Wawan (aktivis)
Bernadinus Realino Norma Irawan (15 Mei 1978 – 13 November 1998) atau yang biasa disapa Wawan, adalah salah satu aktivis yang tewas dalam Tragedi Semanggi pada 13 November 1998, Wawan tewas ditembak aparat ketika berusaha menolong salah seorang temannya yang tertembak lebih dahulu. Ia tergabung dalam Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRuK), selain juga aktif sebagai aktivis mahasiswa di Universitas Atmajaya.[1]
Bernadinus Realino Norma Irawan | |
---|---|
Lahir | Jakarta, Indonesia | 15 Mei 1978
Meninggal | 13 November 1998 Jakarta, Indonesia | (umur 20)
Sebab meninggal | Tragedi Semanggi |
Makam | Taman Pemakaman Umum Joglo |
Kebangsaan | Indonesia |
Orang tua |
|
Kerabat | Benedictus Rosalia Irma Normaningsih |
Kronologi Pembunuhan
Sebelumnya, Wawan sudah memberi informasi kepada ibunya bahwa dirinya menjadi incaran penembakan. Ia adalah satu dari lima mahasiswa yang akan dibubunuh, yang ia dapat dari bocoran laporan intelijen dari temannya. Wawan menolak saran ibunya agar mengurangi kegiatan aktivitas kemahasiswaannya dan fokus menyelesaikan kuliah. Ia lebih memilih tetap aktif dalam demonstrasi. Wawan kemudian meminta uang kepada ibunya untuk membeli rompi anti peluru, namun sayangnya kehabisan, sehingga ia malah membeli jaket kulit.[2]
Tiga hari setelah operasi polip di Rumah Sakit Sumber Waras, pada tanggal 9 November 1998 Wawan minta diantarkan kembali ke kampus untuk memimpin diskusi. Setelah itu ia tidak pernah pulang ke rumah, terus berada di kampus. Barulah pada tanggal 12 November 1998, Wawan mengabari ibunya.
Pada tanggal 13 November 1998, tersebar kabar bahwa demonstrasi akan diatasi dengan penembakan bebas menggunakan peluru tajam, dan Menhakam/Pangab Jenderal Wiranto meminta semua aktivitas ditutup. Sumarsih yang ingin menjemput Wawan di Universitas Atmajaya terhalangi karena Gedung DPR/MPR dijaga ketat oleh aparat keamanan. Wawan masih sempat mengabari lewat telepon kepada ayahnya bahwa kondisi di kampus juga memanas.[3]
Wawan tertembak bersama korban Tragedi Semanggi lainnya, saat sedang mengendong korban lain, setelah meminta izin kepada tentara untuk menolong mereka. Sebelunya ia dan aktivis lain mengangkat dan menyemprotkan air hidran untuk mengatasi gas air mata.[1]
Akhir hidup
Wawan ditemukan dengan luka tembak di dada sebelah kiri, menembus jantung dan paru-paru[1]
- ^ a b c Lubang Peluru di Tubuh Wawan, Aktivis Tim Relawan untuk Kemanusiaan. dari situs kompas
- ^ Wawan, Rompi Antipeluru, dan Sayur Asam Yang Belum Disantap. dari situs berita CNNIndonesia
- ^ {https://kumparan.com/kumparannews/dibunuh-kisah-wawan-dan-sumarsih-di-lingkaran-buram-98/2 Dibunuh: Kisah Wawan dan Sumarsih di Lingkar Buram ‘98.] dari situs berita kumparan