Dyah Wiyat
Dyah Wiyat alias Rajadewi Maharajasa adalah putri bungsu Raden Wijaya, pendiri Majapahit dari istri Gayatri (Rajapatni).
Dyah Wiyat | |
---|---|
Rajadewi Maharajasa Bhre Daha | |
Bhre Daha | |
Berkuasa | 1309 - 1375 |
Pendahulu | Jayanagara |
Penerus | Rajasaduhita Indudewi |
Kelahiran | Dyah Wiyat |
Kematian | 1375 |
Pasangan | Wijayarajasa |
Keturunan | Rajasaduhita Indudewi |
Wangsa | Rajasa |
Ayah | Kertarajasa Jayawardhana |
Ibu | Gayatri |
Silsilah Dyah Wiyat
Dyah Wiyat adalah putri Raden Wijaya yang lahir dari Gayatri. Ia memiliki kakak kandung bernama Dyah Gitarja, dan kakak tiri bernama Jayanagara, raja kedua Majapahit.
Pararaton mengisahkan Jayanagara yang menjadi raja, merasa takut takhtanya terancam, sehingga Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat dilarang menikah. Baru setelah ia meninggal tahun 1328, para ksatria berdatangan melamar kedua putri tersebut. Setelah diadakan sayembara, diperoleh dua orang ksatriya, yaitu Cakradhara yang menjadi suami Dyah Gitarja, dan Kudamerta sebagai suami Dyah Wiyat.
Kudamerta kemudian bergelar Wijayarajasa atau Bhre Wengker atau Bhatara Parameswara ring Pamotan. Dari perkawinan itu lahir Indudewi yang menjabat raja bawahan didaerah dengan nama bhre lasem. Anak Kudamerta dengan selir adalah Paduka Sori atau Sri Sudewi yang menjadi permaisuri Hayam Wuruk, putra Dyah Gitarja alias Tribhuwana Tunggadewi.
Peranan Dyah Wiyat
Pada pemerintahan Jayanagara, Dyah Wiyat diangkat sebagai raja bawahan di Kadiri bergelar Rajadewi Maharajasa Bhre Daha. Jabatan ini terus dipegangnya sampai ia meninggal pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, keponakan sekaligus menantunya.
Dalam pemerintahan Hayam Wuruk, Rajadewi tergabung dalam Saptaprabhu, yaitu semacam dewan pertimbangan agung yang beranggotakan keluarga raja.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Rajadewi meninggal. Pararaton hanya menyebut ia dan kakaknya, Tribhuwana Tunggadewi meninggal setelah pengangkatan Gajah Enggon sebagai patih tahun 1371. Rajadewi kemudian didharmakan di Adilangu, dengan candi bernama Purwawisesa.