Bahasa Bali Aga

Revisi sejak 9 Mei 2024 07.18 oleh Bukan Kaos Kaki (2) (bicara | kontrib) (Saya sudah klarifikasi jadi saya mengembalikan nya)

Bahasa Bali Aga atau Bahasa Bali dataran tinggi (juga disingkat sebagai DBA) merupakan sebuah dialek bahasa Bali yang dituturkan oleh masyarakat Bali Aga dan Nusa Penida yang berada di daerah pegunungan, terutama pegunungan Kintamani, Bangli, Buleleng, dan Karangasem, serta indikasi penuturan di Nusa Penida.[1]

Bahasa Bali Aga
Dituturkan diIndonesia
WilayahBali (Kintamani, Bangli, Buleleng, Karangasem dan Nusa Penida)[1]
EtnisBali Aga
Nusa Penida
Penutur
122.900 (2022)
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologhigh1274[2]
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Bahasa Bali Aga belum diklasifikasikan dalam tingkatan manapun pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [3][4]

Lokasi penuturan
Peta persebaran bahasa Bali Aga (termasuk dialek Nusa Penida) di setiap Kabupaten di Bali
Wilayah tempat dimana bahasa Bali Aga adalah bahasa mayoritas
Wilayah tempat dimana bahasa Bali adalah bahasa minoritas yang signifikan
PetaPerkiraan lokasi penuturan Bahasa Bali Aga
Koordinat: 8°13′44.4000″S 115°20′49.2000″E / 8.229000000°S 115.347000000°E / -8.229000000; 115.347000000 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Menurut Bawa (1983), dialek Bali Aga bersama dengan dialek Bali Daratan (disingkat DBD) merupakan dua dialek utama dalam bahasa Bali. Perbedaan kedua dialek ini terletak pada variasi kosakata, fonologi, dan tingkatan kebahasaan. Pada dialek Bali Aga, tingkatan kebahasaan (dalam artian 'bahasa halus' dengan 'bahasa kasar') hanya berupa bentuk bahasa kasar saja, sementara dialek daratan mengenal bentuk halus dan kasar.[1][5]

Terdapat sebuah sub-dialek dari Bali Aga yang juga dikenal sebagai "Bahasa Bali Kapara" yang dituturkan di Desa Sembiran, yakni sebuah desa yang terletak di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.[1]

Klasifikasi

Dialek Bali Aga merupakan sebuah dialek dari Bahasa Bali yang sendirinya termasuk dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam rumpun Melayu-Polinesia, bahasa Bali berada di sub-cabang Bali-Sasak-Sumbawa.[6]

Dialek lain bahasa Bali yang dituturkan di wilayah Nusa Penida dan sekitarnya, yakni bahasa Bali Nusa Penida (atau disebut juga sebagai basa Nosa atau dialek NP), seringkali digolongkan menjadi sub-dialek dari dialek Bali Aga. Hal ini dikarenakan dialek NP memiliki persamaan ciri kebahasaan dengan dialek Bali Aga yang oleh Jendra, dkk. (1997) dijabarkan sebagai berikut:[7]

  • Distribusi fonem /h/ pada awal dan tengah kata;
  • Masih ditemukannya akhiran /-ñə/ dan /-cə/ yang merupakan alofoni morfem dari akhiran //;
  • Intonasi pembicaraan penutur cenderung memiliki tempo yang cepat dan tekanan yang lebih keras;
  • Kosakata dalam dialek Nusa Penida memiliki kemiripan dengan kosakata yang ada di dialek Aga dan sub-dialeknya yang lain.

Meskipun demikian, terdapat perbedaan lain yang cukup mencolok antara kedua dialek, yakni hilangnya atau berkurangnya distribusi fonem /a/ pada posisi akhir kata.[7]

Persebaran

Dalam Bawa (1983:394), dialek Bali Aga (DBA) dikelompokkan menjadi tiga daerah penuturan utama, yakni wilayah timur, utara, serta barat yang dirinci sebagai berikut:[5]

Sub-dialek Desa Sembiran (disebut juga dialek Agas Sembiran atau DBAS) termasuk dalam kelompok timur yang dituturkan oleh kurang lebih 4.883 penutur yang mendiami wilayah desa tersebut.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e Putu Evi Wahyu Citrawati; Wayan Teguh; Putu N. Widarsini; Gede Eka Wahyu (September 2019). "Morfologi Bahasa Bali Aga Dialek Sembiran, di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng". Linguistika. Universitas Udayana. 26 (2). ISSN 0854-9613. 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Bali Aga". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  4. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  5. ^ a b Bawa, I Wayan, dkk. (1983). "Bahasa Bali di Daerah Bali: Sebuah Pemerian Geografi Dialek". Jakarta: Disertasi Fakultas Sastra UI. 
  6. ^ Adelaar, K. Alexander (2005). "The Austronesian languages of Asia and Madagascar: a historical perspective". Dalam Adelaar, K. Alexander; Himmelmann, Nikolaus. The Austronesian languages of Asia and Madagascar. London: Routledge. hlm. 1–42. 
  7. ^ a b I Ketut Serawan (17 Mei 2020). ""Basa Nosa", Bahasa Bali Dialek Nusa Penida yang Mirip Dialek Bali Aga?".