Krabuku sangir

Revisi sejak 30 Januari 2024 06.25 oleh Ustad abu gosok (bicara | kontrib) (Ustad abu gosok memindahkan halaman Sangihe tarsier ke Tarsius sangirensis: Nama Latinnya saja)

Sangihe tarsier (Tarsius sangirensis) adalah hewan endemik dari Pulau Sangihe. Tarsius Sangirensis memiliki ciri fisik dengan bulu berwarna cokelat kekuningan, panjang tubuh antara 11,5-12,5 cm, panjang ekor hampir dua kali panjang tubuh dengan ukuran sekitar 22,5-24 cm di mana ujung dari ekornya tersebut ditumbuhi rambut-rambut tipis. Hewan ini memiliki berat tubuh sekitar 110-120 gram. Uniknya, ukuran telinganya lebih besar dari kepalanya.

Habitat

Hewan ini bisa bertahan hidup pada ketinggian yang bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.200 mdpl. Beberapa peneiliti juga menemukan Tarsisus Sangirensis di ketinggian berkisar antara 10-150 mdpl dan bahkan ada yang menemukannya di sekitar ketinggian sampai 1.220 mdpl atau sekitar 4.000 kaki.[1] Umumnya Tarsisus Sangirensis mendiami hutan sekunder dan lahan perkebunan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl.[2]

Status Konservasi

Predator alami Tarsius Sangirensis adalah burung, ular, dan musang. Selain itu, yang menjadi ancaman eksistensi hewan ini adalah hilangnya habitat, fragmentasi habitat, dan Gunung api Awu juga dapat dianggap sebagai ancaman bagi populasi Tarsius Sangirensis, karena merupakan gunung berapi yang aktif dan mematikan yang terletak di Pulau Sangihe Besar. Tarsius sangirensis sering juga diperdagangkan sebagai cendera mata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Sangihe. IUCN (The Internationl Union for Conservasion of Nature), Tarsius sangirensis termasuk ke dalam kategori genting yang adalah spesies yang berada dalam bahaya kepunahan dan tidak mungkin dapat lestari jika sumber-sumber penyebab kepunahannya tidak dihentikkan.[3]

Daftar Pustaka