Gerakan Aceh Merdeka
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM (bahasa Aceh: Geurakan Acèh Meurdèka[2]) adalah kelompok separatis yang mencari kemerdekaan untuk wilayah Aceh Sumatera, Indonesia. GAM berperang melawan pasukan pemerintah Indonesia dalam pemberontakan Aceh dari tahun 1976 hingga 2005. Perkiraan jumlah korban tewas mencapai lebih dari 15.000 orang terbunuh.[3]
Gerakan Aceh Merdeka | |
---|---|
Pemimpin | Hasan di Tiro |
Waktu operasi | 4 Desember 1976 – 2005 |
Wilayah operasi | Kota, pegunungan dan hutan Aceh |
Ideologi | Rakyat Aceh nasionalisme Separatisme Fundamentalisme Islam |
Sekutu | Libya[1] |
Lawan | Indonesia (sampai 2005) |
Pertempuran dan perang | Pemberontakan di Aceh |
Organisasi ini melepaskan niat separatisnya dan membubarkan sayap bersenjatanya setelah perjanjian damai tahun 2005 dengan pemerintah Indonesia, dan kemudian mengubah namanya menjadi Komite Peralihan Aceh (KPA). Pemerintah Indonesia menyebut kelompok itu sebagai Gerakan Gangguan Keamanan Aceh.
Latar belakang
Konflik di Aceh bermula dari beberapa faktor utama termasuk penganiayaan historis, perbedaan pendapat mengenai hukum Islam, ketidakpuasan terhadap distribusi kekayaan sumber daya alam Aceh, dan peningkatan jumlah orang Jawa di Aceh.[4]
Pada masa Penjajahan Belanda pada tahun 1800-an, Aceh merupakan pusat perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Mereka adalah salah satu Masyarakat Indonesia terakhir yang menyerah pada pemerintahan kolonial dan hanya setelah kampanye brutal selama 30 tahun, Perang Aceh pada tahun 1873–1903.[5] Ketika Belanda menyerahkan kedaulatan wilayah jajahannya, pemerintahan Aceh diserahkan kepada Indonesia dan GAM menyatakan bahwa hal ini dilakukan tanpa berkonsultasi dengan pihak berwenang Aceh.[4] Daud Beureueh melancarkan pemberontakan bersenjata yang berakhir dengan pemberian status khusus kepada Aceh oleh Presiden Sukarno.[5] Namun Presiden Sukarno tidak mengizinkan Aceh menerapkan syariah hukum pada masa pemerintahannya (1945-1967) karena keyakinannya yang kuat terhadap pemisahan agama dan negara.[butuh rujukan]
Termotivasi oleh penemuan cadangan gas yang besar di Lhokseumawe, mantan Darul Islam "menteri luar negeri", Hasan di Tiro mendirikan Gerakan Aceh Merdeka pada bulan Desember 1976. Gerakan kecil ini melakukan serangan pertamanya terhadap para insinyur Mobil pada tahun 1977, menewaskan seorang insinyur Amerika. Akibat kejadian ini, GAM mendapat perhatian pemerintah pusat yang mengirimkan satuan kecil pasukan kontra-pemberontakan yang berhasil menumpas GAM. Di Tiro hampir terbunuh dan terpaksa mengungsi ke Malaysia sementara semua anggota kabinetnya dibunuh atau terpaksa mengungsi ke luar negeri pada tahun 1979.
Garis waktu
Pada 4 Desember 1976, inisiator Gerakan Aceh Merdeka, Hasan di Tiro dan beberapa pengikutnya mengeluarkan pernyataan perlawanan terhadap pemerintah RI yang dilangsungkan di Gunung Halimun, Pidie. Di awal masa berdirinya GAM, nama resmi yang saat itu digunakan adalah AM, Aceh Merdeka.
Kabinet pertama GAM dinamakan sebagai Kabinet Negara Aceh Sumatera, yang disusun pada 24 Mei 1977 dengan susunan sebagai berikut:
- Dewan Syura:
- Tgk. H. Ilyas Cot Plieng
- Tgk. Hasbi Geudong
- Tgk. Ayah Sabi
- Wakil Wali Negara: Dr. Tgk. Muchtar Yahya Hasbi Geudong
- Menteri Dalam Negeri: Dr. Tgk. Muchtar Yahya Hasbi Geudong
- Menteri Luar Negeri: Dr. Tengku Hasan Di Tiro, LL.D
- Wakil Menteri Luar Negeri: Dr. Tgk. Muchtar Yahya Hasbi Geudong
- Menteri Pertahanan: Dr. Tengku Hasan Di Tiro, LL.D
- Wakil Menteri Pertahanan: Dr. Tgk. Muchtar Yahya Hasbi Geudong
- Menteri Kehakiman: Teungku Ilyas Leubee
- Menteri Sosial: dr. Zubir Mahmud
- Menteri Kesehatan: dr. Zaini Abdullah
- Menteri Penerangan: Teungku Muhammad Taher Husen
- Menteri Perhubungan: Teungku Amir Ishak, SH
- Menteri Pendidikan: Dr. Husaini M. Hasan
- Menteri Perdagangan: Teungku Amir Mahmud (Singapura)
- Menteri Pekerjaan Umum: Ir. Asnawi Ali
- Menteri Keuangan: Teungku Muhammad Usman Lampoh Awe
- Menteri Sekretaris Negara: Teungku Fauzi Hasbi Geudong
- Kepala Staf Angkatan Bersenjata: Teungku Darul Kamal
- Kepala Pengawas Keuangan Negara: Teungku Uzir Jailani
- Duta Kuasa Penuh: Malik Mahmud (Singapura)
- Panglima Pengawal Wali Negara: Teungku Daud Husein
- Gubernur Pase: Teungku Hasbi Geudong
- Gubernur Pidie: Teungku Ilyas Cot Plieng
- Gubernur Batee Ileik: Teungku Abdul Aziz
- Gubernur Perlak: dr. Zubir Mahmud
- Gubernur Teming: Teungku Ali Daud
- Gubernur Linge: Teungku Ilyas Leube
Pemerintah RI pada periode 1980-an sampai 1990-an menamai gerakan tersebut sebagai GPK-AM. Perlawanan represif bersenjata gerakan tersebut mendapat sambutan keras dari pemerintah pusat RI yang akhirnya menggelar sebuah operasi militer di Aceh atau yang lebih dikenal dengan DOM (Daerah Operasi Militer) pada paruh akhir 1980-an sampai dengan penghujung 1990-an. Operasi tersebut telah membuat para aktivis AM terpaksa melanjutkan perjuangannya di daerah pengasingan. Disaat rezim Orde Baru berakhir dan reformasi dilangsungkan di Indonesia, seiring dengan itu pula Gerakan Aceh Merdeka kembali eksis dan menggunakan nama GAM sebagai identitas organisasinya.
Konflik antara pemerintah RI dengan GAM terus berlangsung hingga pemerintah menerapkan status Darurat Militer di Aceh pada tahun 2003, setelah melalui beberapa proses dialogis yang gagal mencapai solusi kata sepakat antara pemerintah RI dengan aktivis GAM. Konflik tersebut sedikit banyak telah menekan aktivitas bersenjata yang dilakukan oleh GAM, banyak di antara aktivis GAM yang melarikan diri ke luar daerah Aceh dan luar negeri. Bencana alam gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 telah memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk kembali ke meja perundingan atas inisiasi dan mediasi oleh pihak internasional.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari berperan sebagai fasilitator.
Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai yang dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya adalah bahwa pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi pembentukan partai politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota GAM.
Meski perdamaian tersebut, sejatinya sampai sekarang masih menyisakan persoalan yang belum menemukan jalan keluar. Misalnya saja berkait dengan Tapol/Napol Aceh yang masih berada di penjara Cipinang, Jakarta seperti Ismuhadi Jafar, dkk. Selain juga persoalan kesejahteraan mantan prajurit kombatan GAM yang cenderung hanya dinikmati oleh segelintir elit.
Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk selesai diserahkan kepada AMM pada 19 Desember 2005. Kemudian pada 27 Desember, GAM melalui juru bicara militernya, Sofyan Dawood, menyatakan bahwa sayap militer mereka yaitu Tentara Neugara Aceh (TNA) telah dibubarkan secara formal dan dibentuk Komite Peralihan Aceh guna untuk menampung para eks-kombatan.
Tokoh-tokoh penting
- Dr. Teungku Hasan Muhammad di Tiro, Pendiri GAM; Wali Negara Aceh ke-VIII
- dr. Muchtar Hasbi, Wakil Presiden GAM; Perdana Menteri GAM Pertama; Menteri Dalam Negeri GAM
- Teungku Ilyas Leube, Perdana Menteri GAM (1980–1982); Menteri Kehakiman GAM (1976–1982)
- Tgk Mustafa, Panglima Wilayah Pidie jaya
- Malik Mahmud, Perdana Menteri GAM terakhir; Menteri Luar Negeri GAM
- Sofyan Dawood, Juru Bicara Pusat GAM
- Syardani M. Syarif, Juru Bicara GAM Wilayah Pasee
- Jamaluddin Kandang, Juru Bicara GAM Wilayah Pasee
- Irwansyah, Juru Bicara GAM Wilayah Aceh Rayeuk
- Teungku Elwe Dea, Juru bicara GAM wilayah Pidie
- Adam Mukhlis, Juru bicara GAM wilayah Linge
- Teungku Kartiwi Daud, Juru bicara GAM wilayah Lhok Tapaktuan[6]
- Teungku Mansur, Juru bicara GAM wilayah Peureulak
- Teungku Usman Lampoh Awe, Menteri Keuangan GAM
- Zakaria Saman, Menteri Pertahanan GAM
- dr. Zubir Mahmud, Menteri Sosial dan Gubernur Wilayah Peureulak
- dr. Zaini Abdullah, Menteri Kesehatan GAM
- Dr. Husaini M. Hasan, Sekretaris Negara sekaligus Menteri Pendidikan dan Penerangan GAM
- Dr. Asnawi Ali, Menteri Pekerjaan Umum dan Industri GAM
- Amir Ishak, Menteri Komunikasi GAM
- Amir Mahmud, Menteri Perdagangan GAM
- Ibrahim Syamsuddin, Wakil Menteri Keuangan GAM
- Said Adnan, Gubernur GAM Wilayah Pasee [7]
- Fakhruddin Ahmad, Gubernur GAM Wilayah Pasee
- Dailami, Gubernur GAM Wilayah Linge
- Akhyar A. Rasyid, Gubernur GAM Wilayah Aceh Rayeuk
- Yusri Sofyan, Wakil Gubernur GAM Wilayah Meureuhom Daya
- Drs. M Aiyub Yunus, Wakil Gubernur GAM Wilayah Aceh Rayeuk[8]
- Teungku Muhammad bin Arif, Gubernur GAM Wilayah Pidie.[9]
- Tengku Arief, Gubernur GAM Wilayah Pidie
- Teungku Zainal Abidin, Gubernur GAM Wilayah Meulaboh
- Hamid Idris, Gubernur GAM Wilayah Pidie[10]
- Abdullah Syafi'ie, Panglima GAM
- Muzakir Manaf, Panglima GAM
- Ridwan Abubakar, Wakil Panglima GAM wilayah Peureulak
- Muslim Hasballah, Panglima GAM wilayah Peureulak
- Fauzan Azima, Panglima GAM wilayah Linge
- Darwis Jeunieb, Panglima GAM wilayah Batee Iliek
- Zamzami A. Rani, Panglima GAM wilayah Meureuhom Daya [11]
- Teungku Abdul Muthalib, Panglima GAM wilayah Meureuhom Daya
- Bachtiar Syarbaini, Panglima GAM wilayah Meureuhom Daya
- Sarjani Abdullah, Panglima GAM wilayah Pidie
- Kamaruddin Abubakar, Wakil Panglima GAM
- Roni Ahmad, Wakil Panglima GAM Wilayah Pidie
- Teungku Jauhari, Panglima GAM wilayah Meulaboh Raya
- Teungku Samsul Bahri, Panglima GAM wilayah Meulaboh Raya
- Tgk. Dahlan, Panglima Operasi GAM wilayah Meulaboh Raya
- Abubakar A. Latif, Panglima Operasi GAM wilayah Pase
- Ismail A. Jalil, Panglima Operasi GAM wilayah Pase
- Husaini M. Amin, Panglima GAM wilayah Batee Iliek
- Halidin Gayo, Wakil Panglima GAM wilayah Linge
- Teungku Muhammad Daud Husin, Panglima GAM
- Ishak Daud, Panglima GAM wilayah Peureulak
- Irwandi Yusuf
- Ahmad Kandang, Panglima Operasi GAM wilayah Pase
- Munawar Liza Zainal
- Zulkarnaini Hamzah, Panglima GAM wilayah Pase
- Darwis Jeunieb, Panglima GAM wilayah Batee Iliek
- Usman Abdullah, Panglima Daerah III GAM wilayah Peureulak
- Suaidi Yahya, Wakil Gubernur GAM wilayah Pase
- Ilyas A. Hamid, Gubernur GAM Wilayah Pase
- Hasballah M. Thaib, Panglima GAM Sagoe Idi Kota Daerah IV Idi Wilayah Peureulak
- Azhar Abdurrahman, Sekretaris GAM wilayah Meureuhom Daya
- Muhammad Thaib
- Tgk. Iklil Ilyas Leube
- Tgk. Ilham Ilyas Leube, Panglima GAM wilayah Linge
- Yusri Sofyan, Wakil Gubernur GAM wilayah Meureuhom Daya
- Samsul Bahri Ben Amiren, Panglima Daerah I GAM wilayah Batee Iliek
- Ibnu Sakdan, Panglima GAM wilayah Linge
- Aliasnudin, Panglima GAM wilayah Simeulue
- Misbahul Munir, Komandan Pasukan Cobra wilayah Pase Bentara Militer (BM-GAM)
- Cut Man, Wakil Panglima GAM wilayah Meureuhom Daya
- Muharram Idris, Panglima GAM wilayah Aceh Rayeuk
- Saifuddin Yahya, Wakil Panglima GAM wilayah Aceh Rayeuk
- Nurdin Ramli, Panglima GAM wilayah Singkil
- Abrar Muda, Panglima GAM wilayah Lhok Tapaktuan
- Nazaruddin, Panglima GAM wilayah Sabang
- Izil Azhar, Panglima GAM wilayah Sabang
- Yussaini M.S., Panglima GAM wilayah Meulaboh Raya
- Tengku Samsuddin Saleh, Panglima GAM wilayah Teuming
- Tengku Jamani Patra, Panglima GAM wilayah Alas
- Amran, Panglima Daerah III GAM wilayah Lhok Tapaktuan
- Ismuddin, Panglima Daerah IV GAM wilayah Linge
Sayap Militer GAM
- Teuntra Neugara Aceh (TNA)
- Acheh Sumatra National Liberation Front (ASNLF)
- Laskar Inong Balee
Lihat pula
Pranala luar
- (Aceh) (Inggris) (Indonesia) Acheh-Sumatra National Liberation Front Diarsipkan 2019-12-18 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Terjemahan resmi nota kesepahaman Pemerintah Indonesia dan GAM (format PDF)
- (Inggris) The Unrepresented Nations and Peoples Organization – Aceh Diarsipkan 2019-07-23 di Wayback Machine.
Rujukan
- ^ "Libyan terrorism: the case against Gaddafi. - Free Online Library". www.thefreelibrary.com.
- ^ Ricklefs, M.C. (2008). History of Modern Indonesia Since c. 1200. Stanford University Press. hlm. 364.
- ^ "Indonesia agrees Aceh peace deal". BBC News. 17 Juli 2005. Diakses tanggal 11 Oktober 2008.
- ^ a b "Aceh's Gam separatists". BBC News. 24 Januari 2005. Diakses tanggal 11 Oktober 2008.
- ^ a b Michael L. Ross (2007). "Resources and Rebellion in Aceh, Indonesia" (PDF). The World Bank. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 30 October 2008. Diakses tanggal 11 October 2008.
- ^ lintasgayo.co (2019-01-27). "Mantan-Mantan Jubir GAM Bertemu SBY, Ini Yang Dibahas!". Media Online Dataran Tinggi GAYO | lintasgayo.co (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-03. Diakses tanggal 2019-05-01.
- ^ "Dua Anggota GAM Tewas Dalam Kontak Senjata". Tempo.co. 2004-01-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2019-05-01.
- ^ "TNI Nyatakan Wakil Gubernur GAM Menyerah". Tempo.co. 2004-06-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2019-05-01.
- ^ "Gubernur GAM Pidie Divonis Seumur Hidup". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-19. Diakses tanggal 2019-05-01.
- ^ sinarpidie.co. "Mengenal Mahfuddin Ismail, Mengenang Mantri Hamid – Figur – sinarpidie.co – mendalam dan terverifikasi". sinarpidie.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-18. Diakses tanggal 2019-05-01.
- ^ Fitriadi, Eddy. "Mantan Panglima GAM Meureuhom Daya Jabat Kepala Baitul Mal Aceh". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-19. Diakses tanggal 2019-05-01.