Kamuflase
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, yakni mencakup nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keinginan dan keputusan individu, pengaruh eksternal, peristiwa-peristiwa tertentu, dan munculnya tujuan bersama. Adapun pengertian perubahan sosial menurut para ahli yaitu: Kingsley Davis (1960) mengungkapkan, perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurutnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan dalam hubungan-hubungan antara buruh dengan majikan, dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin (1957), perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang diterima, akibat adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat. Mac Iver (1937) mengungkapkan, perubahan dalam hubungan sosial (perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. Selo Soemardjan (1962) mengartikan perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. William F. Ogburn (1964) menjelaskan, perubahan sosial menekankan pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat. Menurut Soekanto (1990), perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya. Farley (1990) mengartikan perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu.
Kamuflase militer
Dalam peperangan pada masa lampau kamuflase tidak banyak digunakan. Pasukan-pasukan pada abad ke-19 cenderung mengenakan warna-warna yang cerah dan berani, serta rancangan-rancangan yang mencolok. Semua ini dimaksudkan untuk membuat lawan kecil hati, meruntuhkan mental dan nyali, menarik rekrut, memperkuat ikatan dalam kesatuan atau mempermudah identifikasi satuan dalam kabut perang.
Satuan-satuan perintis yang lebih kecil dan tidak reguler pada abad ke-18 adalah orang-orang pertama yang mengadopsi warna-warna hijau dan coklat pucat. Pasukan-pasukan besar mempertahankan warnanya hingga akhirnya diyakinkan untuk menggantinya. Setelah menderita banyak korban, tentara Britania di India pada 1857 mencelup warna celana mereka yang merah menjadi warna-warna netral, mulanya dengan warna lumpur yang disebut khaki (dari bahasa Urdu yang berarti 'berdebu'). Ini hanyalah upaya sementara, dan baru menjadi standar di kalangan dinas militer di India pada tahun 1880-an. Tapi baru setelah Perang Boer Kedua pada 1802, seragam seluruh tentara Britania distandarkan dengan warna ini untuk seragam tempur mereka.
Amerika Serikat segera mengikuti Britania, mengadopsi warna khaki pada tahun yang sama. Rusia mengikutinya, sebagian, pada 1908. Tentara Italia menggunakan grigio-verde ("kelabu-hijau") di Pegunungan Alpen dari 1906 dan seluruh tentara pada 1909. Jerman mengadopsi warna feldgrau ("kelabu lapangan") pada 1910.
Tentara-tentara lainnya tetap mempertahankan warna-warna yang lebih cerah. Pada permulaan Perang Dunia I Prancis mengalami kekalahan besar karena pasukan-pasukannya mengenakan celana merah (garance) sebagai seragam mereka. Ini diubah pada awal 1915, sebagian karena korban yang jatuh dan sebagian lagi karena warna merah diproduksi di Jerman. Tentara Prancis juga mengadopsi jaket dengan warna baru "biru cakrawala". Tentara Belgia mulai menggunakan seragam khaki pada 1915.
Referensi
- (Inggris) Alan Raven - Development of Naval Camouflage 1914 – 1945
- (Inggris) Craig Roland - The Art of Camouflage - The History of Camouflage[pranala nonaktif permanen]
- (Inggris) Roy R. Behrens - Art and Camouflage: An Annotated Bibliography Diarsipkan 2006-06-16 di Wayback Machine.
- (Inggris) Manual tentara AS FM 21-76 tentang kamuflase Diarsipkan 2011-07-18 di Wayback Machine.
- (Inggris) Guy Hartcup - Camouflage: A History of Concealment and Deception in War (1980)
- (Inggris) WWII War Department Field Manual FM 5-20B: Camouflage of Vehicles (1944)
- Blechman, Hardy and Newman, Alex (2004). DPM: Disruptive Pattern Material. DPM Ltd. ISBN 0-9543404-0-X.
- Behrens, Roy R. (2002). FALSE COLORS: Art, Design and Modern Camouflage. Bobolink Books. ISBN 0-9713244-0-9.
Pranala luar
- How Stuff Works
- Camouflage of Individuals and Infantry Weapon Diarsipkan 2012-11-25 di Wayback Machine.
- Roy R. Behrens, "The Thinking Eye: a Chronology of Camouflage" 2006
- Roy R. Behrens, "Dazzle Camouflage: High Difference Camouflage (Hodgepodge)" 2006
- "An informal study into camoflage" Diarsipkan 2010-03-13 di Wayback Machine.