Museum Istana Basa Pagaruyung
Museum Istano Basa Pagaruyung merupakan museum khusus[1], artinya museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi[2]. Museum ini merupakan replika dari kompleks Istano Basa Pagaruyung yang memperlihatkan keindahan dan keunikannya melalui arsitektur tradisional Minangkabau. Dibangun oleh kerajaan Pagaruyung pada abad ke-14, Istano ini merupakan pusat pemerintahan dan kebudayaan yang penting di wilayah tersebut. Kompleks Istano terdiri dari beberapa bangunan utama, seperti rumah gadang, balai adat, dan surau (tempat ibadah), Museum Istano Basa Pagaruyung ini mencerminkan kekayaan sejarah dan kebudayaan Minangkabau[3]
Kunjungan dan pengelolaan
Museum Istano Basa Pagaruyung ini dibuka untuk umum setiap hari dari pukul 08:00 WIB hingga 18:00 WIB. Tiket masuk untuk pengunjung domestik dikenakan sebesar Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp10.000 untuk anak-anak. Sedangkan pengunjung mancanegara baik anak-anak ataupun dewasa sebesar Rp 30.000.[4] Istana ini dikelola oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tanah Datar dan sering menjadi destinasi wisata budaya serta tempat edukasi sejarah Minangkabau.
Sejarah
Istano Basa Pagaruyung awalnya didirikan pada abad ke-14 oleh Adityawarman, seorang raja yang berkuasa di wilayah Minangkabau. Adityawarman membangun istana ini sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Pagaruyung yang mengadopsi banyak elemen dari sistem pemerintahan Majapahit. Kerajaan ini mengalai perubahan signifikan pada tahun 1409 ketika Raja Alam memeluk Islam, mengubah kerajaan menjadi kesultanan dengan nama Sultan Alif. Istano Basa Pagaruyung berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan pusat administrasi kerajaan, yang dikenal dengan sistem pemerintahan Rajo Tigo Selo (tiga raja) yang meliputi Raja Adat, Raja Ibadat, dan Raja Alam.[5]
Selama berabad-abad, Istano Basa Pagaruyung mengalami beberapa kali kebakaran yang menghancurkan sebagian besar struktur aslinya sehingga yang berdiri sekarang adalah replika dari bangunan asli. Kebakaran pertama terjadi pada tahun 1804 selama Perang Padri, kebakaran kedua pada tahun 1966 dengan penyebab yang tidak diketahui, dan kebakaran terakhir pada tahun 2007 akibat sambaran petir. Setelah kebakaran 2007, istano ini dibangun kembali dengan mengikuri arsitektur tradisional Minangkabau yang khas, termasuk atap gonjong dan ukiran kayu yang rumit. Pembangunan ulang selesai pada tahun 2012, dan kini istano ini berfungsi sebagai museum yang menyimpan berbagai artefak sejarah dan budaya Minangkabau serta menjadi pusat kegiatan adat dan pariwisata.[6]
Lokasi
Museum Istano Basa Pagaruyung terletak di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Indonesia. Lokasinya berada sekitar 5 kilometer dari pusat ibu kota Kabupaten Tanah Datar. Istano ini berdiri megah di tengah hamparan sawah dan dikelilingi oleh perbukitan hijau, memberikan pemandangan yang indah dan asri. Museum ini mudah diakses melalui jalan darat dari kota Padang, yang berjarak 105 kilometer atau sekitar 2,5 jam perjalanan dengan mobil.
Koleksi museum
Museum Istano Basa Pagaruyung menyimpan berbagai koleksi barang antik yang mencerminkan sejarah dan budaya Minangkabau. Beberapa koleksi penting yang ada antara lain:[7][6]
- Kapak batu kuno ditemukan di lereng Gunung Marapi Pariangan, kapak ini berasal dari awal abad masehi.
- Bendera lilipan (Sipasan Jantan), bendera kerajaan dari abad ke-12 yang digunakan dalam upacara adat, terbuat dari kain berwarna-warni.
- Alat musik tradisional, termasuk talempong, canang, dan gong, beberapa diantarnaya berhasil diselamatkan dari kebakaran yang melanda istana pada tahun 2007
- Peralatan rumah tangga dari keramik Eropa dan artefak tembaga, seperti carano (dulang dari kuningan untuk makan bajamba) guci, piring, teko, dan pot bunga yang berasal dari abad kep18
- Senjata tradisional: koleksi keris, tombak, dan meriam, termasuk Keris Geliga Tunga Alam dan Keris Sampono Ganjo Erah dan senapan peninggalan pasukan Belanda. Senjata-senjata ini dihiasi dengan ornamen dan memiliki nilai sejarah tinggi
- Artefak kerajaan: termasuk mahkota kerajaan yang disimpan dalam peti berukir bernama Aluang Bunian, tombak, dan pedang. Koleksi ini disimpan di ruangan Mahligai, lantai tertinggi Istano.
- Pakaian adat dan tekstil: termasuk Saluak Deta Dandan Tak Sudah, kopiah berhias sulaman benang emas, dan batik tanah liek. Pakaian ini menunjukkan keindahan dan kekayaan budaya Minangkabau.
- Kerajinan tangan: termasuk ukiran kayu yang menghias dinding, pintu dan jendela istano, serta barang-barang dari logam dan porcelin yang menampilkan keterampilan seni yang tinggi.
- Replika benda pusaka: beberapa replika benda pusaka asli, seperti Canang Pamanggia, sebuah gong kecil berwarna keemasan, dan benda lain yang menjadi bekal Tuanku Abang Raja Manti Putih.
- Dokumen sejarah: sebagian dokumen penting masih disimpan dan dirawat meskipun banyak yang hilang dalam kebakaran tahun 2007.
Koleksi ini sebagian besar adalah replika karena banyak artefak asli yang hancur dalam berbagai kebakaran yang terjadi pada tahun 1804, 1966, dan 2007 di Istano, namun tetap memberikan gambaran yang kaya akan sejarah dan budaya Kerajaan Pagaruyuang.[6]
Referensi
- ^ "Istano Basa Pagaruyung - Sistem Registrasi Nasional Museum". Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-26.
- ^ Kepresidenan, Museum (2020-02-17). "Pengertian Museum". Museum Kepresidenan RI Balai Kirti. Diakses tanggal 2024-05-26.
- ^ "Gembira Tamasya Sejarah di Istano Basa Pagaruyung". detikTravel. Diakses tanggal 2024-05-27.
- ^ "Harga Tiket Masuk Istano Basa Pagaruyung Naik, Ini Tarifnya". www.fajarsumbar.com. Diakses tanggal 2024-05-27.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-01-09). "Sejarah Istana Pagaruyung, Raja, dan Arsitektur". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-26.
- ^ a b c "Istano Basa Pagaruyung, Jejak Kejayaan Konfederasi Luhak Nan Tigo". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2024-05-26.
- ^ admin. "Koleksi benda museum Istana Basa Pagaruyung Dari Awal Abad Sampai Abad Ke 18". BAKABA | Bangun Karakter Bangsa. Diakses tanggal 2024-05-26.