Leo Soekoto

Revisi sejak 12 September 2024 02.25 oleh Albert101032 (bicara | kontrib) (Biografi)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Mgr. Leo Soekoto, S.J. (23 Oktober 1920 – 30 Desember 1995) adalah Uskup Agung Jakarta dari 15 Agustus 1970 hingga meninggal dunia. Ia ditahbiskan sebagai pastor pada 22 Agustus 1953 dalam usia 32 tahun.

Yang Mulia

Leo Soekoto

Uskup Agung Jakarta
GerejaGereja Katolik Roma
Keuskupan agung
Jakarta
MetropolisJakarta
KeuskupanJakarta
Penunjukan21 Mei 1970
(49 tahun, 210 hari)
Awal masa jabatan
1 Juli 1970
(49 tahun, 251 hari)
Masa jabatan berakhir
30 Desember 1995
(75 tahun, 68 hari)
PendahuluAdrianus Djajasepoetra, S.J
PenerusJulius Riyadi Kardinal Darmaatmadja, S.J.
Jabatan lain
Imamat
Tahbisan imam
22 Agustus 1953
(32 tahun, 303 hari)
Tahbisan uskup
15 Agustus 1970
(49 tahun, 296 hari)
oleh Justinus Kardinal Darmojuwono
Informasi pribadi
Nama lahirLeo Soekoto
Lahir23 Oktober 1920
Jali, Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Hindia Belanda
Meninggal30 Desember 1995(1995-12-30) (umur 75)
Rumah Sakit Santa Elisabeth, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Makam1 Januari 1996
Girisonta, Karangjati, Ungaran, Jawa Tengah, Indonesia
KewarganegaraanIndonesia
DenominasiKatolik Roma
Orang tuaWongsosentono (ayah)
Soeratinah (ibu)
Jabatan sebelumnya
  • Rektor Seminari Tinggi Santo Paulus, Yogyakarta (1962–1966)
  • Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta (1966–1967)
  • Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta (1967–1970)
AlmamaterSekolah Filsafat Yogyakarta (1950)
Sekolah Teologi Belanda (1954)
Universitas Gregoriana Roma (1955)
SemboyanScio cui credidi
(Aku tahu kepada siapa aku percaya)[1]
LambangLambang Leo Soekoto

Sebagai Uskup Agung Jakarta, Mgr. Leo dikenal sangat dekat dengan umatnya. Setiap tanggal 1 Januari ia mempunyai kebiasaan mengadakan open house dan umat datang menemuinya untuk mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru. Sebagai Uskup dia juga dikenal galak dan tegas dalam memimpin.

Leo Soekoto meninggal pada Sabtu 30 Desember 1995 di RS Santa Elisabeth, Semarang akibat serangan kanker sumsum tulang belakang. Ia dimakamkan di areal pemakaman kompleks Rumah Retret Girisonta, Ungaran, Kabupeten Semarang, Jawa Tengah.

Biografi

Anak kedua dari tiga bersaudara, putra lurah Desa Gayamharjo, Wongsosentono dan Soeratinah. Pada masa kecilnya suka menggembalakan kambing. Semasa sekolah di HIS, terbitlah niatnya menjadi pastor.

Setamat HIS, kemudian masuk Seminari Menengah di Jalan Code (sekarang Jalan Abubakar Ali) Yogyakarta selama 6 tahun. Setamat Seminari Menengah, masuk Serikat Jesus (SJ). Sebenarnya tahun 1943 sudah ada keinginan masuk Novisiat SJ di Girisonta, tetapi tertunda karena situasi perang di Indonesia. Karena itulah ia mulai dengan studi filsafat lebih dulu di Seminari Tinggi dan baru pada tanggal 7 September 1945 masuk Serikat Jesus di Girisonta. Masa Novisiatnya selesai pada tanggal 7 September 1947. Selama tahun 1947–1949 dijalaninya masa yuniorat dan studi filsafat tahun terakhir. Pada tahun 1950 diperoleh kesempatan untuk belajar teologi di Maastricht, Belanda selama empat tahun. Ditahbiskan menjadi pastor di Maastricht, pada tanggal 22 Agustus 1953.

Setelah ditahbiskan ia masih harus menyelesaikan tahun terakhir studi teologi dan masa Novisiat tahun ketiga. Tahun 1955 dilanjutkanlah studinya di Universitas Gregoriana Roma, di bidang moral.

Tahun 1958 kembali ke Indonesia. Pada tahun 1960 ia ditunjuk sebagai dosen teologi moral dan hukum Gereja di Seminari Tinggi Santo Paulus Yogyakarta. Dua tahun kemudian tepatnya tanggal 29 Juni 1962, ditunjuk menjadi Rektor Seminari Tinggi Yogyakarta, yang kini bernama Institut Filsafat-Teologi.

15 November 1966 dipanggil ke Jakarta untuk mendampingi Uskup Agung Jakarta, Adrianus Djajasepoetra, sebagai Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta. Tanggal 25 November 1967 diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta merangkap Pastor Paroki Blok B Kebayoran Baru.

Tanggal 25 Mei 1970 diterima pemberitahuan dari Sri Paus mengenai pengangkatannya menjadi Uskup Agung Jakarta. Pada tanggal 1 Juli 1970 mulailah tugasnya sebagai Uskup Agung Jakarta dan baru pada tanggal 15 Agustus 1970 Romo Leo Soekoto SJ ditahbiskan menjadi Uskup Agung Jakarta, oleh Justinus Kardinal Darmojuwono di Istora Senayan Jakarta. Ketika pulang ke desanya, sebulan setelah upacara itu diselenggarakan, Mgr. Leo disambut dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Pada tahun yang sama, Mgr. Leo terpilih menjadi Sekretaris Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI).

17 Juli 1993 tugas penggembalaannya sebagai Uskup semakin berat. Bapa Suci menunjuknya sebagai Administrator Apostolik ad Nutum Sanctae Sedis untuk Keuskupan Bogor. Tugas rangkap dua Keuskupan ini dijalankannya sampai tanggal 23 Oktober 1994, saat Uskup Bogor yang baru, Mgr. Cosmas Michael Angkur OFM, ditahbiskan Uskup Bogor.

Memutuskan pensiun dari tugasnya sebagai Uskup Agung Jakarta tanggal 10 November 1995, Mgr. Leo kemudian tinggal di Girisonta, Jawa Tengah. Pada tanggal 30 Desember 1995, Mgr. Leo meninggal dunia pada usia 75 tahun, setelah memimpin KAJ selama 25 tahun.

Pemakaman

Mgr. Leo Soekoto dimakamkan di kompleks pemakaman imam Serikat Yesus komunitas Santo Stanislaus Kotska, Girisonta, Desa Karangjati, Ungaran, Jawa Tengah, pada 1 Januari 1996. Upacara pemakaman dipimpin oleh Provinsial Jesuit Indonesia (Pimpinan Ordo Serikat Jesus di Indonesia), Pastor CB Putranto SJ.

Sebelumnya Misa Requiem dilangsungkan di Gereja Katedral Semarang, dipimpin oleh Julius Kardinal Darmaatamadja, S.J. didampingi Mgr. Alexander Djajasiswaja (Uskup Bandung) dan Mgr. Cosmas Michael Angkur, O.F.M. (Uskup Bogor). Pada misa ini turut berkonselebrasi sejumlah uskup lain, yakni: Mgr. Herman Joseph Sahadat Pandoyoputro, O.Carm (Uskup Malang), Mgr. Johannes Sudiarna Hadiwikarta (Uskup Surabaya), Mgr. Paschalis Soedita Hardjasoemarta, M.S.C. (Uskup Purwokerto), Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM.Cap. (Uskup Padang), Mgr. Blasius Pujaraharja (Uskup Ketapang), Mgr. Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. (Uskup Ambon) dan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Pietro Sambi, serta 60 pastor.

Hadir pula Gubernur Jawa Tengah Soewardi dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Prof. Dr. J.B. Soemarlin.

Lambang Uskup Agung Jakarta

 
Lambang Uskup Leo Soekoto SJ

Mgr. Leo memilih lambang Uskup Agung Jakarta berupa perisai bergambar salib, yang di atasnya bertengger kepala singa sedang mengaum. Dua tangkai daun dan buah jali tersunting di kiri-kanan. Lalu selembar pita bertuliskan Scio Cui Credidi. Maknanya, kepala singa menggambarkan Leo Agung, Paus, dan sarjana gereja. "Pelindung dan penyelamat Kota Roma dari serangan bangsa-bangsa yang belum berkebudayaan." Pohon jali mengiaskan asal kelahiran sang uskup: Kampung Jali, Desa Gayamharjo. Kalimat di atas pita: "Aku tahu kepada siapa aku percaya."

Pendidikan

  • HIS, Yogyakarta (1937)
  • Seminari Menengah, Yogyakarta (1943)
  • SMA Hidup Rohani, Ungaran (1947)
  • Sekolah Filsafat, Yogyakarta (1950)
  • Sekolah Teologi, Belanda (1954)
  • Universitas Gregoriana Roma (1955)
  • Spiritualitas (Kerohanian) di Muenster, Jerman Barat (1955)
  • Hukum Gereja di Roma (1958)

Karier

  • Dosen Seminari Tinggi di Yogyakarta (1959–1966)
  • Rektor Seminari Tinggi Yogyakarta (1962–1966)
  • Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta (1966–1967)
  • Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta merangkap Pastor Paroki Blok B (1967–1970)
  • Uskup Agung Jakarta (1970–1995)
  • Sekretaris MAWI (1970)
  • Administrator Apostolik ad Nutum Sanctae Sedis untuk Keuskupan Bogor (1993–1994)

Referensi

Pranala luar

Jabatan Gereja Katolik
Didahului oleh:
Adrianus Djajasepoetra, S.J.
Uskup Agung Jakarta
21 Mei 1970 – 30 Desember 1995
Diteruskan oleh:
Julius Darmaatmadja, S.J.