Manipulasi internet

upaya mengambil alih teknologi digital internet untuk tujuan promosi, politik, militer
Revisi sejak 13 Desember 2024 15.10 oleh Herryz (bicara | kontrib)

Manipulasi internet (Inggris: internet manipulation) dapat diartikan sebagai upaya dalam menguasai atau mengambil alih teknologi digital daring termasuk algoritma dan bot sosial, yang tujuannya untuk suatu promosi, politik, sosial, militer, dan sebagainya.[1] Hal ini dekat hubungannya dengan sosial media atau jejaring sosial.

Algoritma

Berbagai konten telah banyak muncul di sosial media, dan hal ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak dengan menggunakan jejaring sosial dan mesin pencari untuk mengumpan dan menyesuaikan konten yang ingin dilihat atau dicari pengguna. Manipulasi algoritma salah salah satu media yang digunakan untuk mengatur konten yang dapat dicari oleh pengguna internet.[2] Namun, algoritma juga dapat mencegah pengguna melakukan pencarian terhadap suatu sudut pandang dan konten. Hal ini akhirnya menimbulkan ruang gema atau gelembung filter, pengguna semakin yakin pada apa yang dia inginkan sebelumnya.[3] Ruang gema dapat diartikan sebagai fenomena sosial yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang untuk memperkuat opininya dan dapat mengarahkannya menjadi lebih ekstrem terhadap opini tersebut.[4]

Dampak

Noam Chomsky, seorang ahli linguistik dan pakar politik asal Amerika Serikat berpendapat bahwa sosial media menjadi wadah yang dapat digunakan seseorang untuk memengaruhi opini publik guna mendukung gagasannya. Pengaruh yang dilakukan yakni dengan menerbitkan pendapat dan pandangan yang dianggap sangat kuat.[5] Chomsky berpendapat bahwa manipulasi ini dapat mengalihkan perhatian masyarakat terhadap isu-isu penting. Ketika manipulasi ini dilakukan secara berkelanjutan dan tidak proporsional, maka kemampuan masyarakat untuk terlibat dalam diskusi yang substansial akan terhambat.[5]

Selain itu, Chomsky juga berpedapat bahwa manipulasi ini berdampak pada keragaman persfektif publik yang tidak sehat. Misalnya, sebuah media hanya terpusat pada beberapa perusahaan besar demi kepentingan ekonomi dan politik, maka perbedaan pendapat dan suara-suara minoritas akan terabaikan.[5] Dampak lain dari manipulasi ini yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap berita di sosial media. Jika hal ini terjadi, maka masyarakat akan skeptis terhadap isu-isu yang beredar, sekalipun jika hal tersebut adalah sebuah informasi yang sangat penting.[5]

Referensi

  1. ^ Woolley, Samuel; Howard, Philip N. (2019). Computational Propaganda: Political Parties, Politicians, and Political Manipulation on Social Media. Oxford University Press. ISBN 978-0190931414. 
  2. ^ "Dianggap Berbahaya, 4 Alasan Media Sosial Harus Dipisahkan Dengan E-Commerce". www.metrotvnews.com. Diakses tanggal 13 Desember 2024. 
  3. ^ Sacasas, L. M. (2020). "The Analog City and the Digital City". The New Atlantis (dalam bahasa Inggris) (61): 3–18. ISSN 1543-1215. JSTOR 26898497. Diakses tanggal 10 Desember 2024. 
  4. ^ "Memahami Echo Chamber atau Ruang Gema dalam Media Sosial". kumparan.com. 23 Agustus 2023. Diakses tanggal 10 Desember 2024. 
  5. ^ a b c d Ardiansyah (3 Juni 2023). "Manipulasi Media, Pengaruh dan Dampaknya". geotimes.id. Diakses tanggal 12 Desember 2024.