Penyakit parasit

Revisi sejak 7 Juni 2024 04.45 oleh Sumber percaya (bicara | kontrib) (Menambahkan materi)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme hidup yang hidup dari organisme lain yang memerlukan inang untuk hidup. Beberapa parasit dapat menyebabkan kelelahan, demam, kulit ruam, gejala usus, atau gejala neurologis. Seseorang bisa terkontaminasi parasit diantaranya, melalui gigitan serangga, makanan, air, dan mengkonsumsi daging yang kurang matang.[1] [2]

Parasit adalah organisme yang membutuhkan inang untuk mendapatkan nutrisi agar bisa bertahan hidup. Penyakit akibat infeksi parasit bisa bermacam-macam, seperti diare, muntah, ruam kulit gatal, serta dapat menginfeksi bagian otak atau paru-paru. [1] infeksi parasit merupakan masalah kesehatan serius di daerah tropis dan subtropis di dunia. [3][4][5] Di Indonesia jenis penyakit parasit yang cukup umum ditemui adalah cacingan, toxoplasmosis (toksoplasma), dan malaria [3][4]

Jenis infeksi parasit

Infeksi parasit yang terkait dengan kesehatan, yang menyebabkan inang terinfeksi penyakit, dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar diantarnya, kelompok cacing parasit (Helminthes), Protozoa, dan kelompok Arthropoda (serangga, kalajengking, laba-laba, lipan dan Crustacea).[1][2]

Gejala infeksi parasit

Faktor timbulnya gejala penyakit pada tubuh inang sangat bervariasi, bisa dipengaruhi dari spesies parasit, jumlah parasit, dan kondisi inang. Selain berbagai faktor tersebut, dapat diperhatikan gejala-gelaja umum terkena infeksi parasif. Gejala-gejala tersebut meliputi: demam, otot terasa sakit, kelelahan, mual, muntah, diare, benjolan atau ruam kulit, penurunan berat badan, peningkatan nafsy najab, masalah tidur, dan alergi.[1][3][4]

Faktor risiko infeksi parasit

Infeksi parasit dapat terjadi pada siapa saja. Namun, risiko terjadinya penyakit ini lebih tinggi pada orang dengan kondisi berikut:

  • Menderita gangguan sistem kekebalan tubuh
  • Hidup di lingkungan bersanitasi buruk
  • Memiliki hewan peliharaan yang terinfeksi parasit atau tidak terjaga kebersihannya
  • Berenang di sungai, danau, atau kolam yang kotor
  • Memiliki pekerjaan yang sering kontak dengan tinja, seperti pengasuh anak

Pencegahan infeksi parasit

Umumnya, infeksi parasit dapat dicegah melalui beberapa tindakan seperti: Pertama, mencuci tangan secara teratur baik saat menyiapkan makanan, sebelum makan, serta setelah pergi ke kamar mandi. Kedua, mencuci bahan makanan dan masak makanan hingga matang. Ketiga, biasakan menyimpan makanan dan minuman di tempat yang aman dan steril. Keempat, tidak berenang saat diare. Kelima, hindari menelan air kolam sungai atau danau. Kelima, tidak memegang kotoran hewan secara langsung[1][3][4].

Pengobatan infeksi parasit

Pengobatan infeksi dilakukan tergantung dari jenis infeksi parasitnya. Beberapa orang terkena infeksi parasit, terkadang tidak memiliki gejala dan perawatan medis tidak diperlukan karena bisa hilang dengan sendirinya. Namun adapula yang mengalami gejala yang sangat parah dan harus diperlukan Tindakan medis untuk pengobatan. Apabila merasakan gejala, maka pilihan amannya dengan mengecek kondisi ke pelayanan kesehatan atau dokter.[1][3][4]

Referensi

  1. ^ a b c d e f "Parasitic Infection: Causes, Symptoms & Treatment". Cleveland Clinic (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-23. 
  2. ^ a b Fadila zahra, dkk. (2023/Januari). PARASITOLOGI (HELMINTOLOGI DAN PROZOTOLOGI). Jalan kompleks Pelajar Tijue, Desa Baroh, Kec. Pidie, Kab. Pidie, Provinsi Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. hlm. 2–5, 11–14. ISBN 9786238065325. 
  3. ^ a b c d e Halodoc. "Infeksi Parasit - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". halodoc. Diakses tanggal 2024-05-23. 
  4. ^ a b c d e "Parasit, Dalang di Balik Munculnya Berbagai Penyakit". Hello Sehat. 2021-02-26. Diakses tanggal 2024-05-23. 
  5. ^ Trasia, Reqgi First (2021-03-31). "Distribusi Geografis Penyakit Parasit di Indonesia dan di Dunia". JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 28–33. doi:10.36722/sst.v6i1.535. ISSN 2355-8059.