Pengguna:Lim Natee/Bak pasir

Revisi sejak 7 Desember 2024 01.09 oleh Lim Natee (bicara | kontrib) (bak pasir wikilatih daring)

La Galigo, yang disebut sebagai epos terpanjang di dunia, ditulis dalam aksara Lontara dan menjadi saksi bisu dari penciptaan serta peradaban masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan sejak ratusan tahun lalu. Karya sastra ini mendapatkan pengakuan internasional dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), yang mencatatnya sebagai bagian dari ingatan kolektif dunia pada tahun 2011. La Galigo tidak hanya berfungsi sebagai naskah kuno, tetapi juga sebagai titik awal dan akar kecintaan masyarakat Sulawesi Selatan terhadap sastra.

Epos ini tidak sekadar berisi narasi kehidupan manusia dengan Sawerigading sebagai tokoh utama, tetapi juga menyajikan susunan kalimat yang indah dalam bentuk puisi. Diperkirakan berasal dari tradisi lisan abad ke-14, La Galigo terdiri dari penggalan frasa yang masing-masing terdiri dari lima suku kata, menjadikannya sebagai naskah sastra kuno atau puisi dalam bentuk sajak bersuku lima. Ditulis pada media daun lontar, banyak naskah La Galigo yang telah hilang seiring waktu. Sebelumnya, naskah ini tersebar di berbagai tempat dalam bentuk nyanyian, mantra, doa, dongeng, serta lagu pengantar tidur dan lagu-lagu yang digunakan dalam berbagai ritual dan tradisi. La Galigo terus direproduksi dalam tradisi lisan dari generasi ke generasi, menjaga keberlanjutan warisan budaya yang kaya ini.