Pembunuhan Ario Soerjo
Tragedi Pembunuhan Suryo adalah tragedi pembunuhan terhadap gubernur pertama Jawa Timur yaitu Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo. dan menjabat sebagai gubernur Jawa Timur dari tahun 1945 sampai 1948.
Awal Mula
Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo atau lebih dikenal dengan sebutan Gubernur Suryo merupakan gubernur pertama Provinsi Jawa Timur (1945-1948). Sebelumnya, dia menjabat bupati di Magetan dari tahun 1938 hingga tahun 1943.[1] Pada tanggal 18 September 1948, PKI melancarkan pemberontakan di Madiun. Mereka berhasil pula menguasai beberapa kota lain. Pemerintah segera bertindak. Tanggal 30 September Madiun direbut kembali oleh pasukan yang setia kepada pemerintah, tetapi keamanan belum pulih seluruhnya. Di beberapa tempat, orang-orang komunis masih melakukan pengacauan.
Dalam kondisi seperti itulah, Suryo pada tanggal 10 November 1948 berangkat dari Yogyakarta menuju Madiun. Dia bermaksud menghadiri peringatan 40 hari meninggalnya adiknya yang dibunuh orang-orang PKI.
Sejumlah sahabat, termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta, meminta agar Suryo mengurungkan maksudnya. Tetapi, Suryo ngotot pada pendiriannya. Tanda-tanda kurang baik terlihat. Baru saja tiba di luar Kota Yogya, ban mobilnya pecah. Sesudah itu mobil kehabisan bensin. Suryo terpaksa dua kali kembali ke kota untuk menambal ban dan untuk mengisi bensin. Meski teman-temannya mengatakan bahwa itu pertanda buruk, Suryo tidak mempercayainya.[2]
Suryo tiba sore hari di Surakarta. Sudiro yang ketika itu menjadi residen Surakarta menahan Suryo supaya bermalam dan perjalanan diteruskan esok hari. Suryo melanjutkan perjalanannya ke Madiun pagi-pagi sekali. Di Desa Gendingan, sekali lagi diperingatkan supaya Suryo tidak meneruskan perjalanan. Namun, peringatan itu juga diabaikan.
Di Desa Bogo, Kedunggalar, mobil Suryo berpapasan dengan sisa-sisa gerombolan PKI. Pada saat itu pula dari arah Madiun datang mobil yang ditumpangi oleh Komisaris Besar (Kolonel) Polisi M Duryat dan Komisaris (Mayor) Polisi Suroko dalam perjalanan ke Yogyakarta. Kedua mobil itu diperintahkan berhenti oleh gerombolan PKI tersebut.
Suryo, Duryat, dan Suroko diperintahkan turun dari mobil. Mereka dibawa ke hutan. Di tempat inilah Gubernur Suryo dan dua orang lainnya itu dihabisi PKI. Empat hari kemudian, jenazah Suryo ditemukan penduduk di Kali Kakah, Dukuh Ngandu, Desa Bangunrejo, Kedunggalar lalu dibawa ke Madiun dan dimakamkan di Sawahan, Desa Kepolorejo, Magetan.[2]
Penghormatan Terhadap Gubernur Suryo
Di tempat Gubernur Suryo, Komisaris Besar Polisi Duryat dan Komisaris Polisi Suroko dihabisi oleh gerombolan PKI tersebut kini berdiri Monumen Soerjo. Monumen tersebut diresmikan pada 28 Oktober 1975 oleh Pangdam Brawijaya Mayot Jenderal TNI Witarmin.[3]
Referensi
- ^ "Napas Terakhir Gubernur Suryo Berhenti di Sini - Surya". Surya. Diakses tanggal 2017-12-14.
- ^ a b "Gubernur Suryo, Sosok Pemberani Korban Kekejaman PKI". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2017-12-14.
- ^ [1] 13 desember 2017