Kota Padang

ibu kota Provinsi Sumatra Barat, Indonesia
Revisi sejak 13 April 2010 06.55 oleh Bluesatellite (bicara | kontrib) (+ disambiguasi)


Kota Padang adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini adalah pusat perekonomian, pendidikan, kesehatan dan pelabuhan di Sumatera Barat. Saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan (2006).

Kota Padang
Daerah tingkat II
Lambang resmi Kota Padang
Motto: 
Padang Kota Tercinta
Peta
Peta
Kota Padang di Sumatra
Kota Padang
Kota Padang
Peta
Kota Padang di Indonesia
Kota Padang
Kota Padang
Kota Padang (Indonesia)
Koordinat: 0°57′20″S 100°21′38″E / 0.95556°S 100.36056°E / -0.95556; 100.36056
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
Tanggal berdiri7 Agustus 1669
Jumlah satuan pemerintahanDaftar
Pemerintahan
 • BupatiFauzi Bahar
Luas
 • Total84,43 km² (fungsional kota) & 218,72 km2 hutan & pegunungan km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total799,736
 • Kepadatan5,133,50/km2 (13,295,7/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam, Kristen, Buddhisme, Konghucu
 • BahasaMinang, Indonesia
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1371 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0751
Kode Kemendagri13.71 Edit nilai pada Wikidata
Situs webhttp://www.padang.go.id/

Geografi

Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatra dan berada antara 0°44'00" - 1°08'35" LS serta antara 100°05'05" - 100°34'09" BT, 0°57′03″S 100°21′42″E / 0.950767°S 100.361567°E / -0.950767; 100.361567 (Balai Kota Padang).

Menurut PP No. 17 Tahun 1980, Luas Keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km²; atau setara dengan 1,65 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Dari luas tersebut lebih dari 60% nya yaitu ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, baru selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan.

Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah diantaranya yaitu Pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 38,6 km², Pulau Toran di kecamatan Padang Selatan seluas 25 km², dan Pulau Pisang Gadang seluas 21,12 km² juga di Kecamatan Padang Selatan. Daerah perbukitan membentang dibagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di Kota Padang antara lain, Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, Bukit Pegambiran, dll

Wilayah daratan Kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Sungai Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2003. suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 23°-32° C pada siang hari dan pada malam hari adalah antara 22°-28° C. Kelembabannya berkisar antara 78-81%.[1]

Kependudukan

Sejarah

Menurut tambo setempat, Padang didirikan oleh para perantau Minangkabau dari dataran tinggi (darek). Asal nama "Padang" konon berasal dari sebilah pedang (bahasa Minangkabau: padang) yang ditemukan di tempat ini oleh pemukim awal, bersama-sama dengan meriam kecil, pisau, dan serpihan porselin dengan tulisan la ilahaillallah. Cerita lain menyatakan bahwa nama Padang menunjukkan lapangan tempat kota ini berada. [2]

Pemukim pertama ini membuat perkampungan di pinggiran selatan Batang Arau di tempat yang sekarang bernama Seberang Padang. Dari sini mereka pindah ke utara mendirikan kampung-kampung baru. Semua kampung ini kemudian bergabung menjadi kenagarian Padang, yang juga dikenal sebagai Nan Delapan Suku.[3]

Seperti daerah rantau Minangkabau lainnya Padang pada awalnya berada di bawah Kerajaan Pagarruyung. Namun pada abad ke-16 Daerah Pesisir Minangkabau termasuk Padang telah berada di bawah kekuasaan Aceh. Menurut cerita setempat wilayah tersebut diserahkan oleh Besar Empat Balai (Majelis tertinggi di Kerajaan Minangkabau) kepada Kerajaan Aceh untuk membayar kesalahan raja Minangkabau pada raja Aceh[4]

 
Kota Padang zaman kolonial Belanda

Pada abad ke-17 Kota Padang berhasil ditemukan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Karena memiliki muara yang bagus dan besar VOC pun tertarik untuk membangun pelabuhan yang besar di Padang. Pada tahun 1667 VOC mendapat izin dari penghulu "Orang Kayo Kaciak" mendirikan Loji pertamanya di Padang[butuh rujukan]. Izin ini diberikan sebagai imbalan kepada VOC yang telah membantu penduduk setempat membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Aceh. Pendirian Loji ini memulai babak Penjajahan Barat di Kota Padang.

VOC lalu membangun Padang sebagai kota pelabuhan dan pemukiman baru. Kota Padang pun tumbuh menjadi kota bandar pelabuhan dan perdagangan yang ramai di pantai barat Sumatera. Bercongkolnya VOC di Kota Padang membuat masyarakat sekitar marah. Pada 7 Agustus 1669 merupakan puncak pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan Belanda. Loji-loji Belanda di Muaro, Padang berhasil dikuasai. Peristiwa tersebut diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang. Namun kemudian pergolakan itu berhasil dilemahkan VOC[butuh rujukan].

Pada 31 Desember 1799 seluruh kekuasaan VOC diambil alih pemerintah Belanda dengan membentuk pemerintah kolonial. Kota Padang dijadikan pusat kedudukan Residen dan pusat pemerintahan wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust yang meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli.

Berkas:Padang 1795.jpg
Padang tahun 1795

Pada 1 Maret 1906 lahir ordonansi yang menetapkan Padang sebagai daerah Cremente (STAL 1906 No.151) yang berlaku 1 April 1906.

Pada 9 Maret 1950, Padang dikembalikan ke tangan RI yang merupakan negara bagian melalui SK. Presiden RI Serikat (RIS), No.111 tanggal 9 Maret 1950.

Surat Keputusan Gubernur Sumatera Tengah No. 65/GP-50, tanggal 15 Agustus 1950 menetapkan Pemerintahan Kota Padang sebagai suatu daerah otonom sementara menunggu penetapannya sesuai UU No. 225 tahun 1948. Saat itu kota Padang diperluas, kewedanaan Padang dihapus dan urusannya pindah ke Walikota Padang. Pada 29 Mei 1958. Gubernur Sumatera Barat melalui Surat Keputusan No. 1/g/PD/1958 secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota propinsi Sumatera Barat.

Tahun 1975 secara de jure Padang menjadi ibukota Sumatera Barat, yang ditandai dengan keluarnya UU No.5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Kotamadya Padang dijadikan daerah otonom dan wilayah administratif yang dikepalai oleh seorang Walikota.

Arti Lambang

Lambang daerah kota Padang terdiri dari empat unsur simbol yaitu:

  1. Motto Padang Kota Tercinta yang berada dalam pita berwarna biru muda dengan huruf kuning.
  2. Bentuk dasar trapesium sama kaki dengan warna dasar merah.
  3. Profil Lumbung (Rangkiang) yang terpadu dalam bentuk: atap gonjong dua warna hitam, tiang rangkiang dengan penggada dan keris berwarna kuning, dinding rangkiang persegi hitam, kolong rangkiang persegi hitam.
  4. Gunung Padang berwarna biru.

Pengertian dari sudut bentuk

  1. Bentuk dasar trapesium sama kaki bertendens kerbau yang telah distilir (digayakan), melambangkan kewaspadaan atau perisai.
  2. Lumbung (rangkiang) melambangkan gudang segala-galanya, baik secara moril maupun materil, sebagai lambang keutuhan budaya Minang yang terkenal dengan Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah.
  3. Bidang persegi hitam di bawah lima garis gelombang adalah melambangkan landasan kuat tempat besrpijak Kota Padang secara abadi.
  4. Gunung Padang beserta laut, adalah monument alam yang abadi, dengan keindahan alam yang dibanggakan masyarakat Kota Padang sebagai kota pantai dengan lima deretan ombak samudera sebagai lambang dinamika kehidupan bangsa yang berazaskan Pancasila.
  5. Penggada melambangkan senjata asli masyarakat Minangkabau yang cukup ampuh dalam membela dan mempertahankan tanah air.
  6. Keris, melambangkan kehormatan dalam membela pusaka turun temurun (warih bajawek, pusako batolong, baitu adaik nan bapacik, tak lapuak dek hujan, tak lakang dek paneh).
  7. Pita dengan warna dasar biru muda melambangkan kecintaan, kekerabatan yang unik dan menarik terhadap kota dan masyarakatnya sehingga pantas, dinukilkan dengan warna kuning motto Padang Kota Tercinta.

Pengertian dari sudut warna

  1. Putih melambangkan kesucian, santri keagamaan.
  2. Merah melambangkan semangat yang menyala-nyala didada masyarakat dalam berbenah diri (membangun), sekaligus lambang Kota Perjuangan.
  3. Hitam melambangkan kearifan dan kebijaksanaan.
  4. Kuning lambang keagungan.
  5. Biru muda diartikan sebagai keharmonisan perpaduan rasa dan pikiran sehingga melambangkan iman yang nyaman (semua terpadu dalam alua jo patuik, raso jo pareso, ukua jo jangko).

Pendidikan

Berkas:Rektorat Universitas Andalas samping.JPG
Kampus Universitas Andalas di Limau Manis

Pada tahun 2003 Padang memiliki 354 sekolah dasar negeri dan 60 sekolah dasar swasta, 35 SLTP negeri dan 38 SLTP swasta, 14 SMU negeri dan 31 SMU swasta. Perguruan tinggi yang ada sebanyak 61 buah terdiri atas universitas, institut, akademi dan politeknik. [5] Empat perguruan tinggi negeri yang bertempat di kota Padang adalah Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, Politeknik Negeri Padang dan Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol. Selanjutnya beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini seperti Universitas Bung Hatta yang terletak di pinggir pantai Ulak Karang, Institut Teknologi Padang yang terletak di jalan Gajah Mada, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang terletak di Pasir Jambak dan lain sebagainya. Universitas Andalas yang didirikan pada tahun 1957 merupakan universitas tertua di luar Jawa. Setelah sebelumnya tersebar di beberapa tempat di kota Padang, kampus baru telah dibangun di bukit Limau Manis di sebelah timur Kota Padang, dan sekarang(2009)kampus Universitas Andalas yang berlokasi di Jln.Proklamasi no 77 di gunakan sebagai kampus yang bersistem reguler mandiri atau yang di sebut dengan extensi yaitu jalur penerimaan mahasiswa diluar tes SPMB. Universitas Negeri Padang sebelumnya bernama IKIP Padang memiliki kampus yang terletak di Air Tawar.

Lihat pula: Perguruan Tinggi di Padang

Perhubungan

 
Angkutan kota di Padang

Ada tiga ruas jalan utama yang menghubungkan Padang dengan kota-kota lain di Sumatera. Jalan ke utara menghubungkan Padang dengan Bukittinggi, dan di sana bercabang ke Medan dan Pekanbaru. Terdapat pula cabang jalan di dekat Lubuk Alung ke arah Pariaman. Jalan ke timur menuju Solok tersambung dengan Jalan Lintas Sumatera. Jalan ke selatan melintasi pantai barat Sumatera menghubungkan Padang dengan daerah Kerinci dan Bengkulu, melalui Kota Painan.

Terminal Regional Bingkuang (TRB) berada di Air Pacah selesai dibangun tahun 1999. Terminal ini menggantikan Terminal Lintas Andalas di Olo Ladang. Penggunaan TRB ini tidak seperti yang diharapkan, dan sampai beberapa tahun sesudahnya belum juga dapat menggantikan terminal lama[6]. Setelah gempa tanggal 30 September 2009, TRB dialihfungsikan sebagai kantor pemerintahan daerah kota Padang untuk sementara waktu.[7]

Penemuan cadangan batubara di Sawahlunto pada mendorong Pemerintah Hindia Belanda membangun rel kereta api, yang diselesaikan pada 1896.[8]Jalur kereta api ini selain menghubungkan Padang dengan Sawahlunto, juga mencapai Pariaman, Bukittinggi dan Payakumbuh. Saat ini rel kereta api yang aktif hanyalah jalur Pariaman-Padang untuk kereta api wisata, dan Teluk Bayur-Indarung untuk pengangkutan semen.

Angkutan dalam kota dilayani oleh bis kota, mikrolet dan taksi. Selain itu di pusat kota masih dapat ditemukan bendi (sejenis kereta kuda), sedangkan ojek biasanya beroperasi di perumahan dan pinggiran kota.

Pelabuhan di Teluk Bayur melayani pengangkutan laut baik ke kota-kota lain di Indonesia maupun ke luar negeri. Pelabuhan ini dibuka pada 1892 dan dulunya bernama Emmahaven. Pelabuhan Muara Padang yang sampai abad ke-19 menjadi pusat pelayaran saat ini berfungsi sebagai tempat sandar kapal-kapal yang lebih kecil. Kedua pelabuhan ini dikelola PT Pelindo II.

Sampai tahun 2005 bandar udara Tabing melayani perhubungan udara Padang dengan kota-kota lain. Dengan selesainya pembangunan Bandar Udara Internasional Minangkabau[9] di Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman, penerbangan sipil dialihkan ke bandara baru tersebut.

Perindustrian


Di Padang berdiri sebuah pabrik semen bernama PT Semen Padang yang saat ini masih aktif berproduksi. Pabrik semen ini didirikan tahun 1910 dan yang pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Dari pabriknya di daerah Indarung, semen yang sudah dikemas lalu dikirim lewat jalur kereta api ke pelabuhan Teluk Bayur untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh Indonesia.

Pariwisata

 
Museum Adityawarman di Padang

Padang dikenal dengan legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang. Di bukit Muara, terdapat kuburan Siti Nurbaya dengan sebuah jembatan yang juga bernama Siti Nurbaya, sedangkan di pantai Air Manis terdapat batu Malin Kundang. Lokasi ini relatif ramai dikunjungi wisatawan di kala sore hingga malam hari.

Museum Adityawarman mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, Mentawai dan suku Nias.

Beberapa jam dari pantai Padang kearah Teluk Bayur terdapat pantai Caroline dan sebuah resort Wisata bernama Sikuai Resort. Di sore hari pantainya terkadang dilewati sekawanan lumba-lumba yang menambah daya tarik wisata.

Kota ini terkenal akan masakan Padang, seperti Gulai, Rendang, Karupuak Sanjai, Nasi Kapau dan Sate Padang. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu yang dinamakan sebagai masakan Padang sebenarnya dikenal oleh suku Minangkabau secara umum.

Surat Kabar

Kota Padang, sejak zaman Hindia-Belanda terkenal dengan kota surat kabar. Hal ini dikarenakan banyaknya surat kabar yang terbit di kota ini, disamping penduduknya yang merupakan salah satu pembaca surat kabar tertinggi di Indonesia.

Sumatera Courant merupakan koran pertama yang terbit di Padang, bahkan Sumatera. Koran ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1859. Setelah itu kota Padang banyak menerbitkan koran-koran berbahasa Melayu maupun Belanda, diantaranya Padangsche Nieuws en Advertentieblad (17 Desember 1859) oleh R.H. Van Wijk Rz, Padangsche Handelsblad (1871) oleh H.J. Klitsch & Co, Bentara Melayu (1877) oleh Arnold Snackey, Pelita Kecil (1 Februari 1886) pimpinan Mahyuddin Datuk Sutan Marajo, Pertja Barat (1892) di bawah pimpinan Dja Endar Moeda, De Padanger (1900) oleh J. van Bosse, dan Warta Berita (1901), surat kabar berbahasa Indonesia pertama yang didirikan oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo. Hingga saat ini kota Padang juga masih menjadi salah satu kota penerbitan surat kabar terbesar di Indonesia, diantara yang cukup terkenal adalah Haluan dan Singgalang.

Catatan

  1. ^ Profil Geografis Kota Padang Situs resmi Kota Padang
  2. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 55. 
  3. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 56. 
  4. ^ Abdullah, Taufik. "Some Notes on the Kaba Tjindua Mato: An Example of Minangkabau Traditional Literature" (PDF). Diakses tanggal 30 Maret. 
  5. ^ http://www.padang.go.id
  6. ^ Akar Persoalan Terminal Bingkuang
  7. ^ Kantor Pemerintah Kota Padang Akan Dipindahkan ke Timur Tempo Interaktif, 22 Oktober 2009
  8. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 65. 
  9. ^ PRESIDEN RESMIKAN BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU DAN RUAS JALAN TABING - DUKU Situs resmi Departemen Kimpraswil

Rujukan

  • Colombijn, Freek (2006). Paco-Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia pada Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 
  • Brosur Dinas Pariwisata Kota Padang

Pranala luar

  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191  
Kota Padang
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.