Gangguan bisu selektif

Revisi sejak 12 Agustus 2024 18.39 oleh Hariadhi (bicara | kontrib)

Gangguan bisu selektif atau dikenal juga dalam Bahasa Inggrisnya selective mutism disorder adalah kondisi seseorang mendadak tidak mampu bicara dalam situasi tertentu saja, misalnya di depan banyak orang atau dengan orang yang jarang ditemui. Walaupun semua rentang umur bisa mengalami hal ini, namun biasanya dialami oleh anak-anak usia 2-4 tahun. Gangguan ini biasanya terjadi saat mereka tiba-tiba harus menghadapi banyak orang di sekolah atau bertemu orang baru di luar keluarganya.[1][2]

Gejala

Secara umum, tanda anak yang mengalami gangguan bisu selektif yang mudah disadari adalah:

  • Gugup, gelisah, atau canggung
  • Kasar dan mudah marah
  • Suka menyendiri atau bersembunyi
  • Agresif, misalnya marah saat ditanyai orang tua atau mengamuk saat pulang sekolah[1]

Penyebab

Selective mutism bisa terjadi akibat coping mechanism dari anak yang mengalami gangguan kecemasan, namun yang membedakan dengan gangguan kecemasan biasa adalah mereka tidak merasa sulit untuk bicara dengan orang yang dikenal. Gangguan ini juga bisa terjadi akibat adanya kekerasan fisik, emosional, atau seksual, riwayat keluarga dengan selective mutism atau fobia sosial, lalai mengajak sosialisasi sejak dini, kepribadian sangat pemalu, atau memang mengalami gangguan bahasa.[1]

Diagnosa

Menurut DSM 5, kriteria untuk menegakkan diagnosa bisu selektif adalah:

  • Kegagalan yang konsisten saat harus berbicara di situasi sosial tertentu, pada saat seharusnya seseorang bicara, sementara dalam situasi sosial lainnya kemampuan tersebut muncul lagi
  • Terganggunya raihan akademis atau kemampuan komunikasi sosial
  • Durasi gangguan terjadi setidaknya selama 1 bulan (tidak mesti 1 bulan pertama di sekolah)
  • Gangguan tidak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau kenyamanan dengan perbedaan bahasa yang harus digunakan dalam situasi sosial tertentu
  • Gangguan ini dipastikan tidak bisa dijelaskan dengan gangguan komunikasi lainnya (misalnya childhoodonset fluency disorder) dan bukan karena autisme, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya.[3]

Referensi