Tacca palmata

Revisi sejak 31 Desember 2024 09.00 oleh RenFZ20 (bicara | kontrib) (Mengedit artikel)

Tacca palmata adalah spesies tumbuhan dari famili Dioscoreaceae yang tumbuh di bioma beriklim tropis basah yang tersebar mulai dari Indo-China hingga kawasan Malesia dan Kepulauan Caroline (Palau). Pada tahun 1827, Carl Ludwig Blume memperkenalkan nama ilmiah untuk spesies ini.[1][2]

Tacca palmata Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoDioscoreales
FamiliDioscoreaceae
GenusTacca
SpesiesTacca palmata Edit nilai pada Wikidata
Blume, 1827

Beberapa nama daerah untuk spesies ini adalah gadung tikus (Indonesia), kemendulan, ceker ayam, trenggiling mentik (Jawa), kotok bongkok (Sunda), tobitoan (Madura), keladi murai (Malaysia), payung-payungan (Tagalog, Filipina), khot din (Thailand). Adapun, beberapa sinonimnya yakni Tacca montana Rumph (1747), Tacca vesicaria Blanco (1837), Tacca rumphii Schauer (1843).[3][4]

Sebaran Geografi

Penyebaran spesies ini di Asia Tenggara dimulai dari Malaysia kemudian ke barat sampai ke Afrika Barat lalu ke timur sampai ke pulau- pulau di Pasifik. Di Indonesia, spesies tersebar di seluruh Jawa dari Jawa Barat (Pelabuhan Ratu), Jawa Tengah (Banyumas, Pekalongan, Jepara, dan Rembang), Jawa Timur (Kediri).[4]

Habitat

Bagian atas masak lebih dulu. Tumbuh di daerah vegetasi sekunder, di tepi - tepi hutan dan belukar, hutan jati, serta hutan desa. Dapat tumbuh di ketinggian 700 m dpl.[3]

Morfologi

Spesies ini tergolong terna tahunan dengan kebiasaan membentuk bonggol berbentuk umbi. Ketinggian spesies ini dapat mencapai ukuran 20 – 75cm.

Bagian dalam umbi berwarna kuning, sedangkan bagian luar berwarna putih.

Daun

Daun soliter, tangkai daun keras dan keluar dari rimpang dengan bentuk silinder, panjang, licin, hijau sampai hijau keabuan dengan banyak bintik - bintik berwarna hijau pucat. Helaian daun terbelah menjadi tiga. Di tengah helaian daun ada umbi coklat tua gelap yang kasar berbintil - bintil. Anak daun melanset dengan banyak lekukan pada pinggir daunnya. Panjang tangkai daunnya 12 – 50cm; helai daun terbelah menjadi 5 – 7 bagian dengan diameter 15 – 20cm, tipis.[3][4][5]

Bunga

Bunga soliter, tumbuh dari umbinya ketika daun dorman, gagang perbungaan silindris, licin, panjang. Warna bunga hijau mengilat, berbintik - bintik hijau muda. Bunga berbentuk tongkol, pipih, dengan apendiks berwarna merah muda. Bunga jantan terletak di bawah apendiks dan bunga betina terletak di bagian basal perbungaan. Buah buni, silinder sampai bulat telur, merah cerah, biji 2 - 3.[3]

Perbungaan tegak, keluar dari rimpang, bentuk payung, bertangkai keras dan dilengkapi dengan dua helai daun pelindung, yaitu 2 helai tidak bertangkai dan 2 helai lainnya bertangkai; tiap perbungaan berisi 8 – 25 kuntum bunga; tangkai bunga warna kuning kehijau-hijauan; perhiasan bunga berwarna coklat keungu-unguan. Buah membulat kecil, berwarna merah cerah.[4]

Bunga berdiameter 1-1,2cm, berwarna ungu kecokelatan. Buah Buah berdaging, merah cerah saat matang, bergaris, hingga selebar 1cm.[5]

Braktea involukral 4, menyirip; pasangan luar lonjong, sessile, 3–6 x 3–5cm, pasangan dalam lonjong lebar atau berbentuk hati, petiolate, 5–7 x 3,5–5cm. Tangkai daun sepanjang 1,5–2cm. Braktea tidak ada. Tangkai bunga sepanjang 1–2 cm. Bunga 6–17 x 5–10 mm, hijau hingga ungu tua. Perianth berlobus 6; 3 lobus luar berbentuk oval, 2–6 x 2,5–6 mm; 3 lobus dalam 3–5 x 2–4 mm. Benang sari berwarna kehijauan. Ovarium 2–5 x 1–4 mm. Buah bulat dengan diameter hingga 1 cm. Biji lebih atau kurang berbentuk piramida, 3–5 x 2–4 mm dan tebal 2–3 mm.[6]

Peristiwa Pembungaan

T. palmata berbunga pada bulan Desember-Januari, Maret-April, dan Agustus-Oktober. Tumbuhan ini hanya menghasilkan satu perbungaan pada satu waktu per lokasi.


Selubung bunga bagian luar tergolong refleks, sedangkan bagian dalamnya tetap tegak dan melengkung dengan ujung-ujungnya menempel. Selubung bunga akan tertutup pasca antesis.

Spesies ini tidak memiliki daun tangkai.

Namun, di T. palmata bracts berwarna hijau dan persisten pasca antesis. Infruktesensi T. palmata tetap tegak dan buahnya bulat hingga bulat telur dengan rusuk yang lemah. Buah T. leontopetaloides T. palmata berubah menjadi hijau menjadi kuning dan hijau menjadi merah tua mengilap, masing-masing saat matang. Perbungaan T. borneensis, T. havilandii, dan T. palmata masing-masing menghasilkan hingga 25, 12, dan 23 bunga per perbungaan. Jumlah bakal biji bervariasi dari 8 (T. palmata).[7]

Hasil menunjukkan bahwa buah T.palmata berbentuk bulat dan berwarna merah terang, serta biji berbentuk tidak beraturan seperti kerikil dan berwarna coklat gelap. Kadar air T.palmata setelah desikasi hampir sama dengan kadar air awal (14.58%) yaitu14.55% dan mengalami kenaikan setelah disimpan dengan kelembaban terkontrol yaitu menjadi 36.61%. T.palmata berkecambah dengan tipe kecambah hypogeal.Daya berkecambah T.palmata setelah desikasi yaitu 38.46% dan tidakj auh berbeda dengan daya kecambah awal yaitu 46.67%, sedangkan setelah disimpan dengan kelembaban terkontrol,daya kecambah P.palmata naik dua kali lipat yaitu 76.92%.Sehingga dapat disimpulkan bahwa biji T.palmata toleran terhadap desikasi dan bersifat ortodoks. T.palmata merupakan tanaman bawah yang banyak ditemukan di hutan sekunder. T.palmata menghasilkan satu tandan buah dalam setiap musimnya dan setiap tandan buahnya berisi 7-23 buah.Buah berwarna merah terang saat masak dan setiap buah berisi 7-16 biji yang berbentuk tidak beraturan dan berwarna hitam kecoklatan. Biji T.palmata berkecambah dengan tipe hipogeal.Hasil uji 100 seeds test menunjukkan bahwa biji T.palmata toleran terhadap desikasi sehingga termasuk ke dalam biji ortodoks sehingga dapat disimpan dalamj angka waktu yang lama dalam bank biji.Jangka waktu simpan biji T.palmata ini perlu diteliti lebih lanjut agar ketersediaannya sebagai bahan perbanyakan dapat terjaga.Perbanyakan yang mudah dengan ketersediaan biji yang baik akan mendukung potensi T.palmata sebagai tanaman obat maupun tanaman hias pada masa yang akan datang.[8]

Tinggi tumbuhan 75 cm, bangun daun bulat atau bundar (orbicularis), ujung daun meruncing (acuminatus), tulang daun menjari (palminervis), warna daun hijau tua / pekat, daun pelindung 4 buah, jumlah bunga 8 - 25, warna bunga hijau.[9]

Herba yang hidup menahun ini memiliki ciri daun bertangkai panjang, dengan panjang tangkai daun 20 – 30 cm, helaian berbentuk bulat berukuran besar dengan pertulangan daun menjari dan tepi daun bertoreh 5 lekukan. Tanaman yang menyukai habitat ternaung ini dapat mencapai ukuran tinggi hingga 75 cm. Perbungaan bentuk payung muncul dengan daun pelindung lebar yang berdiameter 15 – 20 cm, mendukung bunga yang berwarna hijau keunguan. Tanaman ini dikenal dengan sebutan gadung tikus ini memiliki umbi yang tersimpan di dalam tanah. Umbi berbentuk bulat agak pipih, berdiameter 2 – 4 cm. Umbi tanaman ini dilaporkan dapat digunakan untuk mengobati luka dan bengkak, serta mengobati gigitan ular. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga tinggi sampai dengan 900 m dpl.[10]

Fungsi Ekologi

Sumber makanan dan habitat bagi berbagai hewan. Menyediakan habitat bagi berbagai jenis hewan, termasuk serangga, burung, dan mamalia kecil. Tumbuhan ini juga membantu menjaga kesuburan tanah dan mencegah erosi. Karakteristik memiliki umbi yang tebal dan berdaging yang dapat tumbuh hingga 1 m diameter. Daunnya besar dan berbentuk hati, dan tersusun dalam roset di bagian atas tumbuhan. Bunganya kecil dan berwarna hitam, dan tersusun dalam kelompok pada tangkai yang panjang.[11]

Pertumbuhan

Tanaman ini dalam daur hidupnya mengalami masa istirahat, yang pada masa itu tidak terlihat adanya bagian tumbuhan di atas tanah. Pada masa demikian tumbuhan ini memerlukan air banyak. Di Jawa tumbuh liar di hutan-hutan, di halaman rumah, di kebun – kebun, di bawah rumpun bambu, di hutan jati dan hutan sekunder campuran pada ketinggian 5 – 1000 m dpl, di tempat yang agak rindang (70 – 80 % naungan), Menyenangi tanah pasir bercampur humus dan tanah liat dengan pH sedikit asam dan gambut adalah media yang sesuai. Di daerah tropik dan subtropik, diperlukan suhu minimum 15oC, kelembaban udara dan tanah tinggi, subur, drainasi baik, tidak terlalu gelap akan tumbuh baik.[4]

Pemanfaatan

Kandungan kimia didapatkan pada batang dan rimpangnya yang mengandung zat pahit taccasin dan juga B-sitosterol serta ceryl alkohol."Rimpang (umbi) dimemarkan ditambah air kapur untuk obat wasir, rasa parutan pahit untuk obat perut, obat menstruasi tidak teratur, juga mengobati gigitan ular, lipan, menyembuhkan luka dan pereda nyeri/demam. Sedangkan batang yang dimemarkan diletakan di tali pusar untuk obat sakit perut.[4]

Referensi

  1. ^ "Tacca palmata". plantamor.com. Diakses tanggal 2024-12-27. 
  2. ^ "Tacca palmata Blume | Plants of the World Online | Kew Science". Plants of the World Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-29. 
  3. ^ a b c d AgroMedia, Redaksi (2008-01-01). Buku Pintar Tanaman Obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit. AgroMedia. ISBN 978-979-006-194-1. 
  4. ^ a b c d e f "Inilah Tanaman Gadung Tikus Obat Wasir, Sakit Perut, Menstruasi Tak Teratur Hingga Gigitan Ular". Tribunjateng.com. Diakses tanggal 2024-12-29. 
  5. ^ a b "NParks | Tacca palmata". www.nparks.gov.sg. Diakses tanggal 2024-12-29. 
  6. ^ "Tacca palmata Blume". www.worldfloraonline.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-29. 
  7. ^ Chua, Kek Shen; Borkent, Art; Wong, Sin Yeng (2020-02). "Floral biology and pollination strategy of seven Tacca species (Taccaceae)". Nordic Journal of Botany (dalam bahasa Inggris). 38 (2). doi:10.1111/njb.02594. ISSN 0107-055X. 
  8. ^ Wardani, Fitri Fatma; Mimin (2020). "Characterization of Fruit and Seeds and Identification of Tacca palmata Seed Storage Behavior Using the 100-seed Test Method". PROSIDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA. 6 (1): 577 – 582. doi:10.13057/psnmbi/m060117. 
  9. ^ Sakila, Lanita; Henri, Henri; Sajidin, Sajidin (2020-06-30). "PERSEBARAN DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI LENGKIR (Tacca leontopetaloides L. Kuntze) SEBAGAI SUMBER PANGAN DI PULAU BANGKA". EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 5 (1): 31–38. doi:10.33019/ekotonia.v5i1.1947. ISSN 2722-4171. 
  10. ^ Hadi, Susilo; Susandarini, Ratna; Marliana, Siti Nurleily; Eprilurahman, Rury; Yudha, Donan Satria; Asti, Hastin Ambar; Purnomo (2024-03-15). Keanekaragaman Flora Dan Fauna Daerah Aliran Sungai Pakerisan Kabupaten Gianyar. UGM PRESS. ISBN 978-602-386-161-3. 
  11. ^ Saputra, Dhira K.; Yanuwiadi, Bagyo; Pangudi, Suari Dwi; Andrimida, Anthon; Purnomo; Abdullah, Zulfikar; Makhardani, Maulanie; Rinjani, Adinda Kartika; Mulia, Ariij Trisna. Listrik dan Lestari : Perlindungan Biodiversitas di Kawasan Konservasi PLN Nusantara Power Pacitan. Citra Airiz Publishing. ISBN 978-623-5704-44-9.