]
Kosakata
Pronomina
Pronomina persona
Kosakata | Terjemahan |
---|---|
uku | saya |
akau | aku |
ko | engkau |
kumu | kamu |
si | dia |
keme | kami |
ite | kita |
udi | kalian |
|
|
Pronomina bendawi
Kosakata | Terjemahan |
---|---|
diyo | ini |
doʼo | itu |
|
sini |
doloy | sana |
Penutur
Penutur bahasa Rejang secara mayoritas hanya berasal dari masyarakat penutur aslinya yaitu etnis Rejang.[23]
Jumlah penutur
Bahasa Rejang ialah suatu bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak di Provinsi Bengkulu secara umum.[23]
Para penulis buku Adat Istiadat Daerah Bengkulu pada 1980 memprediksi bahwa jumlah suku Rejang mencapai 300.000 jiwa.[24] Ada pula Ethnologue dan Tryon (1995) memprediksi bahwa suku Rejang berjumlah lebih dari satu juta jiwa dan tergolong sebagai suku besar di Sumatra selain Minangkabau, Aceh, Toba, Dairi, dan Lampung.[25]
Berdasarkan dari data sensus penduduk tahun 2010, populasi masyarakat beretnis Rejang berjumlah 20,6% dari total populasi Provinsi Bengkulu yang berjumlah 1.715.518 jiwa, atau sekitar 353.340 jiwa; hal tersebut menjadikan etnis Rejang sebagai etnis terbesar kedua di Bengkulu setelah etnis Jawa (22,6%).[26]
Revitalisasi
Dalam menjaga warisan masyarakat etnis Rejang dalam bentuk linguistik, pemerintah Indonesia turut aktif dalam pengupayaan revitalisasi bahasa Rejang (berikut juga dengan aksara Rejang).[23] Berbagai elemen masyarakat turut andil dalam proses revitalisasi; diantaranya yakni termasuk pemuka adat Rejang, para siswa, para mahasiswa, serta para pihak intansi terkait dalam kedinasan dan kedaerahan Provinsi Bengkulu.[23]
Sistem penulisan
Aksara Rejang
Secara tradisional, masyarakat Rejang sejak zaman dahulu telah menuliskan karya sastra mereka dengan menggunakan aksara Rejang.[27] Aksara tersebut termasuk kedalam rumpun Kaganga (berserumpun dengan aksara Rencong dan Lampung),[28] dan diakui sebagai salah satu aksara pribumi penting di Indonesia.[23]
Alfabet Latin
Secara umum bahasa ini sekarang ditulis menggunakan alfabet Latin. Penggunaan alfabet Latin bukanlah suatu keputusan resmi melainkan para penutur bahasa Rejang mengikuti tren bahwa bahasa-bahasa di Indonesia dituliskan dalam alfabet Latin. Dan sejak itu pula belum ada ortografi atau ejaan resmi bahasa Rejang sehingga bahasa ini ditulis berdasarkan common sense para penuturnya. Misalnya alih-alih menulis kuat (kawan), kebanyakan orang Rejang menulisnya kuwat padahal penulisan versi pertamalah yang benar dan diterima para ahli yang meneliti mengenai Rejang seperti Robert Blust, M.A. Jaspan, dan Richard McGin. Ketiadaan ortografi Rejang dalam alfabet Latin juga disinggung oleh M.A. Jaspan sebagai salah satu kesulitan dalam proses pembuatan kamus Inggris-Indonesia-Rejang.[29]
Vokal
Huruf ê secara tidak resmi diadopsi untuk menyimbolkan suara /ə/.
Huruf kapital | |||||
---|---|---|---|---|---|
A | I | U | E | O | Ê |
Huruf kecil | |||||
a | i | u | e | o | ê |
Digraf diftong
Diftong dan vowel sequences dalam bahasa Rejang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Ai | Au | Ia | Ie | Ua | Ui | Uo | Ea | Ei | Eu | Oa | Oi | Oe | Ua | Êa | Êi | Êu | Êe |
Konsonan
Huruf q secara tidak resmi diadopsi untuk menyimbolkan suara final /k/. Sementara huruf k pada posisi final menyimbolkan glottal stop /?/. Empat huruf yakni ⟨f⟩, ⟨v⟩, ⟨x⟩, ⟨z⟩terdapat dalam kata dan istilah serapan. Daftar urutan di bawah ini disesuaikan dengan urutan huruf dalam aksara Rikung.
Huruf kapital | ||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
K | Q | G | Ng | T | D | N | P | B | M | C | J | Ny | S | R | L | Y | W | H | F | V | X | Z |
Huruf kecil | ||||||||||||||||||||||
k | q | g | ng | t | d | n | p | b | m | c | j | ny | s | r | l | y | w | h | f | v | x | z |
Digraf ngimbang
Ngimbang merupakan digraf yang digunakan untuk menyimbolkan 4 suara barred nasal atau sengau terhenti yang terdapat dalam bahasa Rejang.[30]
Mb mb | Ngg ngg | Nd nd | Nj nj |
Nama huruf dan pengucapannya
Alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Rejang hampir 100% sama dengan ejaan yang dipakai oleh bahasa Minangkabau terkecuali ada beberapa digraf yang hanya ditemukan dalam bahasa Rejang. Daftar urutan di bawah ini disesuaikan dengan urutan huruf dalam aksara Rikung.
Huruf | Nama | Representasi
fonem |
Padanan aksara
Rikung |
Contoh
penggunaan |
Terjemahan |
---|---|---|---|---|---|
Aa | a (/a/) | /a/ | a | asuak | adik |
Ii | i (/i/) | /i/ | - | indau | rindu |
Uu | u (/u/) | /u/ | - | juadêak | kue |
Ee | e (/e/) | /e/ | - | epen | gigi |
Oo | o (/o/) | /o/ | - | ombong | sombong |
Êê | ê (/ə/) | /ə/ | - | kêsok | masak |
Kk | k (/ka/) | /k/, /ʔ/ | Ka | ko'ot | tempurung (lutut) |
Gg | ge (/ge/) | /g/ | Ga | gu'au | guru |
Ng | ng (/əŋ/) | /ng/ | Nga | sahang | lada, merica |
Tt | t (/te/) | /t/ | Ta | tat | jenis kue |
Dd | de (/de/) | /d/ | Da | dau | banyak |
Nn | n (/en/) | /n/ | Na | an | lama |
Pp | p (/pe/) | /p/ | Pa | têpap | cuci (pakaian) |
Bb | be (/be/) | /b/ | Ba | badoa | mubazir, sia-sia |
Mm | m (/em/) | /m/ | Ma | monot | hanyut |
Cc | ce (/t͡ʃe/) | /t͡ʃ/ | Ca | cet | sering |
Jj | je (/d͡ʒe/) | /j/ | Ja | juoa | jual |
Ny | ny (/ɲ/) | /ɲ/ | Nya | nyabai | napas |
Ss | s (/es/) | /s/ | Sa | u'ês | cuci (tubuh) |
Rr | r (/er) | /r/ | Ra | ro | rupa |
Ll | el (/el/) | /l/ | La | silai | garam |
Yy | y (/jee/) | /j/ | YA | yam | mainan |
Ww | w (/we/) | /w/ | Wa | wok | saudara tua ayah dan ibu |
Hh | ha (/ha/) | /h/ | Ha | hoboah | rubuh |
q (/ki/) | /k/ | - | baq | ayah, bapak | |
Mb | mb (/mᵇ/) | /mᵇ/ | Mba | mbuk | makan |
Nd | nd (/nᵈ/) | /nᵈ/ | Nda | ando | tanda |
Ngg | ngg (/ŋᶢ/) | /ŋᶢ/ | Ngga | nggan | enggan |
Nj | nj (/ɲᶡ/) | /ɲᶡ/ | Nja | kanjai | genit |
Contoh teks
Berikut ini merupakan contoh teks (Pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) dalam bahasa Rejang beserta terjemahannya sebagai pembanding.
Bahasa Rejang (Dialek Lebong) | Kutê tun laher mêrdiko, tmu'an hok-hok gi srai. Kutênê nagiakba akêa peker ngen atêi, kêrno o kêloknê bêkuatba do ngen luyên nêak lêm asai sêpasuak. |
---|---|
Bahasa Rejang (Dialek Musi) | Kêtê tun laher mêrdiko, tmu'an hak-hak gi srêi. Kêtênê nageakba aka peker ngen atie, kêrno o kêlaknê bêkuatba do ngên lêyên nak lêm asêi sêpasoak. |
Bahasa Rejang (Dialek Keban) | Kêhtê tun laher mêrdiko, tmu'an hak-hak gi srêi. Kêhtênê nageahba aka peker ngen atêe, kêrno ho kêlaknê bêkuatba do ngen lêyên nak lêm asêi sêpasoah. |
Terjemahan | Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. |
Studi
Bahasa Rejang adalah salah satu bahasa yang sudah cukup banyak dipelajari. Terdapat beberapa terbitan dalam dan luar negeri yang membahasa mengenai aspek-aspek dan kaidah kebahasaan bahasa Rejang. Beberapa kosakata bahasa ini seperti pêsako, ginde, dan kutai muncul beberapa kali dalam buku karangan William Marsden tahun 1783.[31] Selanjutnya pada dekade 1980 dan 1990, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan proyek inventarisasi dan pengembangan bahasa-bahasa daerah. Proyek tersebut menghasilkan keluaran berupa buku-buku yang membahasa tata bahasa, morfologi, dan sintaksi puluhan bahasa di Indonesia, tak terkecuali bahasa Rejang.
Lihat pula
- Aksara Rejang – aksara tradisional yang digunakan untuk menuliskan bahasa Rejang
- Etnis Rejang – etnis pribumi Indonesia yang berasal dari Tanah Rejang di sebelah barat daya Sumatra
- Hidangan Rejang – hidangan tradisional masyarakat etnis Rejang
- Tanah Rejang – tanah adat masyarakat etnis Rejang
Referensi
- ^ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu. Hlm. 10
- ^ "Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-27. Diakses tanggal 2017-01-12.
- ^ [BPS. 2010. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Hasil Sensus Penduduk 2010. Hlm. 37]
- ^ a b c d e f g h i j k l "Bahasa Rejang". petabahasa.kemdikbud.go.id. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- ^ Jaspan, Mervyn A. 1964. Folk Literature of South Sumatra, Redjang Ka-Ga-Nga texts. Canberra: The Australian National University
- ^ MultiTree:A Digital Library of Language Relationships"Rejang". Diakses tanggal 2018-11-12.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Rejang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ Le Répertoire de la linguasphère / The Linguasphere Register"Linguasphere Index (Language and Communities)" (PDF). Diakses tanggal 2018-11-12.
- ^ "Bahasa Rejang". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Munir Hamidy, Badrul (1985). Kamus Lengkap Indonesia-Rejang, Rejang-Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 42.
- ^ MultiTree: A Digital Library of Language Relationships"Rejang". Diakses tanggal 2018-11-12.
- ^ a b Blust, Robert. 1984. On The History of The Rejang Vowels and Diphthongs. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 140. Hlm. 423
- ^ Blust, Robert. 1984. On The History of The Rejang Vowels and Diphthongs. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 140. Hlm. 424
- ^ Blust, Robert. 1984. On The History of The Rejang Vowels and Diphthongs. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 140. Hlm. 425 dan 426
- ^ McGinn, Richard. 1994. Some Irregular Reflexes of Proto-Malayo-Polynesian Vowels in the Rejang Language of Sumatra. Hlm. 38. Didapat melalui https://pdfs.semanticscholar.org/4e85/ae3cbb8e1670e0864b6610ba9d5d21cc2da6.pdf
- ^ McGinn, Richard. 1994. Some Irregular Reflexees od Proto-Malayo-Polynesian Vowels in the Rejang Language of Sumatra. Hlm. 38. Didapat melalui https://pdfs.semanticscholar.org/4e85/ae3cbb8e1670e0864b6610ba9d5d21cc2da6.pdf
- ^ McGinn, Richard. 1994. Some Irregular Reflexees od Proto-Malayo-Polynesian Vowels in the Rejang Language of Sumatra. Hlm. 37. Didapat melalui https://pdfs.semanticscholar.org/4e85/ae3cbb8e1670e0864b6610ba9d5d21cc2da6.pdf
- ^ Rudi, dkk., Afriazi (1994). Sintaksis Bahasa Rejang Dialek Pesisir. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 19. ISBN 979-459-495-4.
- ^ Rudi, dkk., Afriazi (1994). Sintaksis Bahasa Rejang Dialek Pesisir. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 36 dan 37. ISBN 979-459-495-4.
- ^ Napsin, dkk., Syahrul (2004). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Rejang. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 42. ISBN 979-690-273-7.
- ^ Ireak Ca'o Kutei Jang. Balai Pustaka. 2004. hlm. 15. ISBN 979-690-273-7.
- ^ Ireak Ca'o Kutei Jang. Balai Pustaka. 2004. hlm. x. ISBN 979-690-273-7.
- ^ a b c d e "Vitalitas Bahasa Rejang: Melacak Daya Hidup Bahasa Kuno Bengkulu oleh Mahasiswa UGM". fib.ugm.ac.id. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada. 2018.
- ^ Adat Istiadat Daerah Bengkulu (PDF) (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980. hlm. 18.
- ^ Alexander Adelaar, K. (2005). Alexander Adelaar, K.; Nikolaus, Himmelmann, ed. The Austronesian Languages of Asia and Madagascar. Yogyakarta: Routledge. hlm. 56.
- ^ "BPS: Jawa, Rejang, Serawai Tertinggi". Radar Bengkulu Online. Diakses tanggal 4 Desember 2020.
- ^ Rejang (Redjang, Kaganga) Rjng, Script Source, diakses tanggal 12 March 2016
- ^ Rapanie Igama, Ahmad. 2014. Surat Ulu: Tradisi Tulis Masa Lalu Masyakarat Sumatra Selatan
- ^ Jaspan, M.A. 1984. Materials for A Rejang-Indonesian-English Dictionary dalam W.A.L. Stokhof, eds, Pacific Linguistics Series D - No. 58
- ^ McGinn, Richard. 1994. Some Irregular Reflexees od Proto-Malayo-Polynesian Vowels in the Rejang Language of Sumatra. Hlm. 39. Didapat melalui https://pdfs.semanticscholar.org/4e85/ae3cbb8e1670e0864b6610ba9d5d21cc2da6.pdf
- ^ Marsden, William (1783). The History of Sumatra, containing An Account of the Government, Laws, Customs, and Manners of the Native Inhabitants, With A Description of the Natural Productions, And A Relation of the Ancient Political State of the Island. Printed for Author. hlm. 37.
Catatan
Pranala luar
- (Inggris) Bahasa Rejang di Ethnologue