Bambu kuning

Revisi sejak 17 Januari 2024 14.58 oleh Alajaya (bicara | kontrib) (ciri morfologi dan manfaat bambu kuning)

Bambu kuning (Bambusa vulgaris var. striata) adalah salah satu jenis bambu peliharaan / budidaya.[1] Bambu jenis ini memiliki ciri batang yang beruas-ruas, tinggi, dan batangnya berwarna kuning.[1] Biasanya, bambu jenis ini hidup di lingkungan tropis.[1] Di kawasan Asia Tenggara, bambu jenis ini banyak dibudidayakan.[1] Ia sering dijumpai di desa-desa, di pinggir-pinggir sungai, dan sebagai tanaman hiasan di perkotaan.[1]

Bambu Kuning
Pohon Bambu Kuning

Bambu kuning dapat diperbanyak dengan cara stek (rhizoma, rumpun, atau cabang), cangkok, dan kultur jaringan.[2] Namun, cara termudah dan sering dilakukan adalah stek rumpun atau cabang.[2] Umumnya, rumpun yang akan distek adalah rumpun yang tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua.[2] Rebusan pada bambu ini mengandung saponin dan flavonoida.[2] Tidak hanya itu, bambu kuning ini mengandung sumber potassium yang rendah kalori, serta memiliki rasa manis yang terkenal sebagai sumber protein dan nutrisi yang baik bagi tubuh.[2] Bambu ini memiliki khasiat mengobati bermacam jenis infeksi dan pencegah hepatitis.[2]

Ciri morfologi

 
Rumpun Pohon Bambu Kuning

Bambu kuning ini berupa rumpun tegak, diameter pohon sekitar 4-10 cm dan dapat tumbuh dengan tinggi berkisar 10-20 meter. Batang berwarna kuning cerah dengan hijau tua, garis-garis vertikal biasanya sempit, namun lebarnya bervariasi. Daun Tunggal, berpelepah, ujung meruncing, tepi rata, pangkal membulat, panjang 15-27 cm, lebar 2-3 cm, pertulangan sejajar, hijau. Akar Serabut berwarna putih agak kotor.[3]

Manfaat sebagai obat

Dalam pengobatan tradisional, bambu kuning digunakan untuk mencegah atau mengobati berbagai macam penyakit seperti:

  1. Penyakit kuning (hepatitis);
  2. Pereda asam urat;
  3. Demam pada anak-anak;
  4. Mengatasi susah tidur;
  5. Batuk;
  6. Memperbaiki kerusakan hati;
  7. Menurunkan kadar kolesterol;
  8. Radang paru-paru;
  9. TBC;
  10. Epilepsi masa kanak-kanak;
  11. Kencing berdarah (hematuria);
  12. Melancarkan haid;
  13. Aborsi;
  14. Gangguan pada ginjal, dll.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e (Indonesia)Andoko, Agus. 2008. Budidaya Bambu Rebung.Yogyakarta: Kanisius.
  2. ^ a b c d e f (Indonesia)Sari, Wening, Lili Indrawati, dan Oei Gin Djing. 2008. Care Yourself Hepatitis. Jakarta: Penerbit Plus.
  3. ^ a b "Pemanfaatan Tanaman Bambu Kuning Sebagai Obat Tradisional". Visitani. Diakses tanggal 2024-01-17.