Calistung atau tiga M (bahasa Inggris: the three Rs, "Reading, wRiting, dan aRithmetic")[1] adalah tiga keterampilan dasar yang diajarkan di sekolah, yaitu membaca, menulis, dan menghitung ("calistung" mengacu pada membaca, menulis, dan menghitung).[2] Ungkapan tersebut tampaknya diciptakan pada awal abad ke-19.

Calistung merupakan suatu proses pembelajaran awal yang bertujuan untuk mengajarkan anak-anak keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. Pada dasarnya, calistung menjadi langkah awal bagi anak-anak untuk memasuki dunia pendidikan formal. Melalui calistung, anak-anak diajarkan dasar-dasar membaca, menulis, dan berhitung yang akan menjadi dasar penting dalam perkembangan belajar selanjutnya. Proses ini bertujuan untuk melatih anak-anak agar dapat membaca dan menulis dengan lancar, memahami makna kata-kata, serta menguasai dasar-dasar aritmetika.

Metode pengajaran calistung dapat berbeda-beda tergantung pada pendekatan yang digunakan oleh guru atau lembaga pendidikan. Beberapa metode yang umum digunakan meliputi metode fonetik, metode serempak, dan metode kombinasi. Metode fonetik berfokus pada pengenalan bunyi huruf dan pengucapannya. Metode serempak melibatkan pengajaran langsung untuk membaca dan menulis. Sedangkan metode kombinasi menggabungkan beberapa pendekatan untuk mencapai hasil yang optimal.

Pengajaran calistung dapat dilakukan melalui berbagai media dan sumber belajar. Selain menggunakan buku dan tulisan, teknologi digital juga semakin banyak dimanfaatkan dalam pembelajaran calistung. Program komputer, aplikasi ponsel pintar, dan permainan edukatif adalah contoh-contoh media modern yang dapat digunakan untuk melengkapi pengajaran calistung. Penting untuk memperhatikan bahwa calistung bukan hanya sekadar menghafal dan menirukan, tetapi juga melibatkan pemahaman dan kreativitas. Melalui calistung, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, imajinasi, serta ekspresi diri. Hal ini penting dalam membantu anak-anak mengembangkan potensi kognitif dan sosial mereka.

Calistung umumnya diajarkan di tingkat pendidikan pra-sekolah dan awal sekolah dasar. Namun, prinsip-prinsip dasar calistung dapat diterapkan dan dilatih oleh anak-anak sejak usia dini. Melalui dukungan dan bimbingan orang tua, anak-anak dapat terbiasa dengan konsep-konsep dasar membaca, menulis, dan berhitung sebelum memasuki pendidikan formal.[3]

Asal dan makna

Keterampilan itu sendiri disinggung dalam pengakuan Santo Agustinus: bahasa Latin: ...legere et scribere et numerare discitur 'belajar membaca, menulis, dan menghitung'.[4]

Frasa ini terkadang dikaitkan dengan pidato yang diberikan oleh Sir William Curtis sekitar tahun 1807: hal ini masih dipertikaikan.[5][6][7] Versi modern lanjutan dari calistung atau tiga M (bahasa Inggris: the three Rs) terdiri atas "keterampilan fungsional literasi (melek huruf), numerasi, dan TIK".[8]

Pendidik Amerika Louis P. Bénézet lebih memilih to read (membaca), to reason (menalar), to recite (membacakan) dan menambahkan, "dengan membacakan saya tidak bermaksud membalas kata demi kata kata-kata guru atau buku teks. Yang saya maksud adalah menuturkan bahasa Inggris."[9]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ "Obsolete Skill Set: The 3 Rs". www.papert.org. Diakses tanggal 21-3-2022. 
  2. ^ "Definition of THE THREE R'S". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-09-15. 
  3. ^ Mengenal arti calistung dan Mengajarkannya pada anak
  4. ^ Confessions 13:1:20 Loeb Classical Library, p. 37
  5. ^ Kamus Bahasa Inggris Oxford edisi ke-3 tahun 2008, s.v. 'R' I:3
  6. ^ Christine Ammer, The American Heritage Dictionary of Idioms, 2nd edition, 2013, s.v., p. 457, excerpted in The Free Dictionary
  7. ^ John Limbird, The Mirror of Literature, Amusement, and Instruction, 124 (January 22, 1823), p. 75
  8. ^ Functional Skills
  9. ^ L. P. Benezet, "The Teaching of Arithmetic I, II, III: The Story of an Experiment," Journal of the National Education Association, Volume 24(8): 241-244 (November 1935)