SYAIR RUMI

Kearifan Cinta CINTA yang dibangkitkan oleh khayalan yang salah dan tidak pada tempatnya bisa saja menghantarkannya pada keadaan ekstasi. Namun kenikmatan itu, jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang Nafsu Nafsumu itu ibu segala berhala Berhala kebedaan ular sawa Berhala keruhanian naga Itu ibarat perumpamaannya Mudah sekali memecah berhala Kalau diketuk hancurlah ia Walau batu walaupun bata Walau ular walaupun naga Tapi bukan mudah mengalahkan nafsu Jika hendak tahu bentuk nafsu Bacalah neraka dengan tujuh pintu Dari nafsu keluar ma’siat setiap waktu. mencintainya ini sebagaimana kenikmatan lelaki yang memeluk tugu batu di dalam kegelapan sambil menangis dan meratap. Meskipun dia merasa nikmat kerana berfikir bahawa yang dipeluk adalah kekasihnya, tapi jelas tidak senikmat orang yang memeluk kekasih sebenarnya kekasih yang hidup dan sedar.

Cinta “Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan, Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilih jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna. Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya. Kekasih Tentang seseorang di pintu Sang Kekasih dan mengetuk. Ada suara bertanya, “Siapa di sana?” Dia menjawab, “Ini Aku.” Sang suara berkata, “Tak ada ruang untuk Aku dan Kamu.” Pintu tetap tertutup Setelah setahun kesunyian dan kehilangan, dia kembali dan mengetuk lagi. Suara dari dalam bertanya, “Siapa di sana?” Dia berkata, “Inilah Engkau.” Maka, sang pintu pun terbuka untuknya. Mujahadah dan Makrifat Makrifat itu pengenalan jiwa Mengenal jiwa dan mengenal Tuhannya Mengenal dengan sejelas jelasnya Tidak kabur tapi jelas nyata Mujahadah itu perjuangan dan usaha Makrifat itu menuai hasilnya Mujahadah itu dalam perjalanan Makrifat itu matlamat tujuan Makrifat itu pembuka rahsia Makrifat itu sendiri rasa Makrifat itu sagunya Mujahadah itu memecah ruyungnya. Saatnya Untuk Pulang Malam larut, malam memulai hujan inilah saatnya untuk kembali pulang. Kita sudah cukup jauh mengembara menjelajah rumah-rumah kosong. Aku tahu: teramat menggoda untuk tinggal saja dan bertemu orang-orang baru ini. Aku tahu: bahkan lebih pantas untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka, tapi aku hanya ingin kembali pulang. Sudah kita lihat cukup destinasi indah dengan isyarat dalam ucap mereka Inilah Rumah Tuhan. Melihat butir padi seperti perangai semut, tanpa ingin memanennya. Biar tinggalkan saja sapi menggembala sendiri dan kita pergi ke sana: ke tempat semua orang sungguh menuju ke sana: ke tempat kita leluasa melangkah telanjang. Kau dan Aku Bahagia saat kita duduk di pendapa, kau dan aku, Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, kau dan aku. Harum semak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan Pada saat kita memasuki taman, kau dan aku. Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama; Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka. Kau dan aku, yang tak terpisahkan lagi, menyatu dalam nikmat tertinggi, Bebas dari cakap orang, kau dan aku. Semua burung yang terbang di langit mengidap iri Lantaran kita tertawa-tawa riang sekali, kau dan aku. Sungguh ajaib, kau dan aku, yang duduk bersama di sudut rahasia, Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khorasan, kau dan aku. begitulah hidup