Octavia Dingss (lahir 16 Oktober 1992) adalah seorang artis, fotografer dan seniman. Dalam bidang seni fotografi Dingss dikenal melalui genre self-portrait atau potret diri. Perjalanan Dingss sebagai seniman dimulai sejak usia 13 tahun, saat ia pertama kali mengeksplorasi potensi diri dibidang ini. Dedikasi yang kuat dalam mengeksplorasi seni visual telah menjadikannya inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang tertarik pada dunia fotografi.[2]

Octavia Dingss
LahirOctavia Dingss
16 Oktober 1992 (umur 32)
Pulau Bengkalis, Riau, Indonesia
Tempat tinggalIndonesia
PekerjaanArtis [1], Seniman
Tinggi167 cm (5 ft 6 in)
Orang tua
  • Eng Di (bapak) Hun Jae (ibu)

Dingss dikenal melalui karya potret dirinya yang mengangkat tema refleksi emosional dan filosofis.[3] Karya-karyanya sering kali menggambarkan kisah pribadi dan pengalaman emosional.

Kehidupan awal

Dingss Lahir pada 16 Oktober 1992, di Pulau Bengkalis, Bengkalis, Riau, Indonesia.[2] Ia memiliki latar budaya yang beragam, yaitu gabungan dari keturunan Fujian-Tiongkok, Sino-Tibet, dan Eropa. Pada usia 12 tahun, Dingss mengganti namanya menjadi "Octavia Dingss," sebagai bagian dari perubahan pribadi dan artistiknya.[4] Keputusan ini mencerminkan upayanya dalam membangun identitas baru sebagai seorang seniman. Octavia Dingss tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan keragaman bahasa, hal ini membuat Dingss menguasai beberapa bahasa, termasuk Hok Kien, Sino-Tibet, Melayu, dan Indonesia.[5] Warisan leluhur Fujian yang Dingss terima melalui cerita neneknya juga memberikan pengaruh mendalam terhadap karya seni dan pemikirannya.

Perjalanan Hidup

Dingss telah melalui serangkaian peristiwa yang membentuk dirinya, termasuk tiga pengalaman mendekati kematian atau biasa disebut mati suri. [4] Pengalaman ini membawa transformasi besar dalam pola pikir dan gaya Dingss. Setelah peristiwa mati suri, ia mulai mengubah pola makannya dari vegetarian selama 15 tahun menjadi non-vegetarian.[2] Menurutnya, keputusan ini didasarkan pada intuisi dan bimbingan dari entitas spiritual yang ia yakini.[4]

Karya Seni

Dingss mulai mengeksplorasi potret diri sejak usia 13 tahun.[4] Ia menggunakan berbagai jenis kamera, termasuk kamera analog, Polaroid, mirrorless hingga digital.[5] Karyanya berfokus pada tema alam, identitas, transformasi, dan eksistensi. [4]

Referensi