Kabupaten Bangli

kabupaten di Provinsi Bali, Indonesia

Kabupaten Bangli (aksara Bali: ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli) adalah kabupaten di provinsi Bali yang terletak di bagian timur dan utara pulau Bali. Ibukotanya berada di Kota Bangli. Kabupaten Bangli adalah satu-satunya wilayah kabupaten di Bali yang tidak memiliki wilayah laut atau berbatasan dengan lautan.[5] Jumlah penduduk kabupaten Bangli adalah 258.146 jiwa pada 2023 menjadikanya kabupaten dengan jumlah penduduk paling sedikit ke-2 di Bali setelah Klungkung. Luas kabupaten Bangli adalah 519,00 km².[2] Perekonomian Kabupaten Bangli terkonsentrasi pada Objek wisata di daerah ini, antara lain adalah wisata Danau Batur di Kintamani.

Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
Transkripsi bahasa daerah
 • Aksara Bali
Alfabet Bali
ᬩᬗ᭄ᬮᬶ
Baṅli
Lambang resmi Kabupaten Bangli ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli
Julukan: 
Gumi Loloh · Gumi Danu · Gumi Batur
Motto: 
Bhūkti mūkti bhākti
(Sanskerta) Pengabdian dengan berbakti kepada Tuhan dan tanah air demi tujuan masyarakat adil dan makmur secara lahir (bhukti) maupun batin (mukti)
Peta
Peta
Kabupaten Bangli ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli di Kepulauan Sunda Kecil
Kabupaten Bangli ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
Peta
Kabupaten Bangli ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli di Indonesia
Kabupaten Bangli ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
(Indonesia)
Koordinat: 8°17′00″S 115°19′58″E / 8.28325°S 115.33278°E / -8.28325; 115.33278
Negara Indonesia
ProvinsiBali
Tanggal berdiri14 Agustus 1958
Dasar hukumUndang-Undang Nomor 69 Tahun 1958
Ibu kotaKota Bangli
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiSang Nyoman Sedana Arta
 • Wakil BupatiI Wayan Diar
 • Sekretaris DaerahIda Bagus Gde Giri Putra
 • Ketua DPRDI Ketut Suastika
Luas
 • Total490,71 km2 (189,46 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[2]
 • Total258.146
 • Kepadatan530/km2 (1,400/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 98,73% Hindu
  • 0,99% Islam
  • 0,11% Buddha
  • 0,02% Konghucu[2]
 • BahasaBali, Indonesia
 • IPMKenaikan 71,99 (2023)
tinggi[3]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
5106 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 366
Pelat kendaraanDK
Kode Kemendagri51.06 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 1.118.895.723.344,-[4]
PADRp 120.500.000.000,00-[4]
DAURp 584.470.785.000,00- (2019)
Situs webbanglikab.go.id

Puncak tertingginya adalah Gunung Batur di Kintamani dengan ketinggian 1.717 m (5.633 ft).

Bangli memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang relatif rendah, yaitu berkisar antara 15–30°C. Suhu di Kabupaten Bangli semakin dingin ke arah Utara.

Asal-usul

Menurut Prasasti Pura Kehen yang tersimpan di Pura Kehen, diceritakan bahwa pada abad ke-11 di Desa Bangli berkembang wabah penyakit yang disebut kegeringan yang menyebabkan banyak penduduk meninggal. Penduduk lainnya yang masih hidup dan sehat menjadi ketakutan setengah mati, sehinnga mereka berbondong-bondong meninggalkan desa guna menghindari wabah tersebut. Akibatnya Desa Bangli menjadi kosong karena tidak ada seorangpun yang berani tinggal di sana.

Raja Ida Bhatara Guru Sri Adikunti Ketana yang bertahta ketika itu berusaha mengatasi wabah tersebut. Setelah keadaan pulih kembali, sang raja yang bertahta pada tahun Caka 1126, tanggal 10 Tahun Paro Terang, Hari Pasaran Maula, Kliwon, Chandra (senin), Wuku Klurut tepatnya pada tanggal 10 Mei 1204, memerintahkan kepada putra-putrinya yang bernama Dhana Dewi Ketu agar mengajak penduduk kembali ke Desa Bangli guna bersama-sama membangun dan memperbaiki rumahnya masing-masing sekaligus menyelenggarakan upacara/yadnya pada bulan Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Kadasa, Yjahstha dan Sadha. Disamping itu, raja juga memerintahkan kepada seluruh penduduk agar menambah keturunan di wilayah Pura Loka Serana di Desa Bangli dan mengijinkan membabat hutan untuk membuat sawah dan saluran air. Untuk itu pada setiap upacara besar penduduk yang ada di Desa Bangli harus melakukan persembahyangan.

Pada saat itu juga, tanggal 10 Mei 1204, Raja Idha Bhatara Guru Sri Adikunti Katana mengucapkan pemastu yaitu:

“Barang siapa yang tidak tunduk dan melanggar perintah, semoga orang itu disambar petir tanpa hujan atau mendadak jatuh dari titian tanpa sebab, mata buta tanpa catok, setelah mati arwahnya disiksa oleh Yamabala, dilempar dari langit turun jatuh ke dalam api neraka”.

Bertitik tolak dari titah-titah Sang Raja yang dikeluarkan pada tanggal 10 Mei 1204, maka pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Bangli.[6]

Sejarah

Kerajaan Bangli adalah kerajaan yang didirikan setelah kejatuhan Majapahit, setelah Dewa Agung Ketut, Raja dari Kerajaan Bali, Susuhan Gumi Bali lan Lombok (penguasa Bali dan Lombok) membagi kerajaannya dalam kerajaan-kerajaan vasal. Bangli diberikan status baru sebagai panegara atau kerajaan vasal di bawah pusat pemerintahan langsung Kerajaan Gelgel dengan pengangkatan I Gusti Wija Pulada sebagai Anglurah di Bangli pada Soma Julungwangi, Sasih Kesanga Penanggal ping 9 Caka 1375 (14 Maret 1453).[7]

Bangli sebagai sebuah kerajaan yang berdaulat lepas dari kekuasaan Gelgel pada tahun 1686, ketika terjadi pemberontakan I Gusti Agung Maruti di Gelgel. Puri Bangli sebagai pusat kota kerajaan Bangli sendiri mulai didirikan I Dewa Gde Bencingah sekitar tahun 1576 Masehi, setelah I Gusti Peraupan dikalahkan Tamanbali dan Nyalian.[8]

Berdasarkan lontar yang ada di Puri Agung Bangli dan Raja Purana Batur, kerajaan Bangli dibangun oleh I Dewa Gede Den Bencingah, sekitar abad Ke 15 atau sekitar tahun 1600-an M, dan beliau beristana di Puri Rum (yang sekarang berlokasi di Lingkungan Puri Agung Bangli dekat dengan titik 0 Kota Bangli). Beliau merupakan putra tertua dari I Dewa Gede Anom Oka yang merupakan raja di kerajaan Bhresika (Nyalian, Klungkung) dengan permaisuri Dewa Ayu Mas Dalem.[9]

Sebelum membangun kota di hutan Jarak Bang, yang sekarang diberi nama Bangli, I Dewa Gede Anom Oka bersabda kepada I Dewa Gede Den Bencingah, sbb. : "Duhai putraku, engkau yang tertua, kuperintahkan kini untuk membangun istana/kutha (kota) tiada lain di hutan Jarak Bang. Dahulu kakekmu berburu burung perkutut disana. Kemudian bila telah menjadi suatu daerah, berikanlah nama Bangli, dan engkau menjadi raja disana. Wilayahmu yakni : di sebelah Barat sungai Melangit. Himpunlah rakyat sampai Barat Laut, dan Timur ke Utara sampai daerah pegunungan. Ada juga pesan ayahanda kepada Ananda, dirikanlah Parahyangan bagi sthana para Dewa, dan sthana untuk Betara Toya Mas Arum. Adapun bentuk parahyangannya : Meru tingkat sebelas, Meru tingkat sembilan, dan Meru tingkat tujuh. Dan sthana Betara Toya Mas Arum adalah Gedong (Pura Penataran Agung Bangli). Upacara piodalannya adalah pada hari Purnama sasih Karo, dengan sarana persembahan : Kerbau, Pulakerthi, dari rakyat dan sekehe teruna, menghaturkan Dangsil dan Jerimpen masing-masing. Prebekel semuanya menghaturkan Daksina, beserta uang sesantun sejumlah 192 kepeng dan langsung dipersembahkan kepada Ida Betara. Pada Catur Dasi Sukla, kerbaunya lalu disemblih, pala kiwanya (paha kirinya) diberi kain kotak-kotak hitam-putih (poleng) diletakan di atas jempana. Setelah selesai membuat olahan lalu Kepala Desa menyuarakan "Tegteg Agung" (pejenengan / kulkul agung). Yadnya dilaksanakan sesuai tata upacara : Pala Kiwa dan Pulakerthi dibawa mengelilingi pura tiga kali, serta diiringi jerimpen di belakang, yaitu : jerimpen dari Prebekel, jerimpen sekehe teruna, kemudian metabuh arak-berem, kemudian kembali masuk ke Pura.

Pendeta Siwa, Budha mepuja, mastungkara kehadapan Hyang Makulun ( Tuhan ). Besoknya para Punggawa (Camat) mempersembahkan daksina, tapakan serta uang 527 kepeng, seluruhnya dipersembahkan kehadapan Ida Betara, lalu para Punggawa bersembahyang dengan bunga dua kali, kwangi satu kali. Kwangennya dengan uang 11 kepeng. Setelah itu para Punggawa keluar sambil membawa salaran dan masakarura. Berselang tiga hari setelah karya, hendaknya Ananda memerintah rakyat semuanya menghaturkan sajen canang, serta mebawa sibuh lalu bersembahyang. Kemudian kepada rakyat seluruhnya diberikan beras dari pulakerthi dan tirta kekuluh. Beritahu bahwa beras pulakerthi itu sampai di rumah supaya dipakai bubur, lalu ditempatkan pada takir ditambah air cendana. Setelah itu supaya dibawa ke sawah masing-masing, dan dihaturkan di pengalapan, dengan sesirat tirta kekuluh. Doanya adalah : "Singgih Betara Toya Mas Arum. Iratu micayang pengelanus, asing tandur titiang mangda becik mupu". Kepada para Punggawa semuanya diberitahukan pula agar membuat Parahyangan : Gedong tingkat tiga, tingkat satu, dan piodalannya jatuh pada bulan Purnama, sasih Kawulu". Demilkianlah wejangan ayahandanya, kemudian berangkatlah beliau menuju hutan Jarak Bang.

Sesuai titah Ayahndanya, I Dewa Gede Den Bencingah mulai menata hutan Jarak Bang bersama masyarakatnya, serta membuat istana yang diberi nama Puri Rum sebagai pusat pemerintahannya. Wilayah mulai dikembangkan, hingga memjadi seperti Bangli pada saat ini.

Masuknya belanda ke Bali masa awal 1800 M, memulai membuat perubahan besar terhadap keberadaan kerajaan kerajaan di Bali.

Pada tanggal 26 April 1849, Raja Bangli mengajukan peremohonan kepada Jend. Michiels agar diberi kekuasaan untuk menguasasai wilayahnya yang dikuasai oleh kerajaan Buleleleng, Karangasem, Mengwi dan Gianyar.

Tanggal 25 Juni 1849, Raja Bangli I Dewa Gede Tangkeban dinobatkan dan diberi wilayah kekuasaan oleh Belanda untuk memerintah Buleleng selain Bangli. Dan Pada tanggal 15 Pebruari 1854, mengembalikan wilayah Buleleng kepada Belanda. Hal ini dilakukan agar Raja Bangli lebih berkonsentrasi mengamanakan wilayah kerajaannya dari serangan Raja Gianyar dan Karangasem.

Pemerintah Hindia Belanda mulai mengintervensi kekuasaan raja raja di Bali. Setelah terjadinya Puputan Badung 1906 dan Puputan Klungkung 1908, pada tahun 1909, kerajaan Bangli menyatakan tunduk kepada Belanda sehingga kerajaan Bangli merupakan kerajaan yang terakhir di Bali menyatakan tunduk pada Belanda. Saat itu akhirnya Bali secara menyeluruh dapat dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pada Tanggal 29 Juni 1938, pada hari raya Galungan dilangsungkan upacara sumpah jabatan kepada kedelapan Kepala Pemerintahan Swapraja di Pura Besakih. Dan pada tanggal 1 Juli 1938, Bali dibagi menjadi delapan distrik (sejajar dengan keberadaan kerajaan kerajaan sebelumnya), yaitu Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem, yang merupakan cikal bakal Asta Negara di bali.

Pemerintahan

Bupati

No Bupati Mulai jabatan Akhir jabatan Wakil Bupati
10   Sang Nyoman Sedana Arta 26 Februari 2021 Petahana   I Wayan Diar


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bangli dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[10] 2019–2024[11] 2024–2029[12]
Gerindra 3   1   1
PDI-P 13   16   20
Golkar 5   6   5
NasDem 0   2   2
Hanura 2   1   0
Demokrat 4   3   2
PKPI 3   1
Jumlah Anggota 30   30   30
Jumlah Partai 6   7   5

Kecamatan

Kabupaten Bangli terdiri dari 4 kecamatan, 4 kelurahan, dan 68 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 264.945 jiwa dengan luas wilayah 490,71 km² dan sebaran penduduk 540 jiwa/km².[13][14]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bangli, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
51.06.02 Bangli 4 5 Desa
Kelurahan
51.06.04 Kintamani - 48 Desa
51.06.01 Susut - 9 Desa
51.06.03 Tembuku - 6 Desa
TOTAL 4 68

Demografi

Suku bangsa

 
Tari Topeng di Bangli, tahun 2015
 
Penglipuran

Sebagian besar suku penduduk yang ada di Bangli adalah suku Bali, dan Bali Aga. Sementara suku lainnya lebih sedikit, jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di provinsi Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 207.779 jiwa atau 96,48% dari 215.353 jiwa penduduk kabupaten Bangli adalah suku Bali.[15] Kemudian suku Bali Aga sebanyak 2,18%, dan beberapa lainnya seperti suku Jawa, Sasak, Madura, dan beberapa suku lainnya.[15]

Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Bangli berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010:[15]

No Suku Jumlah
(2010)
%
1 Bali 207.779 96,48%
2 Bali Aga 4.702 2,18%
3 Jawa 1.658 0,77%
4 Madura 236 0,11%
5 Sasak 101 0,05%
6 Sunda 88 0,04%
7 Tionghoa 66 0,03%
8 Suku lainnya 723 0,34%
Kabupaten Bangli 215.353 100%

Agama

Mayoritas penduduk Bangli menganut agama Hindu. Jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di provinsi Bali, penduduk Bangli beragama Hindu lebih dominan, sementara penduduk dengan agama lain lebih sedikit. Data Kementerian Dalam Negeri pertengahan tahun 2023, penduduk yang menganut agama Hindu sebanyak 98,73%. Selebihnya menganut agama Islam sebanyak 0,99%, kemudian Kekristenan sebanyak 0,15%, agama Buddha sebanyak 0,11% dan Konghucu sebanyak 0,02%.[2][16][17]

Kesehatan

Rumah sakit

Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat
1 5106014 RS Umum Daerah Bangli RSUD B Jl. Brigjen Ngurah Rai № 99X, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80614
2 5106025 RS Jiwa Provinsi Bali RSK Jiwa A Jl. Kesumayudha № 29, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80661
3 5106026 RS Umum Bangli Medika Canti RSU C Jl. L.C. Subak Aya, Kelurahan Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80661

Pariwisata

 
Desa Penglipuran, objek wisata yang paling terkenal di Bangli dimana ada 1.Juta wisatawan yang berkunjung pada setiap tahunnya.
 
Pura Kehen Bangli.

Terdapat beberapa objek wisata di kabupaten Bangli, antara lain:

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 05-12-2018. 
  2. ^ a b c d "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 13 Februari 2024. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.bali.bps.go.id. Diakses tanggal 6 Januari 2024. 
  4. ^ a b "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 2018-07-06. 
  5. ^ "6 Fakta Menarik Kabupaten Bangli". id.berita.yahoo.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-18. Diakses tanggal 18 September 2021. 
  6. ^ info@banglikab.or.id. "Sejarah Bangli | Pemerintah Kabupaten Bangli". Web Kabupaten Bangli (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-23. Diakses tanggal 2018-10-23. 
  7. ^ Singgih, I Nyoman (2003). Bangli Tempo Doeloe. Yayasan Wikarman Bangli. 
  8. ^ "Bangli, kerajaan / Bali – kab. Bangli". Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2014-05-09. Diakses tanggal 2019-05-13. 
  9. ^ Unknown (Kamis, 23 Oktober 2014). "Puri Agung Bangli: Sejarah Puri Agung Bangli". Puri Agung Bangli. Diakses tanggal 2022-08-16. 
  10. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Bangli 2014-2019
  11. ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Bangli 2019-2024
  12. ^ Swasrina, Dayu (03-05-2024). "KPU Bangli Tetapkan Calon Anggota Terpilih DPRD Bangli". balipost.com. Diakses tanggal 14-05-2024. 
  13. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  14. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  15. ^ a b c "Peta Sebaran Penduduk Menurut Suku Bangsa Provinsi Bali" (pdf). bali.bps.go.id. 15 Januari 2015. hlm. 9, 11. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 24 September 2022. 
  16. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Bangli". Badan Pusat Statistik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-08. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  17. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 2021-09-18. 

Pranala luar