Lokomotif C22

salah satu lokomotif uap di Indonesia
Revisi sejak 21 April 2023 00.46 oleh Jions1080hd (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Lokomotif C22 atau C13 adalah armada lokomotif uap yang pada awalnya dipesan oleh Departemen Pekerjaan Umum Kolonial dari manufaktur John Cockerill, Belgia untuk keperluan pembangunan saluran air Lembah Solo, dikirim dalam 1 batch sebanyak 24 unit pada tahun 1895. Pembangunan Saluran Air Lembah Solo (Solo Valley/Solo Vallei) adalah proyek konstruksi saluran distribusi air dan irigasi yang digarap secara besar-besaran pada tahun 1890-an. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah pengendalian banjir dan tempat penampungan air baku dan sistem pengairan (irigasi) tanah di sekitar bantaran Sungai Bengawan Solo, sehingga masyarakat yang hidup disekitar lokasi tersebut mempunyai stok persediaan air yang mencukupi untuk kebutuhan pertanian dalam setahun. Akan tetapi, selama pembangunan sistem pengairan tersebut mengalami pembengkakan dana. Departemen Kolonial sebagai pemberi pinjaman dana dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda menganggap proyek tersebut terlalu menguras anggaran dan proyek tersebut akhirnya dihentikan pada tahun 1900.[2]

Lokomotif C22
Lokomotif C2201 PsSM 6 "Louisa" dengan lokomotif B16 menarik sebuah rangkaian kereta sekitar tahun 1910
Jenis dan asal
Sumber tenagaUap
ProdusenJohn Cockerill, Belgia
Nomor seriC22 / C13 / SV 1-24 / SS Class 500[1] / SS Class 24-45 / PsSM 6-8
Tanggal produksi1894
Jumlah diproduksi24 unit
Data teknis
Konfigurasi:
 • Whyte0-6-0T
 • AARC
 • UICC
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda764mm
Jari-jari lengkung terkecil80 m
Jenis tenderTender Lokomotif
Jenis bahan bakarKayu jati
Tekanan ketel1.18 MPa
Jumlah silinder280 mm x 360 mm
Performansi
Daya mesin225 hp
Karier
LokalPulau Jawa

Pulau Sumatera

Pulau Sulawesi

Untuk menutupi kerugian dari pembangunan sistem pengairan tersebut, Perusahaan Saluran Air Lembah Solo menjual aset begeraknya berupa lokomotif uap jenis rel ringan yang pernah dilibatkan selama proses pembangunan. Lokomotif yang memiliki 3 gandar penggerak, berdaya 225 horsepower dan berjalan di lebar sepur (gauge) 1067 mm (3 ft 6 in) ini kemudian dibeli oleh perusahaan kereta negara Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1901 dan diberi penomoran baru Kelas 500 (501-524). Tak berselang lama, 2 lokonya dibeli lagi oleh perusahaan Pasoeroean Stoomtram Maatschappij untuk keperluan pengangkutan gula ke pelabuhan disana. Sedangkan sisanya yang masih dimiliki Staatsspoorwegen (SS) diberi penomoran ulang menjadi Kelas 24-45 (kemudian zaman Jepang hingga PNKA mendapat penomoran C13), yang kemudian masih mengemban tugas membantu pembangunan jaringan rel baik itu jalur utama (lintas raya) maupun jalur trem di pelosok pedesaan. Dalam beberapa riwayat, loko kelas SS 24-45 pernah ditugaskan untuk membangun jaringan rel milik SS di Sumatera Selatan dan Sulawesi. Sedangkan, di bagian timur pulau Jawa, digunakan dalam angkutan pembangunan jalur utama yang menghubungkan Garahan ke Banyuwangi berupa bahan konstruksi bangunan dan konstruksi jembatan rangka baja. Setelah jalur tersebut usai dibangun, mereka dialihkan tugasnya hanya menjadi lokomotif langsir di stasiun dan pelabuhan Banyuwangi (pelabuhan lama (Boom)) dan Panarukan.[3]

Adapun 2 loko yang sempat mempunyai julukan Solo vallei loc[4] ini diakuisisi PsSM dari SS diberi penomoran sekaligus nama baru, berawal dari SS No.506 menjadi PsSM 6 Louisa (menjadi C2201 pada zaman Jepang/PNKA) pada tahun 1905, lalu SS No.516 menjadi PsSM 7 Marie (menjadi C2202) tahun 1908. Kemudian, perusahaan ini membeli 1 armada baru dari Cockerill dengan tipe sama kemudian menjadi PsSM 8 Nella (menjadi C2203) pada tahun 1911.[5][6]

Lokomotif ini memiliki desain unik tidak seperti lokomotif pada umumnya, ini dikarenakan memiliki rangka dalam untuk dua as roda pertama dan rangka luar untuk gandar ketiga. Ini memberikan lebih banyak ruang untuk tungku di antara roda tetapi membutuhkan pin engkol yang sangat panjang pada roda berbingkai bagian dalam dari dua as roda pertama.

Pada saat pendudukan Jepang, lokomotif SS24-45 (C13) disebar ke seluruh daerah di Pulau Jawa. Dari keseluruhan 22 unit lokomotif tersedia, hanya tersisa 6 unit pasca kemerdekaan. Lokomotif C1302 ditemukan teronggok di Sidotopo pada Juni 1971 oleh Rob Dickinson. Sementara itu, lokomotif C22 dibawa Jepang ke Mojokerto untuk tugas langsir ringan yang kemudian bernasib sama. Kini seluruh armada lokomotif uap ini telah dirucat, dan tidak ada satupun unit yang terselamatkan baik itu sebagai pajangan statis maupun menjadi koleksi museum.

Galeri

Referensi

  1. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Kluwer Technische Boeken B.V. 
  2. ^ von Faber, G.H. (1934). Nieuw Soerabaia. N.V. Boekhandel en Drukkerij H. van Ingen, Soerabaia. 
  3. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Kluwer Technische Boeken B.V. 
  4. ^ de Bruin, Jan (2003). Het Indische spoor in oorlogstijd. Uquilar. ISBN 9789071513466. 
  5. ^ "Pasoeroean Stoomtram Maatschappij". 
  6. ^ Stephenson Locomotive Society. PNKA Locomotives List.