Protestantisme dan agama Yahudi
Hubungan antara Protestan dan Yudaisme telah ada sejak masa Reformasi, meskipun dialog lebih ditekankan sejak abad ke-20, dengan para sarjana Protestan dan Yahudi di Amerika Serikat berada di garis depan munculnya gerakan antaragama.
Pada tahun 1523, Martin Luther menasihati kebaikan terhadap orang-orang Yahudi karena Yesus Kristus dilahirkan sebagai seorang Yahudi dan Luther bertujuan untuk mengubah mereka menjadi Kristen.[1] Ketika usahanya untuk berpindah agama gagal, dia menjadi semakin tidak menyukai mereka.[2]
Gereja Skotlandia
Pada tahun 1981, Majelis Gereja Skotlandia mendeklarasikan "keyakinannya akan kelangsungan umat Tuhan Israel dalam tujuan ilahi."
Gereja Inggris
Pada tahun 2019, Komisi Iman dan Tata Tertib Gereja Inggris menerbitkan Firman Tuhan yang Tak Pernah Gagal: Perspektif Teologis dan Praktis tentang Hubungan Kristen-Yahudi, yang menyatakan, "Sebagai badan yang bertanggung jawab atas teologi, bukan hubungan antaragama, Komisi akan fokus pada klarifikasi posisi teologis yang timbul dari keterlibatan Gereja Inggris dalam hubungan Kristen-Yahudi sejak titik balik tahun 1960an". Di antara isu-isu yang diangkat, dokumen tersebut membahas bagian-bagian dalam Perjanjian Baru yang diduga bermasalah dalam hubungan Yahudi-Kristen.
Federasi Lutheran Sedunia
Pada tahun 1982, Federasi Lutheran Sedunia mengeluarkan konsultasi yang menyatakan bahwa "kita umat Kristiani harus membersihkan diri kita dari segala kebencian terhadap orang Yahudi dan segala bentuk ajaran yang menghina Yudaisme."
Komisi Lutheran Eropa untuk Gereja dan Umat Yahudi (Lutherische Europäische Kommission Kirche und Judentum, LEKKJ) adalah organisasi payung yang mewakili dua puluh lima badan gereja Lutheran di Eropa. Pada tanggal 12 Mei 2003, mereka mengeluarkan Tanggapan terhadap Dabru Emet :
Dengan latar belakang tersebut, LEKKJ menyambut baik terbitnya Dabru Emet: Pernyataan Yahudi tentang Umat Kristiani dan Kekristenan . Kami melihat dalam pernyataan ini sebuah konfirmasi atas karya kami selama beberapa tahun terakhir ini....Kami tahu bahwa kami harus mengkaji ulang tema-tema dalam teologi Lutheran yang di masa lalu telah berulang kali menimbulkan permusuhan terhadap orang Yahudi....Sadar sepenuhnya bahwa Dabru Emet pertama-tama merupakan ajakan percakapan antar-Yahudi, yang kita lihat dalam pernyataan ini juga merupakan bantuan bagi kita dalam mengekspresikan dan menghayati iman kita sedemikian rupa sehingga kita tidak merendahkan orang-orang Yahudi, melainkan menghormati mereka dalam keberbedaan mereka, dan kita dimampukan untuk memberikan penjelasan tentang identitas kita sendiri dengan lebih jelas ketika kita menelitinya berdasarkan cara orang lain memandang kita.