Wewe Gombel

Revisi sejak 18 Mei 2024 03.36 oleh Lensut (bicara | kontrib) (Tujuan wewe gombel menculik, cara mengembalikan anak, dan kepercayaan masyarakat mengenai wewe gombel)

Wewe Gombel atau juga disebut Nenek Gombel dalam tradisi Jawa yang berarti roh jahat atau hantu yang suka menculik anak-anak, tetapi tidak mencelakainya. Konon anak yang diculik biasanya anak-anak yang ditelantarkan dan diabaikan oleh orang tuanya. Wewe Gombel biasanya akan menakut-nakuti orang tua si anak atas sikap dan perlakuannya kepada anaknya sampai mereka sadar. Konon katanya bila mereka telah sadar, Wewe Gombel akan mengembalikan anaknya.

Wewe Gombel
Ilustrasi Wewe Gombel karya Giovanni Battista de' Cavalieri (1585) dalam buku "Monster dari Berbagai Penjuru Dunia Kuno dan Modern" (Mostri de Tute le Parti del Mondo Antichi et Moderni).
Makhluk misterius
NamaWewe Gombel
KelompokMakhluk Legendaris
SubkelompokNokturnal, tidak bisa mati
Asal
NegaraIndonesia
DaerahAsia Tenggara
HabitatHutan Pedalaman

Masyarakat percaya bahwa warga desa harus membunyikan peralatan dapur untuk menghasilkan bunyi blek..blek..ting supaya Wewe menari dan tanpa sengaja melepaskan anak yang diculik.

Latar belakang mitos

Menurut cerita, mitos Wewe Gombel dipercayai digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak agar mereka tidak berkeliaran di waktu malam hari. Sebab pada masa lalu, keadaan gelap gulita amat berbahaya karena hewan buas mungkin memasuki kawasan perkampungan dalam kegelapan malam. Oleh karena itu, Wewe Gombel diciptakan untuk menyelamatkan mereka dari ancaman tersebut. Wewe Gombel biasanya digambarkan dengan sosok wanita tua keriput dengan payudara yang terlihat panjang dan menggantung.[butuh rujukan]

Nama Wewe Gombel dengan penggambaran umum seperti yang tertulis di atas mungkin juga bukan sekadar isapan jempol belaka, ada suatu analisis logis mengenai salah satu bentuk motivasi orang-orang dulu (tatanan masyarakat primodial) untuk mengantisipasi tindakan yang mengundang kebiasaan-kebiasaan buruk yang berpotensi melanggar aturan. Misalnya anak-anak yang seharusnya belajar di malam hari atau berkumpul bersama keluarga tetapi malah bermain di luar rumah dan tanpa pengawasan orang. Cerita tentang adanya sosok Wewe Gombel secara turun temurun dan paralel menyebar ke berbagai individu yang sebagaian dari para individu itu mungkin juga secara sepihak mengarang definisi tambahan mengenai sosok Wewe Gombel, kemudian merebak ke segala arah dan dikomsumsi oleh banyak pihak. Konon katanya, Wewe Gombel berasal dari sebuah bukit di kawasan Gombel, Semarang. Dahulu, banyak orang mati di bukit itu akibat pembantaian pada masa penjajahan Belanda.[butuh rujukan]

Ada pula kisah versi lain yang mengatakan bahawa ada seorang perempuan yang dikhianati suaminya karena ia belum mampu memiliki keturunan. Perempuan tersebut membunuh suami dan bunuh diri membawa dendam. Wewe Gombel dipercaya masyarakat meneror dengan mencukik anak-anak yang lengah dari pengawasan orang tua. Anak yang diculik dikembalikan dalam keadaan baik-baik saja atau bisa juga dalam keadan bisu. Ada pula yang percaya bahwa apabila mendapatkan benda dari Wewe, seperti selendang, popok, kuku, rambut akan mendatangkan keberuntungan.

Dalam budaya populer

Tokoh dan kisah tentang Wewe Gombel telah banyak diadaptasi dalam film Indonesia, seperti film Wewe Gombel 1988[1] dan film 2012 Legenda Wewe Gombel.[2] Wewe gombel juga pernah ditampikan dalam "Folklore" Seri HBO 2019, Episode 1 "A Mothers Love". Representasi Wewe Gombel terkadang menjadi bagian dari festival atau budaya lokal (misalnya dalam acara karnaval atau event lainnya) seperti halnya genderuwo.[3]

Lihat pula

Referensi