Suku Malayu
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Suku Malayu merupakan salah satu klan (marga) dalam tatanan sosial etnis Minangkabau. Klan (suku) ini umumnya menganut adat Lareh Koto Piliang, tetapi ada pula yang memadukan kedua sistem adat di Minangkabau, yaitu Lareh Koto Piliang sekaligus Lareh Bodi Chaniago (bergantung kepada di nagari mana mereka tinggal) yang bisa dikatakan termasuk pada Lareh Nan Panjang.
Terminologi
Nama "Malayu" berasal dari bahasa Sanskerta "malaya" yang berarti bukit atau gunung, identik dengan kata "giri" yang berarti bukit dan kata "syaila" yang berarti gunung.
Tak jarang orang Minang menuliskan suku ini dengan suku Melayu yang sebenarnya menimbulkan kerancuan dengan istilah suku Melayu (etnis Melayu) yang merupakan suku bangsa di luar suku Minangkabau (etnis Minangkabau). Padahal harusnya ditulis Suku Malayu mengikuti dialek Minangkabau yang tak mengenal suku kata awal mengandung huruf e atau e pepet. [butuh rujukan]
Distribusi
Pada masa kini, distribusi klan (suku) Malayu berkonsentrasi di wilayah Ranah Minangkabau sebelah timur. Beberapa diantara daerah yang bisa dapat ditemui klan (suku) Malayu dengan mudah yakni di Sungai Pagu (Muara Labuh, Sangir dan sekitarnya), Renah Indojati, Inderapura, Tapan, Lunang, dan Silaut.
Jika dilihat pada sumber yang bisa diperoleh di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau di Kota Padang Panjang, moyang dari masyarakat suku Malayu dulunya melakukan migrasi dalam artian lari dari Pagaruyung ke arah wilayah Solok untuk mencari kehidupan yang lebih baik yang pada masa dahulunya wilayah ini dikenal sebagai Kubuang Tigo Baleh.
Kata Kubuang Tigo Baleh artinya Kubuang Tiga Belas, yaitu tiga belas orang datuk di kerajaan Minangkabau yang dibuang karena suatu konflik, sehingga dianggap melakukan pembangkangan. Akhirnya para datuk yang terusir tersebut mencari daerah yang dapat mereka tinggali, perjalanan pencarian tersebut diawali dari Pariangan Padang Panjang lalu menuju ke arah danau Singkarak. Ketika sudah tiba di suatu wilayah yang saat kemudian dikenal dengan daerah Aripan, para datuak tersebut menyaksikan pemandangan di bawah area tersebut yang cukup datar dan berpotensi untuk ditinggali. Pada saat itulah terucap kata “disitulah tampak rasa nan ka elok” jika diartikan maknanya disana sepertinya akan baik, seiring berjalannya waktu orang-orang menyebutnya dengan daerah Solok.[1]
Jika dilihat dari asal usul penamaan Kubuang Tigo Baleh benar-benar terlihat ada keterkaitan dengan asal muasal Suku Malayu ini, dikarenakan juga berawal dari migrasi yang bermakna lari dari Pagaruyung menuju wilayah yang akan diharapkan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bisa dikatakan Suku Malayu ini juga termasuk yang pada mulanya membuka peradaban di wilayah Kubuang Tigo Baleh yang sekarang dikenal sebagai wilayah Solok.
Selanjutnya jika dilihat dari persebaran orang yang bersuku ini, berarti setelah migrasi moyang tersebut dalam waktu yang dekat ataupun lama, orang bersuku Malayu pun menyebar ke wilayah Sungai Pagu sebagai wilayah rantau bagi Luhak Nan Tigo, yang sekarang dikenal sebagai wilayah Solok Selatan. Dari Sungai Pagu inilah bisa dikatakan asal usul awal persebaran orang bersuku Malayu ke wilayah Banda Sapuluah yang sekarang dikenal sebagai wilayah Pesisir Selatan karena dahulunya Banda Sapuluah adalah wilayah rantau bagi Sungai Pagu.
Suku Malayu ini merupakan pecahan dari suatu suku yang ada di Minangkabau yang menganut Lareh Koto Piliang, sehingga ini jelas suku Malayu memang berasal dari Minangkabau itu sendiri, dan ini tentu bukan seperti anggapan sebagian orang Minang yang menganggap suku ini berasal dari etnis Melayu yang disebut migrasi ke Minangkabau yang padahal ini tidak ada dasarnya.
Mengenai anggapan keliru yang menganggap suku Malayu berasal dari etnis Melayu ini, kemungkinan besar karena terlalu berpatokan pada kedua nama yang hampir sama yang dibedakan pada satu huruf vokal, padahal suku Malayu ini muncul dari dalam Etnis Minangkabau itu sendiri. Bahkan jika ditelusuri, etnis Melayu menggunakan Adat Temenggong yang mana ini merupakan adat Lareh Koto Piliang yang dicetus oleh Datuak Katumangguangan, salah satu lareh selain Lareh Bodi Chaniago yang dicetus oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang, yang berarti adat ini berasal dari Minangkabau, sehingga tentu asumsi yang terbalik jika ada yang mengatakan suku Malayu berasal dari etnis Melayu, padahal sebenarnya lahir dari etnis Minangkabau.
Penghulu suku
Sama seperti klan-klan (suku-suku) lainnya, para pangulu (terj. har. 'penghulu') dalam klan (suku) Malayu umumnya memiliki gelar datuak atau disederhanakan menjadi datuk. Secara eksklusif, Datuak atau Datuk Bandaro dianggap memiliki peranan cukup penting, dan pada masa perkembangannya, pangulu (terj. har. 'penghulu') dari garis ini membentuk dinasti tersendiri yang bernama wangsa Bendahara, yang mana membentuk kesultanan-kesultanan 'ala' mereka di timur Sumatra hingga ke Semenanjung Kra.
Beberapa daftar pangulu (terj. har. 'penghulu') khas klan (suku) Malayu diantaranya ialah:
- Datuak Gadang Bandaro (tanjuang barulak Kab. Tanah Datar)
- Datuak Baradai Ameh (Kubang Pipik Kec. Baso Kab. Agam
- Datuak Sati
- Datuak Bandaro Sati
- Datuk Kayo
- Datuk Penghulu Mudo
- Datuk Kulilingi
- Datuk Maruhun Tinggi
- Datuk Bagindo Basa
- Datuk Basa
- Datuk Basa Batuah
- Datuk Rajo Mole
- Datuk Sari Mole
- Datuk Bandaro Hitam
- Datuk Pintu Langit
- Datuk Rajo Dilie
- Datuk Topo
- Datuk Majo
- Datuk Tuo
- Datuk Bagindo
- Datuk Rajo Nan Godang
- Datuk Marajo
- Datuk Sori Marajo
- Datuk Rangkayo Basa
- Datuk Tanimbayir Nan Tuo
- Datuk Rajo Manang (Malayu Duyan)
- Datuak Mangkudum Sati
- Datuak Tanbijo
- Datuak Mangkudum Tungga
- Datuak Bosa Marajo
- Datuak Siri Marajo
- Datuk Paduko Sutan
- Datuak Rajo Budi Bana (Nagari Lakitan, Pesisir Selatan)
Suku serumpun
Sebagai klan (suku) pecahan dari klan (suku) Jambak, klan (suku) Malayu memiliki kekerabatan dekat dengan dengan klan (suku) Bendang yang berasal dari Solok dan Kampai.
Sub-klan
- Malayu Badarah Putiah
- Malayu Kumbuak
- Malayu Kecik (di Lunang)
- Malayu Tangah (di Lunang)
- Malayu Gadang Rantau Ketaka (di Lunang)
- Malayu Gadang Kumbuang (di Lunang)
- Malayu Durian / Rajo (di Lunang)
- Malayu Duyan (di Pessel)
- Malayu Durian Limo Ruang (di Solok Selatan)
- Malayu Gantiang
- Malayu Lua
- Malayu Ampek Niniak (di Solok Selatan)
- Malayu Ampek Paruik (di Solok Selatan)
- Malayu Bariang Ampek Paruik (di Solok Selatan)
- Malayu Koto Kaciak Ampek Paruik (di Solok Selatan)
- Malayu Baduak
- Malayu Balai
- Malayu Baruah
- Malayu Bongsu
- Malayu Bosa
- Malayu Bungo
- Malayu Cikarau
- Malayu Gandang Perak
- Malayu Panjang
- Malayu Patar
- Malayu Siat
- Malayu Talang
- Malayu Tobo
- Malayu Tongah
- ^ Nia Ramadhani (4 Agustus 2023) [1] Diarsipkan 2023-08-04 di www.harianhaluan.com Galat: URL arsip tidak dikenal. "Asal Usul Terbentuknya Kota Solok dan Sejarah Kubuang Tigo Baleh". Harian Haluan. Diakses 24 Juni 2024.