Kredit sosial
Kredit sosial adalah filosofi ekonomi politik distributif yang dikembangkan oleh C. H. Douglas. Douglas mengaitkan kemerosotan ekonomi dengan perbedaan antara harga pokok barang dan kompensasi pekerja yang memproduksinya. Untuk mengatasi apa yang dilihatnya sebagai kekurangan daya beli yang kronis dalam perekonomian, Douglas menetapkan perlunya intervensi pemerintah dalam bentuk penerbitan uang bebas utang langsung kepada konsumen atau produsen (jika mereka menjual produknya lebih murah kepada konsumen) untuk mengatasi kesenjangan tersebut.[1]
Untuk mempertahankan gagasannya, Douglas menulis bahwa "Sistem dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk sistem, dan kepentingan manusia yaitu pengembangan diri, berada di atas semua sistem, baik teologis, politik, atau ekonomi".[2] Douglas mengatakan bahwa Kreditor Sosial ingin membangun peradaban baru berdasarkan "keamanan ekonomi absolut" bagi individu, di mana "setiap orang akan duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya; dan tidak ada yang boleh membuat mereka takut".[3][4] Dalam kata-katanya, "apa yang sebenarnya kita tuntut dari keberadaan kita bukanlah bahwa kita akan dimasukkan ke dalam Utopia orang lain, namun kita akan ditempatkan pada posisi untuk membangun Utopia kita sendiri".[5]
Gagasan kredit sosial menarik minat yang besar pada periode antar perang, dengan Partai Kredit Sosial Alberta secara singkat mendistribusikan "sertifikat kemakmuran" kepada masyarakat Alberta. Namun Douglas menentang pembagian sertifikat kemakmuran yang didasarkan pada teori Silvio Gesell.[6] Teori kredit sosial Douglas telah diperdebatkan dan ditolak oleh sebagian besar ekonom dan bankir. Ekonom terkemuka John Maynard Keynes merujuk gagasan Douglas dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money,[7] namun malah mengajukan prinsip permintaan efektif untuk menjelaskan perbedaan output dan konsumsi.
Teori Ekonomi
Faktor produksi dan nilai
Douglas tidak setuju dengan para ekonom klasik yang hanya mengakui tiga faktor produksi: lahan, tenaga kerja, dan modal. Meskipun Douglas tidak menyangkal peran dari faktor-faktor produksi tersebut, ia menanggap bahwa "warisan budaya suatu masyarakat" sebagai faktor utama. Dia mendefinisikan warisan budaya sebagai pengetahuan, teknik, dan proses yang kita peroleh secara bertahap sejak permulaan peradaban (yakni kemajuan). Akibatnya, manusia tidak perlu terus-menerus "menciptakan roda". "Kita adalah pengelola warisan budaya tersebut, dan oleh karenanya, warisan budaya itu menjadi milik sepenuhnya tanpa terkecuali."[8] Adam Smith, David Ricardo, dan Karl Marx menyatakan bahwa kerjalah yang akan menghasilkan nilai. Meskipun Douglas tidak membantah bahwa semua biaya pada akhirnya berkaitan dengan biaya tenaga kerja (baik di masa lalu atau sekarang), ia menyangkal bahwa tenaga kerja dunia sekarang yang menghasilkan semua kekayaan. Douglas dengan cermat memisahkan antara nilai, biaya, dan harga. Dia menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kesalahan pemikiran mengenai sifat dan fungsi uang adalah obsesi para ekonom terhadap nilai-nilai dan kaitannya terhadap harga dan pendapatan.[9] Walaupun Douglas mengakui "nilai guna" sebagai teori nilai yang sah, ia juga menanggap nilai sebagai sesuatu yang bersifat subjektif dan tidak dapat diukur secara objektif. Oleh karena itu, ia menolak gagasan tentang peran uang sebagai standar, atau ukuran, dari nilai. Douglas meyakini bahwa uang harus berperan sebagai sarana komunikasi yang digunakan oleh konsumen untuk mengarahkan distribusi produksi.
Sabotase ekonomi
Teori kredit sosial tentang sabotase ekonomi berkaitan erat dengan konsep warisan budaya sebagai faktor produksi. Meskipun Douglas meyakini bahwa faktor warisan budaya penting dalam meningkatkan kekayaan, ia juga meyakini bahwa sabotase ekonomi adalah faktor yang menguranginya. Kata "kekayaan" dalam Bahasa Inggris berasala dari kata Inggris Kuno wela, bermakna "kesejahteraan", dan Douglas meyakini bahwa semua kegiatan produksi haruslah meningkatkan kesejahteraan pribadi. Oleh karenanya, kegiatan produksi yang tidak secara langsung meningkatkan kesejahteraan pribadi adalah kegiatan yang pemborosan, atau dengan kata lain sabotase ekonomi.
Dampak ekonomi dari membebankan biaya pemborosan di industri pada konsumen adalah membatasi daya beli konsumen itu sehingga semakin banyak produk industri yang harus diekspor. Dampak dari hal ini terhadap pekerja adalah ia harus melakukan pekerjaan berkali-kali lipat dari jumlah yang seharusnya untuk mempertahankan standar hidup tertinggi, sebagai akibat dari bujukan buatan untuk memproduksi barang-barang yang tidak ia perlukan, yang tidak dapat ia beli, dan yang tidak berguna bagi peningkatan kesejahteraan internalnya.[10]
Dengan metode akuntasi modern, konsumen dipaksa untuk membayar seluruh biaya produksi, termasuk biaya pemborosan. Dampak ekonomi dari membebankan biaya kepada konsumen atas segala pemborosan di industri adalah konsumen terpaksa melakukan pekerjaan lebih dari yang seharusnya. Douglas meyakini bahwa usaha yang sia-sia itu berhubungan langsung dengan kebingungan terhadap tujuan dari sistem ekonomi, dan keyakinan bahwa sistem ekonomi ada untuk menyediakan lapangan pekerjaan guna mendistribusikan barang dan jasa.
Namun mungkin disarankan untuk melihat sekilas beberapa penyebab terdekat yang menyebabkan pengurangan hasil dari suatu usaha; dan untuk menyadari asal muasal sebagian besar kejadian spesifik tersebut, harus diingat bahwa sistem ekonomi yang ada mendistribusikan barang dan jasa melalui lembaga yang sama yang menghasilkan barang dan jasa, yaitu pembayaran untuk pekerjaan yang sedang berjalan. Dengan kata lain, jika produksi terhenti, distribusi terhenti, dan sebagai konsekuensinya, terdapat insentif yang jelas untuk memproduksi barang-barang yang tidak berguna atau berlebihan agar komoditas berguna yang sudah ada dapat didistribusikan. Alasan yang sangat sederhana ini adalah penjelasan atas semakin diperlukannya apa yang disebut sabotase ekonomi; banyaknya upaya yang sia-sia yang terjadi di setiap lapisan masyarakat yang tidak disadari oleh sebagian besar orang karena mereka begitu akrab dengan hal tersebut; sebuah pemborosan yang terlalu membebani kecerdikan masyarakat sehingga klimaks perang hanya terjadi pada saat puncak sabotase terorganisir diperlukan untuk menjaga sistem dari pembakaran spontan.[11]
Tujuan perekonomian
Douglas mengklaim bahwa ada tiga kemungkinan alternatif kebijakan sehubungan dengan sistem ekonomi:
- Yang pertama adalah bahwa pemerintahan ini merupakan sebuah pemerintahan yang terselubung, yang tujuan utamanya, walaupun bukan satu-satunya, adalah menerapkan suatu sistem pemikiran dan tindakan kepada dunia.
- Alternatif kedua mempunyai kemiripan tertentu dengan yang pertama, namun lebih sederhana. Diasumsikan bahwa tujuan utama dari sistem industri adalah penyediaan lapangan kerja.
- Dan yang ketiga, yang pada dasarnya lebih sederhana, bahkan sangat sederhana sehingga tampaknya tidak dapat dipahami oleh sebagian besar orang, adalah bahwa tujuan sistem industri hanyalah menyediakan barang dan jasa.[12]
Douglas meyakini bahwa sistem ekonomi haruslah didasarkan pada alternatif kebijakan yang ketiga, namun kebingungan pemikiran akhirnya menjadikan sistem industri diatur oleh dua tujuan yang pertama. Jika tujuan sistem perekonomian kita adalah untuk menyediakan sebanyak mungkin barang dan jasa dengan sedikit usaha, maka kemampuan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah lapangan pekerjaan yang sedikit adalah hal yang diinginkan. Douglas mengusulkan bahwa pengangguran adalah konsekuensi logis dari digantikannya tenaga kerja oleh mesin pada proses produksi, dan usaha apapun yang dilakukan untuk membalikkan proses ini melalui serangkaian kebijakan yang dirancang untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya secara langsung menyabotase warisan budaya kita. Douglas juga meyakini bahwa manusia yang digantikan dari sistem industri melalui proses mekanisasi masih mempunyai kemampuan untuk menikmati hasil dari sistem tersebut, karena ia berpendapat bahwa kita adalah pewaris warisan budaya, dan usulannya mengenai dividen nasional terkait dengan keyakinan ini.
Sifat kredit dari uang
Douglas mengkritisi ekonomi klasik karena banyak teorinya didasarkan pada ekonomi barter, sedangkan ekonomi modern adalah ekonomi moneter. Mulanya, uang berasal dari sistem produktif, ketika pemilik ternak melubangi cakram-cakram dari kulit untuk mewakili satu hewan ternak. Cakram ini nantinya dapat ditukarkan dengan jagung, dan produsen jagung kemudian dapat menukarkannya dengan satu hewan ternak. Kata "pecuniary"[13] berasal dari kata Latin pecunia, yang asalnya dan secara harfiah bermakna "ternak" (berkaitan dengan pecus, berarti "binatang buas").[14] Sekarang ini, sistem produktif dan sistem moneter adalah dua hal yang terpisah. Douglas mendemonstrasikan bahwa pinjaman menciptakan deposito, dan menyajikan bukti matematisnya pada bukunya Social Credit.[15] Kredit bank terdiri dari sebagian besar uang, dan tercipta setiap kali bank melakukan pinjaman.[16] Douglas adalah salah satu ekonom yang menyadari sifat kredit dari uang. Kata kredit berasal dari kata Latin credere, yang artinya "percaya". "Kualitas penting dari uang, adalah, bahwa manusia percaya bahwa ia akan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan bantuannya."[17]
Menurut para ekonom, uang adalah alat tukar. Douglas berargumen bahwa hal ini mungkin pernah terjadi ketika sebagian besar kekayaan dihasilkan oleh individu-individu yang kemudian saling menukarkannya satu sama lain. Tetapi pada ekonomi modern, pembagian kerja membagi produksi menjadi beberapa proses, dan kekayaan dihasilkan oleh orang-orang yang saling bekerja sama satu sama lain. Misalnya, seorang pekerja otomotif tidak menghasilkan kekayaan apapun (mobil misalnya) sendirian, melainkan bersama pekerja otomotif lain, pembuat jalan raya, bensin, asuransi, dan lain-lain.
Menurut pendapat ini, kekayaan menjadi kumpulan sumber daya yang dapat diambil semua orang, dengan uang sebagai tiketnya. Efisiensi yang didapat oleh setiap individu yang bekerja sama dalam proses produktif dinamai oleh Douglas sebagai "kenaikan yang belum merupakan pendapatan dari kerja sama" – akumulasi historis yang menyusun apa yang disebut oleh Douglas sebagai warisan budaya. Cara memanfaatkan kumpulan sumber daya ini adalah dengan uang yang didistribusikan oleh sistem perbankan.
Douglas meyakini bahwa uang harus tidak dianggap sebagai sebuah komoditas melainkan sebuah tiket, sebuah alat distribusi produksi.[18] "Ada dua sisi dari pertanyaan tentang tiket yang mewakili sesuatu yang bisa kita sebut, jika kita suka, suatu nilai. Ada dari tiket itu sendiri – uang yang membentuk hal yang kita sebut 'permintaan efektif' – dan ada dari sesuatu yang kami sebut harga yang berlawanan dengannya."[18] Uang adalah permintaan efektif, dan alat untuk mendapatkan kembali uang tersebut adalah melalui harga dan pajak. Ketika modal riil menggantikan tenaga kerja dalam proses modernisasi, uang seharusnya menjadi instrumen distribusi. Gagasan bahwa uang adalah alat tukar berkaitan dengan keyakina bahwa seluruh kekayaan dihasilkan oleh tenaga kerja saat ini di dunia, dan Douglas secara jelas menolak paham ini, dengan menyatakan bahwa warisan budaya masyarakat adalah faktor utama dalam penciptaan kekayaan, yang membuat uang sebagai mekanisme distribusi, bukan alat tukar.
Douglas juga mengklaim bahwa masalah dari produksi, atau kelangkaan, telah lama teratasi. Masalah baru yang muncul adalah terkait distribusi. Namun, selama ekonomi ortodoks masih menjadikan kelangkaan sebagai suatu nilai, bank akan terus meyakini bahwa mereka menciptakan nilai untuk uang yang mereka produksi dengan cara membuatnya menjadi langka.[9] Douglas mengkritisi sistem perbankan pada dua hal:
- karena menjadi semacam bentuk pemerintahan yang memusatkan kekuasaanya selama berabad-abad, dan
- karena mengklaim kepemilikan atas uang yang mereka buat.
Hal yang pertama didentifikasi Douglas sebagai sifat anti-sosial dalam kebijakan.[19] Hal yang kedua diklaim Douglas setara dengan mengklaim kepemilikan atas negara.[20] Menurut Douglas, uang merupakan representasi abstrak dari kredit riil masyarakat, yaitu kemampuan masyarakat untuk memberikan barang dan jasa, kapanpun dan dimanapun dibutuhkan.
Referensi
- ^ "Clifford Douglas". Encyclopædia Britannica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2021. Diakses tanggal 6 September 2021.
- ^ Douglas, C.H. (1974). Economic Democracy (edisi ke-Fifth Authorised). Epsom, Surrey, England: Bloomfield Books. hlm. 18. ISBN 978-0-904656-06-0. Diakses tanggal 12 November 2008.
- ^ Douglas, C.H. (1954). "Cover". The Douglas Quarterly Review. The Fig Tree, New Series. 1 (June). Belfast, Northern Ireland: K.R.P. Publications (dipublikasikan tanggal 1954–1955). Cover.
- ^ Micah 4:4
- ^ Douglas, C.H. (1933). Major C.H. Douglas Speaks (PDF). Sydney: Douglas Social Credit Association.
- ^ Douglas, C. H. "The Approach to Reality" (PDF). The Australian League of Rights. Diakses tanggal 27 February 2008.
- ^ Keynes, John M. (1936). The General Theory of Employment, Interest and Money. London: MacMillan & Co Ltd. hlm. 32, 98–100, 370–371. ISBN 978-1-56000-149-2.
- ^ Douglas, C.H. (22 Januari 1934). The Monopolistic Idea (PDF). Melbourne, Australia: The Australian League of Rights.
- ^ a b Douglas, C.H. (1933). Social Credit (PDF). London: Eyre & Spottiswoode (Publishers) Ltd. ISBN 978-0-9501126-1-9.
- ^ Douglas, C.H. (1919). "A Mechanical View of Economics" (PDF). The New Age: A Weekly Review of Politics, Literature, and Art. XXIV (9): 136.
- ^ Douglas, C.H. (1920). Economic Democracy (PDF). London: Cecil Palmer. ISBN 978-0-904656-06-0.
- ^ Douglas, C.H (1935). Warning Democracy (PDF). London.
- ^ "Cow Words Part # 1". billcasselman.com. 2016-03-08.
- ^ Pollock, Fredrick (1996). The History of English Law Before the Time of Edward I. Lawbook Exchange Ltd.
- ^ Douglas, C.H. "The Working of the Money System". Social Credit.
- ^ The Bank in Brief: Canada's Money Supply (PDF). Bank of Canada.
- ^ Douglas, C.H (1927). Engineering, Money, and Prices (PDF). Institution of Mechanical Engineers.
- ^ a b Douglas, C.H. (1927). Address at St. James Theatre, Christchurch, New Zealand. Melbourne: The Australian League of Rights.
- ^ Douglas, C.H (1935). First Interim Report on the Possibilities of the Application of Social Credit Principles to the Province of Alberta (PDF). Edmonton: W. D. McLean, King's Printer.
- ^ Douglas, C.H (1937). Dictatorship by Taxation (PDF).