Thio Him Tjiang

Revisi sejak 7 Agustus 2024 15.01 oleh Hakim pandaraya (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Thio Him Tjiang (28 Agustus 1929 – 14 Februari 2015) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia pada era tahun 1950an. Ia merupakan atlet berprestasi hasil binaan Klub Union Makes Strength (UMS), salah satu klub sepak bola tertua di Indonesia dan klub yang tergabung dalam Persija Jakarta.

Thio Him Tjiang
Informasi pribadi
Tanggal lahir (1929-08-28)28 Agustus 1929
Tempat lahir Batavia, Hindia Belanda
Tanggal meninggal 14 Februari 2015(2015-02-14) (umur 85)
Tempat meninggal Jakarta, Indonesia
Posisi bermain Midfielder
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1947–1950 UMS 1905
1950–1961 Persija Jakarta
1961–1962 Persib Bandung
Tim nasional
1954–1962 Indonesia 29 (0)
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik

Thio Him Tjiang besar dan tumbuh dari keluarga pemain sepak bola. Ayahnya, Thio Kioe Sen, adalah pemain UMS. Thio Kioe Sen mempunyai tujuh anak, enam lelaki dan satu perempuan. Semua anak lelakinya; Thio Him Gwan, Thio Him Tjiang, Thio Him Toen, Thio Him Eng, Thio Him Boen, dan Thio Him Hok adalah pemain UMS. Namun di antara semuanya yang paling terkenal adalah Thio Him Tjiang.

Thio Him Tjiang dikenal sebagai orang yang mempunyai loyalitas tinggi. Ia tetap setia bermain untuk UMS walaupun pernah diminta untuk bermain di Klub Tjung Hwa (sekarang PS Tunas Jaya), musuh bebuyutan Klub UMS. Di bawah bimbingan pelatih Endang Witarsa (Lim Sun Yu), prestasi Thio Him Tjiang semakin bersinar. Ia bukan hanya berprestasi di UMS melainkan juga masuk menjadi pemain inti Persija dan tim nasional PSSI.

Tim nasional yang saat itu diperkuat oleh Ramang, Tan Liong Houw, Thio Him Tjiang, Phoa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Maulwi Saelan, Chaeruddin Siregar, dan Witarsa berhasil masuk perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Indonesia yang awalnya sempat menahan 0-0 tim tangguh Uni Soviet, akhirnya kalah 0-4 pada pertandingan yang dilanjutkan hari berikutnya. Uni Soviet akhirnya menjadi juara setelah di final mengalahkan Yugoslavia.

Thio Him Tjiang yang bermain sebagai gelandang, memperkuat Tim Merah Putih selama 8 tahun (1951-1958). Setelah pensiun sebagai pemain, Ia tidak mau melanjutkan karier sebagai pelatih sebagaimana teman-temannya yang lain. Thio Him Tjiang tetap memegang teguh prinsip: ingin dikenang sebagai pemain sepak bola saja bukan sebagai pelatih sepak bola.

Penghargaan

  • Pemain sepak bola legendaris Indonesia versi Copa Indonesia Dji Sam Soe

Pranala luar