Dara Petak

istri Raden Wijaya
Revisi sejak 30 Juni 2024 08.32 oleh 182.3.69.49 (bicara) (Dara Petak dalam Pararaton)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dara Petak (Ḍara Pĕṭak, Dhårå Pethak), menurut Pararaton, adalah satu-satunya istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang berasal dari luar Jawa. Ia melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi raja Majapahit kedua menggantikan Raden Wijaya.

Dara Petak
Indreswari
PasanganKertarajasa Jayawardhana
KeturunanJayanegara
WangsaMauli (kelahiran)
Rajasa
(pernikahan)
AyahSrimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa

Dara Petak dalam Pararaton

Nama Dara Petak berarti Merpati Putih. Menurut Pararaton, ia adalah putri dari raja Melayu. Berdasarkan prasasti dari Sumatra, raja yang dimaksud diidentifikasikan dengan Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa dari Kerajaan Melayu yang berpusat di hulu Batang hari Dharmasraya atau di minanga. Kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra Minangkabau yang pada tahun 1286 menjadi sekutu Kerajaan Singhasari.

Sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang yang pada tahun 1275 dikirim Kertanagara menaklukkan Pulau Sumatra. Pasukan tersebut membawa dua orang putri bernama Dara Jingga dan Dara Petak yang akan diperjodohkan dengan Kertanagara.

Karena Kertanagara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengangkat Dara Petak sebagai istri, sedang Dara Jingga dijodohkan dengan Adwayabrahma, seorang pejabat tinggi Singhasari yang dulu dikirim ke Sumatra tahun 1286.

Menurut kronik Tiongkok, pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293.

Walaupun Dara Petak menjadi istri terakhir Raden Wijaya namun ia akhirnya dinobatkan sebagai Stri tinuheng pura, atau istri yang dituakan di istana. Kemungkinan karena kecakapannya dan satu-satunya istri raja yang memiliki putra. Sebelumnya Raden Wijaya sudah memperistri keempat putri Kertanegara seperti disebutkan dalam Negarakertagama. Menurut prasasti Kertarajasa (1305), Tribhuwaneswari disebut sebagai ibu Jayanagara. Dari berita tersebut dapat diperkirakan, Jayanagara adalah anak kandung Indreswari alias Dara Petak yang kemudian menjadi anak angkat Tribhuwaneswari, permaisuri pertama. Pada tahun 1309-1328 Jayanagara bertahta menjadi Raja Majapahit menggantikan ayahnya, Raden Wijaya.

Kepustakaan

  • J.L.A. Brandes. 1896. Pararaton (Ken Angrok) of het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit. Batavia: Albrecht & Co.
  • Boechari. 1985–86. Prasasti Koleksi Museum Nasional. Jakarta.
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Wayan Jarrah Sastrawan. 2021. The Precarious Past: Historical Practices in Indic Java. Ph.D. dissertation. University of Sydney.