Lembuswana

makhluk mitologi dalam kepercayaan masyarakat Bali dan Kutai
Revisi sejak 3 Februari 2024 12.26 oleh Alicya- (bicara | kontrib)

Lembuswana merupakan satwa yang ada dalam mitologi kuno rakyat Kutai yang telah ada sejak zaman dahulu, yang kemudian menjadi lambang di masa Kerajaan Kutai sampai dengan masa Kesultanan Kutai Kartanegara. Lembuswana merupakan sosok yang dianggap suci oleh masyarakat setempat karena dipercaya sebagai tunggangan Dewa Wishnu. Lembuswana diambil dari bahasa Sansekerta yaitu Lembu yang berarti sapi dan Svarna yang berarti Emas. [1]

Lembuswana
Patung Lembuswana
Makhluk misterius
NamaLembuswana
KelompokKriptid
SubkelompokGajah
Asal
NegaraIndonesia
DaerahKalimantan
HabitatHutan hujan

Lembuswana merupakan sosok berwana keemasan berwujud binatang lembu atau sapi yang mengenakan mahkota diatas kepalanya, memiliki belalai dan gading seperti gajah, sayap yang mengepak seperti garuda, kuku dan taji yang menyerupai ayam jantan dengan bagian badan yang bersisik seperti naga.[2] Lembuswana dipercaya oleh masyarakat sebagai kendaraan bagi Batara Guru dalam memberikan petuah dan petunjuknya sekaligus kendaraan spiritual bagi Raja Mulawarman yang memerintah Kerajaan Kutai sekitar 1.500 tahun silam atau tahun 400 antara abad V Masehi.[3]

Filosofi

Lembuswana memiliki falsafah Paksi Liman Jonggo Yokso yang dimaksudkan seseorang seharusnya memiliki sifat-sifat mulia sebagai pengayom rakyat. Hewan ini diyakini memiliki kekuatan luar biasa yang dapat hidup di darat, air, maupun udara. Mahkota yang ada di kepalanya sebagai tanda keperkasaan seorang raja sebagai penguasa yang diartikan sebagai suatu kekuasaan, sedangkan belalai yang dimiliki menggambarkan Dewa Ganesha yang merupakan dewa kecerdasan. [3] Lembuswana dipercaya menjaga Sungai Mahakam terhadap bahaya serta memastikan bahwa air sungai Mahakam tetap bersih dan jernih. Selain itu, sosok ini dipercaya dapat membantu nelayan dalam mencari rezeki dengan memberikan petunjuk lokasi untuk menangkap ikan.[4]

Asal Usul

Legenda kemunculan sosok Lembuswana yang dipercaya sebagai penguasa yang berdiam di dalam Sungai Mahakam banyak dihubungkan dengan kelahiran Putri Karang Melenuyang, dimana kemunculan satwa ini dari dasar Sungai Mahakam berbarengan dengan kelahiran Putri. Sang Putri dewasa menikah dengan Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti yang kemudian melahirkan penerus dinasti raja-raja Kutai Kartanegara.[5]

Lokasi

Patung Lembuswana yang kemudian menjadi lambang di daerah Kutai Kartanegara ini terdapat di dua lokasi, yaitu di halaman depan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Patung tersebut adalah karya dari seorang seniman asal Burma pada pertengahan abad ke-19, yang kemudian diletakkan di pelataran kedaton Kutai Kartanegara pada awal abad ke-20. [5] Selain itu, patung Lembuswana raksasa juga terdapat di Pulau Kumala, sebuah destinasi wisata di tengah Sungai Mahakam.[3]

Referensi

  1. ^ Lentera Nusantara 2019.
  2. ^ Tauhid.
  3. ^ a b c Hapsari 2019.
  4. ^ Kusumo 2023.
  5. ^ a b Thamrin 2013.

Daftar pustaka


  1. ^ Lentera Nusantara 2019.
  2. ^ Rahzen 2007.
  3. ^ Hapsari 2019.
  4. ^ Tauhid.
  5. ^ Kusumo 2023.