Kabupaten Lumajang

kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 27 September 2023 02.47 oleh 36.75.66.126 (bicara)

{{Dati2 | settlement_type = Kabupaten | translit_lang1_type = Hanacaraka | translit_lang1_type1 = Abjad Pegon | nama = Kabupaten Lumajang | lambang = Seal of Lumajang Regency.svg | peta = | translit_lang1_info = ꦏꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦭꦸꦩꦗꦁ | translit_lang1_info1 = كابوڤاتين لوماجاڠ

| foto =

Alun-alun Lumajang (1880-1920)

Lumajang (Hanacaraka: ꦭꦸꦩꦗꦁ, Pegon: لوماجاڠ, Bahasa Jawa: Lumaj

âng) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Lumajang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang merupakan bagian dari wilayah Tapal Kuda Jawa Timur.[4]

Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang rawan bencana, khususnya letusan Gunung Semeru. Letusan akhir-akhir ini terjadi pada 4 Desember 2021, sekitar pukul 15.20 WIB. Wilayah yang paling terdampak yakni desa Supiturang, kecamatan Pronojiwo, Lumajang.[5]

Geografi

Kabupaten Lumajang terletak pada 112°53'–113°23' Bujur Timur dan 7°54'–8°23' Lintang Selatan. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Lumajang adalah 1790,90 km2. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu:

Batas Wilayah

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut:

Relief

Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan Tapal Kuda Provinsi Jawa Timur. Di bagian barat, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo, terdapat rangkaian Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Semeru (3.676 m) dan Gunung Bromo (2.392 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Bagian timur laut merupakan ujung barat Pegunungan Iyang. Sedangkan bagian selatan merupakan daerah datar, dengan sedikit wilayah berbukit hingga bergunung di sebelah barat.

Ketinggian daerah Kabupaten Lumajang bervariasi dari 0-3.676 m dpl., dengan daerah yang terluas adalah pada ketinggian 100–500 m dari permukaan laut, yakni seluas 63.405,50 Ha (35,40 % wilayah); dan yang tersempit adalah pada ketinggian 0–25 m dpl yaitu seluas 19.722,45 Ha atau 11,01 % dari luas keseluruhan Kabupaten.

Vulkanologi

Kabupaten Lumajang dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Lemongan. Dari ketiga gunung berapi yang masih aktif tersebut, Gunung Semeru mendapat prioritas pemantauan lebih dibanding yang lainnya karena seringnya terjadi aktivitas gunung berapi yang membahayakan masyarakat sekitarnya.

Iklim

Kabupaten Lumajang beriklim tropis. Berdasarkan klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson sebagian wilayah termasuk tipe C, yang bersifat agak basah, dan sebagian lainnya bertipe D. Bulan-bulan kering, dengan jumlah curah hujan kurang dari 100 mm per bulan, terjadi pada bulan-bulan Juni–September. Sementara bulan-bulan basah terjadi pada bulan-bulan Desember–Maret dengan jumlah curah hujan lebih dari 250 mm per bulan. Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 1.500-2.500 mm. Suhu udara rata-rata di sebagian besar wilayah Lumajang berkisar antara 24 °C–32 °C, sedangkan di kawasan pegunungan suhu udara dapat mencapai 5 °C, terutama di daerah lereng Gunung Semeru.

Data iklim Lumajang, Jawa Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 31.8
(89.2)
31.7
(89.1)
31.8
(89.2)
31.7
(89.1)
31.5
(88.7)
31.4
(88.5)
31.2
(88.2)
31.8
(89.2)
32.7
(90.9)
33.2
(91.8)
32.7
(90.9)
31.9
(89.4)
31.95
(89.52)
Rata-rata harian °C (°F) 26.7
(80.1)
26.6
(79.9)
26.6
(79.9)
26.4
(79.5)
25.8
(78.4)
25
(77)
24.2
(75.6)
24.8
(76.6)
25.5
(77.9)
26.4
(79.5)
26.6
(79.9)
26.4
(79.5)
25.92
(78.65)
Rata-rata terendah °C (°F) 21.6
(70.9)
21.6
(70.9)
21.4
(70.5)
21.1
(70)
20.1
(68.2)
18.7
(65.7)
17.3
(63.1)
17.8
(64)
18.4
(65.1)
19.6
(67.3)
20.6
(69.1)
21
(70)
19.93
(67.9)
Presipitasi mm (inci) 296
(11.65)
289
(11.38)
254
(10)
203
(7.99)
113
(4.45)
82
(3.23)
57
(2.24)
44
(1.73)
89
(3.5)
197
(7.76)
231
(9.09)
266
(10.47)
2.121
(83,49)
Rata-rata hari hujan 19 19 17 14 10 6 3 2 6 13 16 18 143
% kelembapan 84 84 82 79 75 70 68 65 67 71 78 80 75.3
Rata-rata sinar matahari bulanan 157 183 215 249 285 289 300 303 299 290 241 174 2.985
Sumber #1: Climate-Data.org[6]
Sumber #2: BMKG[7] & Weatherbase[8]

Hidrologi

Kabupaten Lumajang mempunyai 31 sungai dan 8 air terjun. Selain itu juga terdapat danau (ranu) yakni Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali di Kecamatan Klakah serta Ranu Regulo, Ranu Pani dan Ranu Kumbolo di Kecamatan Senduro.

Sungai-sungai yang cukup besar dengan daerah aliran di wilayah Lumajang dan sekitarnya antara lain Kali Besuk Sat, Kali Bondoyudo, Kali Asem, Kali Mujur, Kali Pancing dan Kali Rejali yang kesemuanya berakhir di Pantai Laut Selatan.

Sejarah

 
Sisa-sisa Candi Kunir, ditemukan tahun 2013

Nama Lumajang berasal dari nama tempat "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya. Beberapa sumber itu antara lain:

  1. Prasasti Mula Malurung
  2. Naskah Negarakertagama
  3. Kitab Pararaton
  4. Kidung Harsawijaya
  5. Kitab Bujangga Manik
  6. Serat Babad Tanah Jawi
  7. Serat Kandha

Prasasti Mula Malurung adalah prasasti tertua yang menyebut keberadaan "Nagara Lamajang", karenanya dianggap sebagai titik tolak hari jadi Lumajang. Prasasti yang ditemukan pada tahun 1975 di Kediri dan berangka 1177 tahun Saka ini diterbitkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari untuk memperingati anugerah Raja Seminingrat kepada Pranaraja berupa dua desa perdikan, Mula dan Malurung. Prasasti ini terdiri dari 12 lempengan tembaga, dan lempengan VII halaman A memuat nama-nama putera-puteri dan kerabat Raja Seminingrat yang diangkat menjadi raja-raja bawahan. Salah satunya, disebutkan bahwa Nararya Kirana yang telah dianggap seolah-olah putera sang Prabu, dijadikan raja di Lumajang.[9] Menurut prasasti tersebut penetapan itu terjadi pada tahun 1177 Saka, yang sesuai dengan tanggal 14 Dulkaidah 1165 tahun Jawa atau tanggal 15 Desember 1255 Masehi.

Mengingat cukup meyakinkan bahwa pada 1255 M itu "Negara Lamajang" sudah merupakan sebuah negara yang berpenduduk, mempunyai wilayah, mempunyai raja (pemimpin) dan pemerintahan yang teratur, maka ditetapkanlah tanggal 15 Desember 1255 M sebagai hari jadi Lumajang yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990.

Dalam sejarahnya, wilayah ini sangat berhubungan dengan tokoh sejarah bernama Aria Wiraraja. Kitab Pararaton dan Harsawijaya mengisahkan bahwa tokoh yang ketika muda bernama Banyak Wide ini pada mulanya mengabdi di Singasari, namun oleh Raja Kertanegara kemudian dibuang secara halus dari ibu kota Singasari dan dijadikan bupati di Sumenep, Madura Timur. Aria Wiraraja kemudian berkesempatan memberikan bantuan dan perlindungan kepada Raden Wijaya ketika ia dan rombongannya melarikan diri ke Sumenep setelah kerajaan Singosari diserang dan ditaklukkan oleh Jayakatwang. Selanjutnya Pararaton dan Kidung Harsawijaya menceritakan bahwa Wiraraja diberi hadiah wilayah bagian timur Jawa Timur yang diberi nama "Lamajang Tigang Juru", ketika Raden Wijaya berhasil memenangkan perang dan menjadi raja pertama di kerajaan Majapahit. Akan tetapi wilayah itu baru dikuasai dan diperintahnya setelah kematian puteranya, Ranggalawe, yang memberontak kepada Majapahit (1295).[10]

Wilayah Lumajang kembali disebut-sebut dalam Kitab Negarakertagama ketika Raja Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling wilayah timur Majapahit pada tahun 1359 M; kala itu wilayah ini sudah dikuasai kembali oleh Majapahit.[11] Nama Lumajang (atau, dalam versi aslinya: Lamajang) ini mengacu pada satu wilayah yang luas di pojok timur (Bld.: Oosthoek) Jawa Timur, di mana termasuk pula di dalamnya wilayah kuno Pajarakan di sekitar Kraksaan, Probolinggo sekarang.[12]

Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, salah satu putri penguasa Lumajang yaitu Nyai Tepasari dinikahi dibawa Sunan Gunung Jati ke Cirebon. (Sumber ?). Dari putri Ki Gede Tepasan ini Sunan Gunung Jati menurunkan dua anak yaitu Ratu Ayu Wanguran dan Pangeran Pasarean.

Perjalanan sejarah Lumajang kemudian masuk pada babak pemerintahan kerajaan Blambangan. Sejarah pada masa ini agak kurang jelas karena kurangnya data. Menurut Babad Sembar, setelah keruntuhan Majapahit maka Lumajang dipimpin oleh Lembu Miruda. Kemudian terjadi masa peperangan antara Untung Surapati, kerajaan Blambangan, Mataram, dan VOC.

Pada abad ke 17 Lumajang dikuasai oleh keluarga Untung Suropati setelah kematian pemimpin terakhir Kerajaan Blambangan, Susuhuna Tawangalun. Salah satu penguasanya yaitu Adipati Kartanegara memerintah Lumajang di kawasan perbentengan Kutorenon. Cucu Untung Suropati itu terkenal sangat anti VOC. Permintaan untuk menyerahkan diri kepada VOC ditolaknya mentah-mentah sehingga Lumajang ditaklukkan dan perbentengannya diratakan dengan tanah pada bulan Juni tahun 1767.

Pada masa penjajahan Belanda, awalnya Lumajang hanya daerah dibawah Pasuruan dan Probolinggo. Pimpinan tertinggi Lumajang adalah Asisten Residen dengan didampingi Jaksa. Pada 31 Desember 1866, Raden Astro Koesoemo diangkat menjadi Jaksa Lumajang. (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1968).

Pada tahun 1882 wilayah Lumajang berstatus Distrik (setingkat kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Wedana. Kemudian pada tahun 1886 statusnya dinaikkan menjadi Afdeeling (setingkat kabupaten), kepala pemerintahannya adalah seorang Patih Afdeeling. Beberapa patih yang pernah memimpin Lumajang antara lain: Tahun 1867 - 1886 Patih Raden Endro Koesoemo (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1870), 1886 - 1890 Patih Raden Pandji Atmo Koesoemo (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1887), 1890 - 1920 Patih Raden Mas Singowiguno (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1898), 1920 - 1923 Patih Mas Ngabehi Ardjosoepoetro (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1922), 1923 - 1928 Patih Raden Kartoadiredjo (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1933).

Tahun 1929 sistem pemerintahan di Lumajang dinaikkan lagi statusnya menjadi Kabupaten, dengan kepala pemerintahannya seorang Bupati. Raden Kartoadiredjo naik jabatan menjadi Bupati pertama Lumajang didampingi Patih Raden Boedihardjo (1928-1939).

Pemerintahan

Daftar Bupati

Berikut adalah Daftar Bupati Lumajang (dimulai periode daerah afdelling) dari masa ke masa dimulai dari tahun 1867.

No Foto Patih Afdelling Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Patih
1 Raden Endro Koesoemo bin Kyai Mutamakkin Kajen Tahun 1867 Tahun 1886 1
2 Raden Panji Atmo Koesoemo bin Raden Endro Koesoemo Tahun 1886 Tahun 1890 2
3
 
Raden Mas Singowiguno Tahun 1890 Tahun 1920 3
4 Mas Ngabehi Ardjosoepoetro Tahun 1920 Tahun 1923 4
5   R.A.A. Kartoadiredjo Tahun 1923 Tahun 1928 5
No Foto Bupati Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Bupati
1   R.A.A. Kartoadiredjo 1 Juli 1928 [13] 20 Februari 1940 [14] 1
2   R.T. Aboebakar Kartowinoto 16 April 1940 [15] 1948 2
3   Raden Sastrodikoro 1948 1959 3
4   Raden Sukardjono 1959 1966 4
5   N.G. Subowo 1966 1973 5
6   Soewandi Roestam 1973 1978 6
1978 1983 7
7   Karsid 1983 1988 8
8   HM. Samsi Ridwan 1988 1993 9
9 Tarmin Hariadi 1993 1998 10
10   Achmad Fauzi 1998 2003 11
2003 2008 12
11
 
Sjahrazad Masdar 25 Agustus 2008 25 Agustus 2013 13 As'at Malik
25 Agustus 2013 23 Januari 2015 14
12 As'at Malik 23 Januari 2015 5 Maret 2015
5 Maret 2015 25 Agustus 2018 dr. Buntaran Suprianto, M.Kes.
13 Thoriqul Haq 24 September 2018 24 September 2023 15 Indah Amperawati Masdar
14   (pjs) Indah Wahyuni 24 September 2023 – Petahana 16


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Lumajang dalam lima periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2004–2009[16] 2009–2014[17] 2014–2019[18] 2019–2024[19] 2024–2029[20]
PKB 15   9   9   10   10
Gerindra (baru) 4   5   8   11
PDI-P 13   10   10   9   9
Golkar 6   6   5   3   4
NasDem (baru) 5   3   3
PKS 0   2   3   4   2
Hanura (baru) 1   2   2   0
PAN 2   4   3   1   0
Demokrat (baru) 4   6   6   4   4
PPP 3   2   2   6   7
PKNU (baru) 5
PKPB (baru) 2   1
Jumlah Anggota 45   50   50   50   50
Jumlah Partai 7   11   10   10   8

Kecamatan

 
Desa di daerah Dampar (1934)
 
Kali Mayong dekat Dampar (1934)

Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 kecamatan, 7 kelurahan, dan 198 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.108.060 jiwa dengan luas wilayah 1.790,90 km² dan sebaran penduduk 618 jiwa/km².[21][22]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Lumajang, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
35.08.03 Candipuro 10 Desa
35.08.13 Gucialit 9 Desa
35.08.17 Jatiroto 6 Desa
35.08.16 Kedungjajang 12 Desa
35.08.19 Klakah 12 Desa
35.08.06 Kunir 11 Desa
35.08.10 Lumajang 7 5 Desa
Kelurahan
35.08.14 Padang 9 Desa
35.08.04 Pasirian 11 Desa
35.08.11 Pasrujambe 7 Desa
35.08.02 Pronojiwo 6 Desa
35.08.18 Randuagung 12 Desa
35.08.20 Ranuyoso 11 Desa
35.08.08 Rowokangkung 7 Desa
35.08.12 Senduro 12 Desa
35.08.15 Sukodono 10 Desa
35.08.21 Sumbersuko 8 Desa
35.08.09 Tekung 8 Desa
35.08.05 Tempeh 13 Desa
35.08.01 Tempursari 7 Desa
35.08.07 Yosowilangun 12 Desa
TOTAL 7 198

Transportasi

Di Kabupaten Lumajang terdapat jalan raya antar provinsi dan jalur kereta api lintas Surabaya-Jember-Banyuwangi, namun kedua jalur transportasi utama tersebut tidak melalui ibu kota Kabupaten Lumajang. Jalan Nasional Rute 25 berujung di Wonorejo, sekitar 6 km di utara pusat kota Lumajang, menghubungkan Jalan Nasional Rute 1 (lebih dikenal sebagai Jalur Pantura) di Probolinggo dengan Jalan Nasional Rute 3 yang melintasi Kota Lumajang dan berbelok ke timur di Wonorejo menuju Jember, Banyuwangi, dan berakhir di Ketapang, lokasi penyeberangan feri ke Bali. Jalan raya no 25 yang bersambung dengan Jalan raya no 3 itu dilintasi bus-bus AKAP (antar kota dan antar provinsi), terutama rute Surabaya–Jember dan Surabaya–Banyuwangi via Jember. Bus-bus penumpang yang lebih kecil menghubungkan Kota Lumajang dengan Jember via Kencong, dan Lumajang–Malang via Dampit.

Angkutan Kereta

Jalur kereta api melintasi beberapa ibu kota kecamatan antara lain Ranuyoso, Klakah, Randuagung dan Jatiroto. Klakah merupakan kecamatan terdekat untuk akses kereta api dari kota Lumajang. Sebenarnya ada pula jalur kereta api yang melewati kota Lumajang sampai ke Pasirian dan dari Lumajang juga bercabang ke arah timur ke Rambipuji melewati Kencong, namun jalur peninggalan masa kolonial Belanda ini sudah tidak aktif lagi semenjak tahun 1988.

Angkutan Tradisional

Selain transportasi umum di atas, masyarakat Lumajang mengenal transportasi rakyat yakni becak dan dokar (kereta kuda) untuk pengangkutan orang, serta pegon (kereta sapi) untuk pengangkutan barang dan hasil bumi. Keberadaannya perlahan tergeser dan tergantikan dengan mesin-mesin transportasi modern dan sekarang ini digunakan secara terbatas pada lokasi dan momen tertentu.

Penduduk

Penduduk Kabupaten Lumajang umumnya adalah suku Jawa dan Suku Madura Pendalungan, dan agama mayoritas adalah Islam. Di Pegunungan Tengger Kecamatan Senduro (terutama di daerah Ranupane, Argosari, dan sekitarnya), terdapat masyarakat Tengger yang termasuk sub-suku Jawa yang memiliki bahasa khas dan beragama Hindu.

Di Senduro terdapat sebuah pura yang dikenal dengan nama Pura Mandara Giri Semeru Agung (MGSA), yang digunakan untuk ibadah baik pada hari biasa maupun hari besar umat Hindu. Pada hari biasa, pura tersebut juga dijadikan sebagai tempat wisata.

Olahraga

Kabupaten Lumajang memiliki beberapa sarana olahraga baik indoor maupun outdoor. Selain itu, di Kabupaten Lumajang juga terdapat beberapa serikat olahraga.

Fasilitas Olahraga

Serikat Olahraga

  • PSIL Lumajang (sepak bola)
  • Gita Wira Bhakti (GWB) Korp Drumband Pemda Kab. Lumajang
  • Lumajang Jeep Club
  • Mahameru Jeep Club Cabang Lumajang
  • Semeru FC (sepak bola di Liga 2)

Pariwisata

 
Goa Tetes, di Pronojiwo, Lumajang.

Lumajang memiliki cukup banyak lokasi wisata pantai di Laut Selatan (Samudra Hindia) seperti Pantai Mbah Drajid WGL, Pantai Bambang, Pantai Dampar, Watu Pecak, Watu Godeg dan Watu Gedeg. Di samping itu, di lereng-lereng timur Semeru terdapat beberapa lokasi wisata lokal seperti Piket Nol, yang menjadi puncak tertinggi di lintas perbukitan selatan, Goa Tetes, dan Gladak Perak di lintas selatan Lumajang-Malang. Di daerah Sumber Mujur juga terdapat kawasan hutan bambu di sekitar mata air Sumber Deling yang merupakan tempat pelestarian aneka jenis tanaman bambu, yang sekaligus menjadi habitat bagi kawanan kera dan ribuan kelelawar (kalong). Di Pasrujambe terdapat sebuah tempat wisata mata air suci dan Pura Watu Klosot yang menjadi tujuan wisata bagi peziarah Hindu dari Bali.Lumajang juga memiliki air terjun yang sangat menarik, diantaranya Air Terjun Tumpak Sewu, Air Terjun Kapas Biru, Air Terjun Kabut Pelangi. Dan Lumajang memiliki Wisata "Negeri Diatas Awan" Puncak B-29, Dan desa tertinggi yaitu desa Ranu Pani yang menjadi gerbang pendakian menuju gunung Semeru

Kejadian luar biasa

Tahun 2015, Kabupaten Lumajang menjadi sorotan nasional terkait kejadian luar baiasa yang menimpa Salim Kancil, warga Desa Selok Awar-awar yang menjadi korban pembunuhan menyusul aksi protes menentang penambangan pasir di desa setempat.

Referensi

  1. ^ "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. hlm. 25. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 
  2. ^ "APBD 2018". 2018-01-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-31. Diakses tanggal 2018-12-12. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  4. ^ Media, Kompas Cyber (2022-05-25). "Mengenal Jaran Kencak Lumajang dan Jejak Arya Wiraraja Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-26. Diakses tanggal 2023-02-26. 
  5. ^ Bramasta, Dandy Bayu (4 Desember 2021). Rizal Setyo Nugroho, Rizal Setyo, ed. "Gunung Semeru Erupsi, Berikut Penjelasan BNPB". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-05. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  6. ^ "Lumajang, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 4 September 2020. 
  7. ^ "Curah Hujan Kabupaten Lumajang – ZOM 172, 173, 175, 176, dan 177" (PDF). BMKG. hlm. 59. Diakses tanggal 4 September 2021. 
  8. ^ "Lumajang , Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 4 September 2020. 
  9. ^ Muljana, S. 2006. Tafsir Sejarah Nagara Kretagama: 87. Yogyakarta: LKiS.
  10. ^ Muljana, S. 2005. Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit. Yogyakarta: LKiS.
  11. ^ Muljana, S. 2006. op.cit.: 1-10.
  12. ^ Krom, N.J. 1914. De eigennamen in den Nâgarakŗtâgama. Tijdschrift voor de Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde, uitgegeven door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Deel LVI: 250. Batavia: Albrecht & Co.
  13. ^ Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië 1935. Batavia: Landsdrukkerij. 1935. hlm. 321. 
  14. ^ "Gevonden in Delpher - De Sumatra post". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
  15. ^ "Gevonden in Delpher - De Telegraaf". www.delpher.nl (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 2021-03-13. 
  16. ^ Anggota DPRD Kabupaten Lumajang Terpilih Periode 2004-2009
  17. ^ Anggota DPRD Kabupaten Lumajang Terpilih Periode 2009-2014
  18. ^ Anggota DPRD Kabupaten Lumajang Terpilih Periode 2014-2019
  19. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Lumajang 2019-2024
  20. ^ kpukablumajang. "Instagram". www.instagram.com. Diakses tanggal 2024-06-17. 
  21. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  22. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar