Wikipedia:Bak pasir

Revisi sejak 10 Maret 2010 23.33 oleh Ai Nurhidayat (bicara | kontrib) (aku, rasio dan tuhan)

Aku Lebih suka mengamati diri sendiri, sebelum mengamati orang lain, dan mengamati keberadaan tuhan... "tuhan, malam ini kau berada dibawah rasio."

Rasio yang pada akhirnya membawa pada kejujuran, apakah kebertuhananku selama ini hasil perenungan atau hanya ikut-ikutan saja.

Seperti dalam wahyu, tuhan sendiri memberi manusia akal untuk menyadari kebertuhanannya itu. Ungkapan bahwa tuhan lebih dekat daripada tenggorokan, ungkapan tuhan bahwa dirinya tidak tergambarkan, ungkapan tuhan bahwa di satu sisi ia adalah maha penyayang-pengasih dan di sisi lain ia menyebutnya maha kuasa - maha segalanya. semuanya adalah isyarat, bahwa manusia tidak diperkenankan untuk takut mengenal tuhannya.

Ketika tuhan dianggap sakral dan tidak direnungkan, apalagi hanya mendengar penafsiran wahyu dari para ulama tentang keberadaanya, bagiku itu adalah wujud ketidakbertuhanan. karena ia tidak memiliki kebebasan pada dirinya untuk mengoptimalkan segala pemberian tuhan termasuk akalnya.

Opsi yang kuambil sebagai mahluk bertuhan, pada akhirnya menuntutku untuk bersikap lebih hati-hati dalam menilai tuhan, karena tuhan tidak hanya cukup diamini sekali seumur hidup. [Ai on fb]