Museum Tanadoang

museum di Indonesia
Revisi sejak 22 Desember 2024 16.11 oleh Silentwinner (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Museum Tanadoang atau Museum Nekara adalah museum khusus yang memberikan informasi tentang kebudayaan masyarakat dan kegiatan perdagangan di Pulau Selayar pada masa lalu. Museum Tanadoang berlokasi di Poros Bandara Aroeppala KM. 4 Matalalang, Bontobangun, Bontoharu. Titik koordinatnya di 6°08’57.3” Lintang Selatan hingga 120°27’13.9” Bujur Timur. Museum Tanadoang dapat diakses melalui Pelabuhan Benteng Selayar dengan jarak tempuh 3.9 km.[1]

Sejarah

Kepemilikan museum diserahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. Pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar.[1] Museum Tanadoang atau Museum Nekara adalah museum khusus tentang kebudayaan masyarakat dan kegiatan perdagangan di Pulau Selayar pada masa lalu. Koleksi museum berupa koleksi arkeologi, sejarah, numismatika, dan keramologi, serta ragam informasi sosial budaya terkait hari keagamaan dan pernikahan di Pulau Selayar. [2]

Koleksi

Koleksi museum memberikan informasi khususnya mengenai hari keagamaan dan pernikahan di Pulau Selayar. Koleksi Museum Tanadoang berasal dari Museum Nekara yang diresmikan pada tanggal 2 Juni 1980. Bangunan Museum Nekara difungsikan sebagai kantor Kecamatan Bontoharu, sehingga tidak terkelola dengan baik. Museum Tanadoang memamerkan koleksi arkeologi, sejarah, numismatika, dan keramologi.[1] Koleksi yang dipamerkan di museum ini berupa keping uang logam dan keramik yang berasal dari Dinasti Ming, Swatow dan Dinasti Sung. Selain itu, juga terdapat miniatur perahu layar Kepulauan Selayar yang disebut Lambo yang merupakan alat transportasi pada zaman dulu.[3] Di ruangan terdapat pakaian adat Kepulauan Selayar yang digunakan oleh para raja dan pemuka adat di zaman dahulu. Adapula keris dan senjata yang oleh raja-raja zaman dahulu digunakan untuk berperang atau ritual adat lainnya.[3]

Diruangan lain kita akan menemui pakaian adat Kepulauan Selayar yang dikenakan pada sebuah maniken. Pakaian adat ini digunakan oleh para raja dan pemuka adat di zaman dahulu. Adapula keris dan senjata yang oleh raja-raja zaman dahulu digunakan untuk berperang atau ritual adat lainnya. Dengan segala peninggalan yang masih tersisa di Museum Tanadoang, menjadi sebuah gambaran bahwa Kepulauan Selayar adalah wilayah yang menjadi pusat perdagangan dan peradaban di masa lalu. Dalam budaya dan keseharian masyarakat Kepulauan Selayar saat inipun, sisa-sisa peninggalan sejarah itu masih tergambar, mulai dari perayaan hari keagamaan, pesta perkawinan sampai pada perayaan hari keagamaan yang kerap masih diwarnai dengan nuansa budaya hindu dan tionghoa[2]

Bangunan

Museum Tanadoang berbentuk rumah panggung yang merupakan bentuk dari rumah adat Kepulauan Selayar. Pada zaman dahulu, para raja menempati istana yang mirip dengan museum tersebut.[3] Berkunjung ke Museum Tanadoang , pengunjung akan disambut oleh penjaga yang ditugaskan oleh pemerintah setempat. Setelah menaiki beberapa anak tangga, kita bisa menemui serambi rumah yang pada aman dahulu, oleh masyarakat Selayar digunakan untuk bersantai sehabis bekerja.[4]

Referensi

  1. ^ a b c Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 398. ISBN 978-979-8250-67-5. 
  2. ^ a b Farid Wajdi, Muhammad (2024-06-15). "Mengakrabi Museum di Sulawesi Selatan (3)". Palontaraq. Diakses tanggal 2024-12-22. 
  3. ^ a b c "Napak Tilas Selayar Tempo Dulu di Museum Tanadoang". Selayar. 2017-01-29. Diakses tanggal 2024-05-23. 
  4. ^ Selayar, Disparbud (2020-02-05). "Napak Tilas Selayar Tempo Dulu di Museum Tanadoang". Selayar. Diakses tanggal 2024-12-22.