Epilepsi fotosensitif
Epilespsi fotosensitif merupakan kondisi epilepsi yang dipicu oleh paparan cahaya lampu atau cahaya yang berkedip. Paparan cahaya berkedip pada intensitas tertentu dapat memicu kejang pada sekitar 2-14% pengidap epilepsi[1]. Kondisi dapat ddiagnosis dengan elektrosensafalogram EEG, namun tidak semua rasa tidak nyaman atau diseorientasi yang diakibatkan oleh cahaya yang berkedip atau berpola dapat dikategorikan sebagai gejala seseorang yang mengalami epilepsi fotosensitif[2].
Gejala
Gejala epilepsi fotosensitif mirip dengan jenis epilepsi lainnya, yakni dapat mengalami kejang jenis apapun, namun yang paling umum terjadi adalah kejang tonik-klonik. Selama kejang tonik-klonik seseorang akan mengalami peregangan pada otot-otot; otot-otot lengan, kaki, dan wajah terhentak dengan cepat; berteriak atau mengerang sebelum kehilangan kesadaran; beberapa diantaranya akan merespon dengan menggigit lidah; wajah terlihat pucat atau biru; serta mengalami kehilangan kontrol atas usus dan kandung kemih. Umumnya kondisi ini akan berlangsung dalam waktu kurang lebih 1-3 menit, di mana setelah itu seseorang akan mudah tersinggung, bingung, atau depresi[3].
Pemicu
Selain cahaya yang berkedip-kedip, kontras spasial tertentu juga dapat memicu kejang, seperti garis terang dan gelap dengan kontras tinggi dan pola-pola seperti “papan panah”, sektoral atau “roda berputar” . Semua jenis cahaya, baik yang bersifat alami maupun buatan dapat memicu gejala epilepsi bagi penderita epilepsi fotosensitif[4]. Faktor-faktor lainjuga dapat menjadi pemicu mulai dari kondisi mata saat stimulus terjadi; kontras atau kecerahan warna; kecepatan atau frekuensi gerakan atau pola (8-30 kedipan per detik; jarak dari pemicu cahaya; seryta warna dari pemicu (Contoh: warna merah lebih merangsang ketimbang warna biru)[5].
Pencegahan
Penderita epilepsi fotosensitif dapat melakukan beberapa cara untuk mencegah terjadi kejang. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan monitor atau tv bebas kedip, meningkatkan intensitas cahaya pada ruangan, atau menurunkan kecerahan layar. Penting pula untuk duduk dari jarak yang aman dari layar serta beristirahat setelah beberapa waktu memperhatikan layar. Pengidap epilepsi juga dapat mengenakan kacamata hitam terpolarisasi saat melakukan aktivitas di depan layar. Tidak lupa pula untuk menghindari faktor pemicu lain, seperti konser atau klub dengan lampu sorot.[6]
Peringatan pada beberapa media
Beberapa film telah memberikan beberapa peringatan khusus terkait efek yang dapat ditimbulkan efek kilatan cahaya pada tayangan film dapat memicu epilepsi fotosensitif. Ini merupakan respon dari kritik yang ditujukan pada Disney akibat strobo dan cahaya berkedip pada film The Incredibles 2[7]. Beberapa film Indonesia juga telah memberikan peringatan yang sama sebelum tayangan film, seperti pada film Pengabdi Setan 2[8].
Referensi
- ^ Poleon, Shervonne; Szaflarski, Jerzy P. (2017-03-01). "Photosensitivity in generalized epilepsies". Epilepsy & Behavior. 68: 225–233. doi:10.1016/j.yebeh.2016.10.040. ISSN 1525-5050.
- ^ Halodoc, Redaksi. "Epilepsi Fotosensitif Dapat Terjadi saat Nonton Film, Ini Penyebabnya". halodoc. Diakses tanggal 2024-11-18.
- ^ "Photosensitive epilepsy: Triggers, treatment, and lifestyle tips". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 2024-01-08. Diakses tanggal 2024-11-18.
- ^ "Photosensitive Epilepsy". epilepsynl.com. Diakses tanggal 2024-11-18.
- ^ "Epilepsi Fotosensitif, saat Kejang Dipicu Kilatan Cahaya". Hello Sehat. 2022-08-09. Diakses tanggal 2024-11-18.
- ^ Friedlander, Reuben (2018-06-07). "7 Ways to Prevent Photosensitive Epileptic Seizures". DIFFERENT BRAINS (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-18.
- ^ Halodoc, Redaksi. "Film Star Wars Bisa Picu Kejang, Ini Penjelasan Medisnya". halodoc. Diakses tanggal 2024-11-18.
- ^ "Mengenal Epilepsi Fotosensitif yang Diberi Flash Warning di Film Pengabdi Setan 2: Communion". SINDOnews Lifestyle. Diakses tanggal 2024-11-18.