Nyeri ulu hati
Nyeri ulu hati (Bahasa Inggris: heartburn),[2] juga dikenal sebagai pirosis, kardialgia, atau gangguan asam pencernaan,[3] adalah sensasi terbakar di dada bagian tengah atau perut bagian tengah atas.[4][5][6] Nyeri ulu hati biasanya disebabkan oleh regurgitasi asam lambung (gastric reflux) ke kerongkongan. Ini merupakan gejala utama penyakit refluks gastroesofagus (GERD).[7]
Nyeri ulu hati | |
---|---|
Informasi umum | |
Nama lain | Pirosis,[1] kardialgia |
Spesialisasi | Gastroenterologi, kedokteran keluarga, kedokteran gawat darurat |
Penyebab | Penyakit refluks gastroesofagus |
Faktor risiko | Merokok, obesitas |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Rasa terbakar, tertusuk atau terhimpit di dada, mual, bersendawa |
Diagnosis | Pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, respon antasida, pencitraan, manometri |
Kondisi serupa | Angina pektoris, serangan jantung, maag, penyakit tukak lambung, spasmofili esofagus, striktur esofagus, duodenitis, kanker, penyakit Crohn |
Tata laksana | |
Pencegahan | Hindari makanan yang tinggi lemak, pedas, dan tinggi penyedap rasa. Hindari berbaring 3–4 jam setelah makan, penggunaan OAINS dalam jumlah banyak, dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak. Kurangi konsumsi pepermin. Kunyah makanan hingga halus, konsumsi makanan dengan banyak cairan, dan mencukupkan waktu untuk makan tanpa terburu-buru. |
Perawatan | Antasida, penurunan berat badan, pembedahan |
Pengobatan | Antasida |
Gambaran umum lainnya untuk nyeri ulu hati (selain rasa terbakar) adalah berserdawa, mual, diremas, ditusuk, atau sensasi tertekan di dada. Nyeri sering kali timbul di dada (tepat di belakang tulang dada) dan bisa menjalar ke leher, tenggorokan, atau sudut lengan. Karena dada merupakan rumah bagi organ-organ penting lainnya selain kerongkongan (termasuk jantung dan paru-paru), tidak semua gejala nyeri ulu hati bersifat esofagus.[8]
Penyebabnya akan berbeda-beda tergantung pada keluarga dan riwayat kesehatan seseorang, genetika, apakah seseorang sedang hamil atau menyusui, dan usia. Akibatnya, diagnosis akan bervariasi tergantung pada organ yang dicurigai dan proses penyakit yang memicunya. Pemeriksaan akan bervariasi tergantung pada kecurigaan klinis penyedia layanan yang memeriksa pasien, namun umumnya mencakup endoskopi dan uji coba antasida untuk menilai kesembuhan.[butuh rujukan]
Perawatan untuk nyeri ulu hati mungkin termasuk obat-obatan dan perubahan pola makan. Obatnya termasuk antasida. Perubahan pola makan mungkin memerlukan menghindari makanan yang tinggi lemak, pedas, tinggi penyedap rasa, sangat mengurangi penggunaan OAINS, menghindari konsumsi alkohol dalam jumlah besar, dan mengurangi konsumsi pepermin.[4] Perubahan gaya hidup dapat membantu seperti mengurangi berat badan.
Definisi
Istilah dispepsia mencakup nyeri ulu hati dan sejumlah gejala lainnya.[9] Gangguan pencernaan terkadang didefinisikan sebagai kombinasi nyeri ulu hati dan mulas.[10] Nyeri ulu hati umumnya digunakan secara bergantian dengan penyakit refluks gastroesofagus dan bukan hanya untuk menggambarkan gejala rasa terbakar di dada.[11]
Perbedaan Diagnosa
Pendekatan Diagnostik
Pengobatan
Rencana pengobatan disesuaikan dengan diagnosis spesifik dan etiologi nyeri ulu hati. Penanganan nyeri ulu hati dapat dipilah ke dalam berbagai kategori.
Manajemen farmakologis
- Antasida (yaitu kalsium karbonat dan natrium bikarbonat) sering kali digunakan untuk mengatasi masalah yang mendesak[12]
- Antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton efektif untuk dua penyebab nyeri ulu hati paling umum (mis. Maag dan GERD)
- Antibiotik digunakan jika terdapat bakteri Helicobacter pylori.[butuh rujukan]
Manajemen Kebiasaan
- Mengonsumsi obat 30–45 menit sebelum makan akan menekan respons penghasil asam lambung terhadap makanan
- Menghindari cokelat, pepermin, asupan kafein, dan makanan tinggi lemak[13]
- Membatasi makan besar, alih-alih mengonsumsi makanan dalam porsi kecil namun lebih sering[13]
- Hindari berbaring 2,5–3,5 jam setelah makan untuk mencegah refluks isi lambung
Modifikasi Gaya Hidup
- Penelitian awal menunjukkan bahwa pola makan tinggi serat menunjukkan bukti penurunan gejala dispepsia.[14]
- Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan perut yang menunda pengosongan lambung dan meningkatkan refluks asam lambung ke kerongkongan
- Berhenti merokok[13]
Terapi Alternatif dan Komplementer
Gejala nyeri ulu hati mungkin tidak selalu disebabkan oleh penyebab organik. Pasien mungkin memberikan respons yang lebih baik terhadap terapi yang menargetkan kecemasan dan gejala kewaspadaan berlebihan, melalui pengobatan yang ditujukan untuk etiologi psikiatrik, manipulasi osteopati, dan akupunktur.[15]
- Psikoterapi mungkin menunjukkan peran positif dalam pengobatan nyeri ulu hati dan pengurangan tekanan yang dialami selama gejalanya.[15]
- Akupunktur – dalam kasus nyeri ulu hati idiopatik, akupunktur mungkin sama efektifnya, bahkan lebih efektif dibandingkan dengan obat penghambat pompa proton saja.[16]
Manajemen Pembedahan
Jika GERD menyebabkan gejala nyeri ulu hati, pembedahan mungkin diperlukan jika penghambat pompa proton tidak efektif.[17] Pembedahan tidak dilakukan jika nyeri ulu hati fungsional adalah diagnosis utama.[18]
Referensi
- ^ "Pyrosis definition - MedicineNet - Health and Medical Information Produced by Doctors". MedicineNet. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 January 2014. Diakses tanggal 19 November 2015.
- ^ "Heartburn (Nyeri Ulu Hati)". halodoc.com. Diakses tanggal 14 Juni 2024.
- ^ "Gastroesophageal Reflux (GER) and Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) in Adults". The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-25. Diakses tanggal 2015-07-24.
- ^ a b "heartburn" di Kamus Medis Dorland
- ^ Differential diagnosis in primary care. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins. 2008. hlm. 211. ISBN 978-0-7817-6812-2.
- ^ "Pyrosis Medical Definition - Merriam-Webster Medical Dictionary". merriam-webster.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 July 2015. Diakses tanggal 24 July 2015.
- ^ "Heartburn". National Library of Medicine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-12. Diakses tanggal 2015-07-24.
- ^ Johnson K, Ghassemzadeh S (2024). "Chest Pain". StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 29262011. Diakses tanggal 2024-04-28.
- ^ Duvnjak M, ed. (2011). Dyspepsia in clinical practice. New York: Springer. hlm. 2. ISBN 9781441917300. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-21.
- ^ Delaney B, Ford AC, Forman D, Moayyedi P, Qume M (October 2005). Delaney B, ed. "Initial management strategies for dyspepsia". The Cochrane Database of Systematic Reviews (4): CD001961. doi:10.1002/14651858.CD001961.pub2. PMID 16235292. (Dicabut. Apabila sengaja, mohon ganti
{{Retracted}}
dengan{{Retracted|intentional=yes}}
.) - ^ Sajatovic, Loue S, Koroukian SM (2008). Encyclopedia of aging and public health. Berlin: Springer. hlm. 419. ISBN 978-0-387-33753-1.
- ^ "What Are Antacids? - TUMS®". www.heartburn.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 March 2017. Diakses tanggal 29 April 2018.
- ^ a b c Q.D. Pham Co (September 1, 2018). "Dyspepsia and GERD". Canadian Pharmacists Association (CPS). Diakses tanggal 2024-04-14.
- ^ Morozov S, Isakov V, Konovalova M (June 2018). "Fiber-enriched diet helps to control symptoms and improves esophageal motility in patients with non-erosive gastroesophageal reflux disease". World Journal of Gastroenterology. 24 (21): 2291–2299. doi:10.3748/wjg.v24.i21.2291 . PMC 5989243 . PMID 29881238.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaFH09
- ^ Dickman R, Schiff E, Holland A, Wright C, Sarela SR, Han B, Fass R (November 2007). "Clinical trial: acupuncture vs. doubling the proton pump inhibitor dose in refractory heartburn". Alimentary Pharmacology & Therapeutics. 26 (10): 1333–1344. doi:10.1111/j.1365-2036.2007.03520.x. PMID 17875198.
- ^ Spechler SJ, Hunter JG, Jones KM, Lee R, Smith BR, Mashimo H, Sanchez VM, Dunbar KB, Pham TH, Murthy UK, Kim T, Jackson CS, Wallen JM, von Rosenvinge EC, Pearl JP, Laine L, Kim AW, Kaz AM, Tatum RP, Gellad ZF, Lagoo-Deenadayalan S, Rubenstein JH, Ghaferi AA, Lo WK, Fernando RS, Chan BS, Paski SC, Provenzale D, Castell DO, Lieberman D, Souza RF, Chey WD, Warren SR, Davis-Karim A, Melton SD, Genta RM, Serpi T, Biswas K, Huang GD (October 2019). "Randomized Trial of Medical versus Surgical Treatment for Refractory Heartburn". The New England Journal of Medicine. 381 (16): 1513–1523. doi:10.1056/NEJMoa1811424 . PMID 31618539.
- ^ Fass R, Zerbib F, Gyawali CP (June 2020). "AGA Clinical Practice Update on Functional Heartburn: Expert Review". Gastroenterology. 158 (8): 2286–2293. doi:10.1053/j.gastro.2020.01.034. PMID 32017911.