Aliyah Rasyid
Prof. Dr. Hj. Aliyah Rasyid Baswedan, M.Pd. (née: Alganis, lahir 20 Maret 1940) adalah pakar manajemen pendidikan Indonesia, dosen, akademisi, dan Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan pengalaman mengajar di kampus lebih dari 58 tahun. Memulai karier sebagai dosen di IKIP Bandung pada 1965, ia berhasil meraih jabatan guru besar/profesor di IKIP Yogyakarta pada 1997, profesor emeritus UNY sejak 2010 hingga 2015, dan sejak 2011 diminta mengajar sebagai dosen di Universitas Ahmad Dahlan hingga saat ini.
Aliyah Rasyid Baswedan | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Aliyah Alganis 20 Maret 1940 Cipicung, Kuningan, Jawa Barat, Hindia Belanda |
Kebangsaan | Indonesia |
Hubungan | Abdurrahman Baswedan (ayah mertua) |
Anak | Anies Baswedan Haifa Baswedan (Almh) Ridwan Baswedan (Alm) Abdillah Baswedan |
Almamater | Universitas Pendidikan Indonesia Universitas Negeri Jakarta |
Pekerjaan | Akademikus |
Sunting kotak info • L • B |
Aliyah aktif di berbagai kegiatan sosial, agama dan kemasyarakatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ketua Umum DPW Wanita Islam DIY tiga periode ini juga aktif memimpin penyaluran beasiswa bagi siswa dan mahasiswa yang berasal dari keluarga prasejahtera selama lebih dari 3 dekade.
Kehidupan awal dan pendidikan
Aliyah Alganis dilahirkan di Desa Cipicung,[1] Kecamatan Cipicung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat pada 20 Maret 1940.[2][3] Aliyah merupakan putri kandung (binti) dari Abdullah Al Ganis[4] (lahir 1870-an)[5] dan Zaenab. Abdullah merupakan seorang pengusaha tenun yang maju di desanya dan dianggap berpikiran maju pada zamannya dan mendorong anak-anaknya untuk bersekolah.[6] Namun, usaha tenun di kampungnya gulung tikar pada 1970-an karena kalah saing dengan tenun modern.[7]
Aliyah langsung memulai pendidikan di kelas 2 dan hanya menempuh pendidikan sekolah dasar selama 4 tahun karena kecerdasannya berhasil meraih nilai yang memuaskan.[6] Ia mengenyam pendidikan di SD Negeri 1 Cipicung, Kuningan (1946–1952), SMP Negeri 1 Kuningan (1952–1955), dan SMA Negeri 1 Cirebon (1955–1958).[butuh rujukan] Karena SMA tidak ada di kampungnya, Aliyah tinggal bersama keluarga pamannya di Kota Cirebon untuk melanjutkan pendidikan, walaupun itu hal yang tabu bagi gadis di masa itu.[2][6]
Setamat SMA, Aliyah melanjutkan pendidikan ke FKIP Universitas Padjadjaran Bandung yang kemudian berubah menjadi IKIP Bandung dan kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia. Di Bandung ia tinggal bersama kakak dan adiknya yang berkuliah di Institut Teknologi Bandung.[6] Aliyah meraih gelar S1 Sarjana Pendidikan (Dra.) dari IKIP Bandung pada 1965.[8] Aliyah tercatat sebagai orang pertama yang meraih gelar sarjana di keluarga besarnya.[3][7]
Kemudian setelah bekerja menjadi dosen, Aliyah meraih gelar S2 Magister Pendidikan dari IKIP Jakarta pada 1984 atau kini bernama Universitas Negeri Jakarta, serta S3 Doktor Ilmu Pendidikan di kampus yang sama pada 1990.[8] Disertasinya berjudul Faktor-Faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Guru-Guru SMA DIY.[butuh rujukan]
Karier
Pada 1965, Aliyah memulai karier sebagai dosen di IKIP Bandung.[6] Setelah menikah dengan Rasyid Baswedan pada 1968, ia tetap mengajar di sana. Barulah pada 1970, ia dimutasi menjadi dosen di IKIP Yogyakarta atau kini bernama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pada 22 Maret 1997, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Madya dalam Pendidikan Manajemen pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP Yogyakarta.[9][10] Ia terus mengajar di kampus itu hingga pensiun sebagai pegawai negeri sipil pada 2010,[11] tetapi diangkat menjadi Guru Besar Emeritus Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi (sejak 2011 memisahkan diri menjadi Fakultas Ekonomi[12]) UNY dan tetap mengajar hingga 2015 atau berusia 75 tahun.[2][13] Selain itu, sejak 2011 ia juga tercatat menjadi Dosen Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan hingga sekarang.[8][14]
Biodata singkat Aliyah Alganis tercatat dalam buku Directory of Selected Scholars and Researchers in Southeast Asia yang ditulis Amnuay Tapingkae pada 1974.[15]
Pada 1997 hingga 1999, Aliyah tercatat sebagai Kepala Wahana Studi Pengembangan Kreativitas IKIP Yogyakarta.[16] Pada 2011, ia menjabat sebagai Ketua Entrepreneurship Education Center Universitas Negeri Yogyakarta (EEC UNY).[17]
Kehidupan pribadi
Aliyah menikah dengan Rasyid Baswedan (1934–2013) di Kuningan pada 24 Maret 1968.[4] Rasyid merupakan putra dari pahlawan nasional Indonesia Abdurrahman Baswedan, dan juga bekerja sebagai akademisi di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Dari pernikahan itu, pasangan Rasyid–Aliyah memiliki empat orang anak bernama Anies, Haifa, Ridwan, dan Abdillah.[18] Anies (lahir 1969) merupakan akademisi Universitas Paramadina yang pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014–2016 dan Gubernur DKI Jakarta 2017–2022. Haifa meninggal dunia pada 29 Desember 1978 di Bandar Udara Halim Perdanakusuma saat Anies duduk di kelas 3 SD dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kayu Putih Jatinegara, Jakarta, tetapi tidak diketahui sekarang keberadaan makamnya.[6][19] Ridwan (lahir 1973) merupakan direktur perusahaan teknologi dan meninggal dunia pada 27 Mei 2017 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.[20] Abdillah (lahir 1980) merupakan seorang pebisnis yang pernah menjabat sebagai Chief Finance Officer di Quvat Management, Pte. Ltd., perusahaan investasi yang berbasis di Singapura.[21][22]
Hingga kini Aliyah masih terus aktif dalam berbagai kegiatan walaupun harus menggunakan kursi roda. Aliyah mengalami pengapuran pada lutut, hingga pada awal tahun 2015 mengharuskan dioperasi hingga tulang di kedua kakinya harus diganti titanium. Sejak itu ia tidak bisa menaiki tangga atau berjalan jauh dan harus menggunakan kursi roda. Ia hingga kini tetap mengajar dan membimbing disertasi.[2]
Rujukan
- ^ https://kbanews.com/senggang/kala-anies-bersua-dengan-teman-ibunya-di-desa-cipicung-kuningan/
- ^ a b c d https://aniesbaswedan.com/keluarga/ibu-anies/
- ^ a b https://www.facebook.com/182838371753157/posts/2741383352565300/?app=fbl
- ^ a b https://www.scribd.com/doc/104315931/Daftar-Nama-Keluarga-Besar-Baswedan
- ^ Basri, Syafiq (2014). Melampaui mimpi Anies Baswedan @twitterland. Bandung: Penerbit Mizan. hlm. 48.
- ^ a b c d e f Husnil, Muhammad (2017). KETIKA ANIES BASWEDAN MEMIMPIN MENGGERAKKAN, MENGINSPIRASI. Jakarta: Mahaka Publishing.
- ^ a b Basri, Syafiq (2014). Melampaui mimpi Anies Baswedan @twitterland. Bandung: Penerbit Mizan. hlm. 49.
- ^ a b c https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_dosen/MTkxNkU0MkItODM5Ri00ODlELTg2OEMtMTQyQzVENEFCN0ZE/95F61136-3540-4ABD-952B-5352B70E85DC
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamafbanies
- ^ "Prof. Dr. Aliyah Rasyid Baswedan, M.Pd: Saya Sangat Mendukung Kegiatan Organisasi bagi Anak". Yogya Post. Minggu Legi, 6 April 1997. hlm. 8.
- ^ https://fishipol.uny.ac.id/id/berita/memperkuat-langkah-uny-menunju-panggung-dunia.html
- ^ https://fishipol.uny.ac.id/id/berita/fise-berubah-jadi-fis-fe.html
- ^ Profil Dosen Diarsipkan 2018-06-19 di Wayback Machine. - Situs Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
- ^ https://staff.uad.ac.id/index.php/profile/194003202011090101363659-aliyah-rasyid-baswedan
- ^ Tapingkae, Amnuay (1974). Directory of Selected Scholars and Researchers in Southeast Asia. Regional Institute of Higher Education and Development.
- ^ https://hukum.uny.ac.id/page/getcontent/q/nama%2520kepala%2520dan%2520sekretaris%2520pusat%2520studi%2520pusat%2520penelitian%2520wahana.pdf
- ^ https://feb.uny.ac.id/id/content/fe-uny-akan-jalin-kerjasama-dengan-bank-btn
- ^ https://aniesbaswedan.com/keluarga/ayah-anies/
- ^ https://nasional.kompas.com/read/2023/07/30/05500041/ketika-anies-cerita-bangkit-dari-trauma-kehilangan-adik-kandungnya-saat
- ^ https://www.facebook.com/182838371753157/posts/1311712515532398/?app=fbl
- ^ https://www.bloomberg.com/profile/person/19520368
- ^ https://www.linkedin.com/in/abdillah-baswedan-764b4150?utm_source=share&utm_campaign=share_via&utm_content=profile&utm_medium=android_app
Pranala luar
- Karya Aliyah Rasyid yang terindeks di Google Scholar
- Profil Aliyah Rasyid Baswedan Diarsipkan 2018-06-19 di Wayback Machine. - Majalah Kartini