Kamuflase
- Ketimpangan sosial: Perubahan sosial dapat mengakibatkan ketimpangan dalam hal akses terhadap sumber daya, kesempatan, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini bisa mengarah pada ketidakadilan sosial dan ekonomi di masyarakat.
- Perubahan nilai dan norma: Perubahan sosial dapat mempengaruhi nilai-nilai dan norma-norma yang dianut dalam masyarakat. Konflik dapat timbul ketika ada ketegangan antara nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai baru yang muncul akibat perubahan sosial.
- Krisis identitas: Perubahan sosial yang cepat dapat menyebabkan krisis identitas individu atau kelompok. Orang mungkin mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut dan merasa kebingungan atau kehilangan jati diri.
- Konflik sosial: Perubahan sosial dapat menciptakan ketegangan dan konflik antara kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai yang berbeda. Konflik sosial dapat timbul karena perubahan dalam struktur sosial, distribusi kekayaan, atau pergeseran kekuasaan.
- Perubahan lingkungan: Perubahan sosial juga dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan. Perkembangan teknologi dan urbanisasi yang cepat dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
- Ketidakpastian ekonomi: Perubahan sosial dapat menyebabkan pergeseran dalam lapangan pekerjaan, kebutuhan keterampilan baru, dan perubahan dalam struktur ekonomi. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi dan meningkatkan tingkat pengangguran.
- Perubahan demografi: Perubahan sosial dapat berhubungan dengan perubahan dalam struktur demografi seperti pertambahan penduduk, perubahan dalam komposisi usia, migrasi, atau urbanisasi. Hal ini dapat menyebabkan tekanan pada sistem pemerintahan, layanan publik, dan infrastruktur.
- Perubahan teknologi: Perkembangan teknologi yang pesat dapat menciptakan perubahan sosial yang signifikan. Sementara teknologi baru dapat memberikan manfaat, seperti peningkatan akses informasi dan efisiensi komunikasi, tetapi juga dapat menyebabkan masalah seperti ketidaksetaraan akses teknologi, kecanduan digital, dan hilangnya pekerjaan akibat otomatisasi.
Kamuflase militer
Dalam peperangan pada masa lampau kamuflase tidak banyak digunakan. Pasukan-pasukan pada abad ke-19 cenderung mengenakan warna-warna yang cerah dan berani, serta rancangan-rancangan yang mencolok. Semua ini dimaksudkan untuk membuat lawan kecil hati, meruntuhkan mental dan nyali, menarik rekrut, memperkuat ikatan dalam kesatuan atau mempermudah identifikasi satuan dalam kabut perang.
Satuan-satuan perintis yang lebih kecil dan tidak reguler pada abad ke-18 adalah orang-orang pertama yang mengadopsi warna-warna hijau dan coklat pucat. Pasukan-pasukan besar mempertahankan warnanya hingga akhirnya diyakinkan untuk menggantinya. Setelah menderita banyak korban, tentara Britania di India pada 1857 mencelup warna celana mereka yang merah menjadi warna-warna netral, mulanya dengan warna lumpur yang disebut khaki (dari bahasa Urdu yang berarti 'berdebu'). Ini hanyalah upaya sementara, dan baru menjadi standar di kalangan dinas militer di India pada tahun 1880-an. Tapi baru setelah Perang Boer Kedua pada 1802, seragam seluruh tentara Britania distandarkan dengan warna ini untuk seragam tempur mereka.
Amerika Serikat segera mengikuti Britania, mengadopsi warna khaki pada tahun yang sama. Rusia mengikutinya, sebagian, pada 1908. Tentara Italia menggunakan grigio-verde ("kelabu-hijau") di Pegunungan Alpen dari 1906 dan seluruh tentara pada 1909. Jerman mengadopsi warna feldgrau ("kelabu lapangan") pada 1910.
Tentara-tentara lainnya tetap mempertahankan warna-warna yang lebih cerah. Pada permulaan Perang Dunia I Prancis mengalami kekalahan besar karena pasukan-pasukannya mengenakan celana merah (garance) sebagai seragam mereka. Ini diubah pada awal 1915, sebagian karena korban yang jatuh dan sebagian lagi karena warna merah diproduksi di Jerman. Tentara Prancis juga mengadopsi jaket dengan warna baru "biru cakrawala". Tentara Belgia mulai menggunakan seragam khaki pada 1915.
Referensi
- (Inggris) Alan Raven - Development of Naval Camouflage 1914 – 1945
- (Inggris) Craig Roland - The Art of Camouflage - The History of Camouflage[pranala nonaktif permanen]
- (Inggris) Roy R. Behrens - Art and Camouflage: An Annotated Bibliography Diarsipkan 2006-06-16 di Wayback Machine.
- (Inggris) Manual tentara AS FM 21-76 tentang kamuflase Diarsipkan 2011-07-18 di Wayback Machine.
- (Inggris) Guy Hartcup - Camouflage: A History of Concealment and Deception in War (1980)
- (Inggris) WWII War Department Field Manual FM 5-20B: Camouflage of Vehicles (1944)
- Blechman, Hardy and Newman, Alex (2004). DPM: Disruptive Pattern Material. DPM Ltd. ISBN 0-9543404-0-X.
- Behrens, Roy R. (2002). FALSE COLORS: Art, Design and Modern Camouflage. Bobolink Books. ISBN 0-9713244-0-9.
Pranala luar
- How Stuff Works
- Camouflage of Individuals and Infantry Weapon Diarsipkan 2012-11-25 di Wayback Machine.
- Roy R. Behrens, "The Thinking Eye: a Chronology of Camouflage" 2006
- Roy R. Behrens, "Dazzle Camouflage: High Difference Camouflage (Hodgepodge)" 2006
- "An informal study into camoflage" Diarsipkan 2010-03-13 di Wayback Machine.